Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Nyamuk Suka Warna Merah, Oranye, Hitam, dan Cyan

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/TACIO PHILIP SANSONOVSKI
Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah, zika, chikungunya. Nyamuk ini, khususnya nyamuk betina menjadi vektor virus arbovirus, yakni virus penyebab penyakit-penyakit tersebut.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Nyamuk dapat menyebabkan berbagai penyakit ketika menggigit manusia.

Oleh karena itu para peneliti berusaha mencari tahu apa yang bisa menghindarkan mereka dari menggigit manusia.

Mengetahui warna mana yang menarik nyamuk lapar, dapat membantu merancang perangkap nyamuk dan metode lain yang lebih baik untuk mengusir nyamuk.

Dilansir dari Sci News, 4 Februari 2021, nyamuk melacak bau, menemukan inang, dan menemukan pasangan secara visual.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelumnya, pengetahuan tentang warna apa yang disukai atau menarik bagi nyamuk dan bagaimana bau memengaruhi perilaku pencarian visual nyamuk.

Baca juga: Negara Ini Tak Dihuni Nyamuk Sama Sekali, Apa Penyebabnya?

Nyamuk suka warna-warna tertentu

Sebuah studi baru yang dipimpin oleh Universitas Washington menunjukkan bahwa setelah mendeteksi gas yang kita hembuskan (karbon dioksida), nyamuk Aedes aegypti terbang menuju warna tertentu.

Warna yang menarik itu, antara lain merah, oranye, hitam dan cyan.

Namun, nyamuk mengabaikan warna lain, seperti hijau, ungu, biru dan putih.

"Nyamuk tampaknya menggunakan bau untuk membantu mereka membedakan apa yang ada di dekatnya, seperti inang untuk menggigit," kata Profesor Jeffrey Riffell, seorang peneliti di Departemen Biologi di University of Washington.

Dia menjelaskan ketika para nyamuk mencium senyawa tertentu, seperti karbon dioksida dari napas manusia.

Aroma itu merangsang mata untuk memindai warna tertentu dan pola visual lainnya, yang terkait dengan inang potensial, dan membuat nyamuk menuju ke sana.

Penelitian ini diterbitkan pada 4 Februari di jurnal Nature Communications.

Penulis utama makalah ini adalah Diego Alonso San Alberto, peneliti dan dosen di Departemen Biologi UW, dan Claire Rusch, alumni doktoral UW dalam biologi.

Baca juga: Sejumlah Alasan Mengapa Anda Lebih Disukai Nyamuk daripada Orang Lain

Dalam eksperimennya, Profesor Riffell dan rekan-rekannya melacak perilaku Aedes aegypti betina, ketika disajikan dengan berbagai jenis isyarat visual dan aroma.

Seperti semua spesies nyamuk, hanya nyamuk betina yang meminum darah, dan gigitan nyamuk Aedes aegypti dapat menularkan demam berdarah, demam kuning, chikungunya, dan Zika.

Para peneliti melacak nyamuk individu di ruang uji mini, di mana mereka menyemprotkan bau tertentu dan menyajikan berbagai jenis pola visual, seperti titik berwarna atau tangan manusia yang lezat.

Tanpa rangsangan bau apa pun, nyamuk sebagian besar mengabaikan titik di bagian bawah ruangan, terlepas dari warnanya.

Setelah menyemprotkan karbon dioksida ke dalam ruangan, nyamuk terus mengabaikan titik apakah itu berwarna hijau, biru atau ungu.

Namun, jika titik itu berwarna merah, oranye, hitam atau cyan, nyamuk akan terbang ke arahnya.

Baca juga: Berikut Alasan Mengapa Nyamuk Suka Menggigit Manusia

Warna menarik nyamuk

Dilansir dari Washington, 4 Februari 2022, Profesor Riffell mengatakan pada awalnya dia penasaran dengan apa yang dapat dia lakukan untuk menghentikan nyamuk menggigitnya.

Dulu menurutnya ada 3 isyarat utama yang menarik nyamuk: napas, keringat, dan suhu kulit seseorang.

Dalam penelitian terbarunya ini mereka menemukan isyarat keempat, yaitu warna merah, yang tidak hanya hanya dapat ditemukan pada pakaian, tapi juga ditemukan pada kulit setiap orang.

"Memfilter warna-warna menarik di kulit kita, atau mengenakan pakaian yang menghindari warna-warna itu, bisa menjadi cara lain untuk mencegah gigitan nyamuk," ungkap Profesor Riffell.

Manusia tidak bisa mencium bau CO2 atau karbon dioksida, akan tetapi nyamuk bisa.

Baca juga: Ini Tempat-tempat yang Rawan Jadi Sarang Nyamuk saat Musim Hujan

Penelitian sebelumnya oleh tim Riffell dan kelompok lain menunjukkan bahwa mencium CO2 meningkatkan tingkat aktivitas nyamuk betina, yaitu mencari ruang di sekitar mereka, mungkin untuk inang.

Eksperimen titik berwarna mengungkapkan bahwa setelah mencium CO2, mata nyamuk ini lebih menyukai panjang gelombang tertentu dalam spektrum visual.

Ini mirip dengan apa yang mungkin terjadi ketika manusia mencium sesuatu yang enak.

Ketika tim Riffell mengulangi percobaan kamar dengan kartu pigmentasi skintone manusia (atau tangan kosong peneliti) nyamuk kembali terbang menuju stimulus visual hanya setelah CO2 disemprotkan ke dalam ruangan.

Jika peneliti menggunakan filter untuk menghilangkan sinyal panjang gelombang, atau meminta peneliti mengenakan sarung tangan berwarna hijau, maka nyamuk yang mengandung CO2 tidak lagi terbang menuju stimulus.

“Eksperimen ini menjelaskan langkah pertama yang digunakan nyamuk untuk menemukan inangnya,” kata Riffell.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan bagaimana isyarat visual dan bau lainnya (seperti sekresi kulit) membantu nyamuk menargetkan inang potensial dari jarak dekat.

Spesies nyamuk lain mungkin juga memiliki preferensi warna yang berbeda, berdasarkan spesies inang yang mereka sukai.

Namun, temuan baru ini menambahkan lapisan baru pada pengendalian nyamuk, yakni warna.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi