Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapan Tabebuya Berbunga?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/RAFASTOCKBR
Ilustrasi tanaman bunga Tabebuya.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Tanaman tabebuya kerap kita jumpai di taman dan jalanan perkotaan di Indonesia.

Selain DKI Jakarta, dan Kota Bekasi, tabebuya bahkan sudah menjadi salah satu ikon baru di Kota Surabaya.

Tabebuya, atau tanaman yang memiliki kemiripan dengan bunga Sakura di Jepang ini diketahui tumbuh merata dan menyebar di berbagai titik jalan protokol di Kota Pahlawan. Salah satunya di wilayah Mayjen Sungkono.

Sebagai upaya perlindungan dan menjaga kelestarian tabebuya, Pemkot Surabaya akan mengenakan sanksi bagi masyarakat yang melakukan perusakan pohon.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Viral Video Pohon Berasap di Kota Bandung, Bagaimana Ceritanya?

Apa itu tabebuya dan kapan tabebuya berbunga?

Ketua Program Master Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pascasarjana IPB Hadi Susilo Arifin menjelaskan, tabebuya merupakan jenis pohon dengan ketinggian sedang, sekitar 6 hingga 8 meter.

Tabebuya imbuhnya berasal dari Amazon, Brasil. Nama latinnya yakni Handroanthus chrysotrichus.

"Tinggi tabebuya bisa 8 meter, 6-8 meter," ucap Hadi kepada Kompas.com, Minggu (3/10/2021).

Baca juga: Mengenal Tabebuya, Pohon Asal Brasil yang Mirip Sakura

Tabebuya biasanya mekar saat musim kemarau

Tabebuya, menurut profesor ekologi dan manajemen lanskap ini memang cocok ditanam di Indonesia terutama pulau Jawa.

Kendati demikian, tidak semua daerah di Indonesia cocok ditanami tabebuya.

"Di wilayah yang intensitas hujannya sering, tabebuya memang bisa tumbuh, tetapi bunganya tidak akan sebagus di wilayah kering," katanya lagi.

Tabebuya biasanya mekar saat musim kering atau kemarau.

"Dia (tabebuya) berbunganya justru pada waktu musim kemarau. Kalau musim hujan dia tidak berbunga, Desember-Januari. Dia berbunga di musim kemarau yang sedang terik-teriknya, Juli-Agustus atau September-Oktober," papar Hadi.

Baca juga: Viral Daun Pisang Berwarna Putih di Kudus, Bagaimana Penjelasan Ahli?

Hadi menjelaskan, daun dari tabebuya tidak mudah rontok. Bahkan ketika musim kering, bunganya terlihat lebih lebat.

Kelebihan lainnya, akar tabebuya tidak merusak rumah atau tembok meskipun berbatang keras.

"Itu tanaman pohon dan tahan kering. Jadi untuk perawatan khusus sekali tidak ada. (Perawatannya) seperti pohon-pohon lain saja, tentu ada jarak tanam. Kalau memang ingin lebih bagus ya pakai pemupukan, misal supaya bunganya lebih banyak. Tapi perawatannya tetap normal saja," katanya lagi.

Baca juga: Saat Pohon Terbesar di Dunia Terancam oleh Kebakaran Hutan...

Memiliki ketahanan hidup yang tinggi

Meski biaya pemeliharaan tanaman tabebuya cukup murah, Hadi mengatakan, akan lebih bagus jika perawatan juga dilakukan pada ranting-ranting yang kering.

"Biaya pemeliharaannya termasuk murah, cuman ranting-ranting ini saja. Biasanya habis berbunga, lalu kering, ranting-rantingnya perlu dipangkas agar musim berikutnya bisa tumbuh bagus lagi. Perawatannya paling itu," imbuh dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya Anna Fajriatin mengatakan, tabebuya memiliki ketahanan hidup yang tinggi.

Baca juga: Alasan Bunga Edelweis Tak Boleh Dipetik, Kenapa?

Menurut dia, bunga tabebuya bisa bermekaran sepanjang tahun. Namun puncak mekar pohon yang berasal dari Brasil ini hanya terjadi pada saat musim kemarau.

"September-Oktober adalah puncak Tabebuya bermekaran. Sekarang ini kan sudah mulai hujan, meskipun tidak sering ya. Tapi semakin banyak hujan, bunganya mulai berguguran. Karena pada prinsipnya, bunga tabebuya ini lebih doyan di cuaca panas," ujar Anna sebagaimana diberitakan Kompas.com (6/10/2021).

Senada dengan Prof Hadi, tabebuya, lanjut Anna akarnya tidak merusak.

Sehingga tanaman ini sangat cocok sebagai tanaman peneduh jalan yang rindang tanpa merusak perumahan atau pertokoan.

Baca juga: Mengenal Bunga Edelweis, Bunga Abadi di Gunung yang Tak Boleh Dipetik

(Sumber: Kompas.com/Rosy Dewi Arianti Saptoyo, Ghinan Salman | Editor: Sari Hardiyanto, Pythag Kurniati)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi