Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah dan Makna Lambang Keraton Yogyakarta yang Dibuat Tahun 1921

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/Nicholas Ryan
Lambang Kraton Yogyakarta
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com – Bulan Maret menjadi bulan kelahiran Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat. 

Tepatnya pada 13 Maret 267 tahun lalu yakni pada 1755, Pangeran Mangkubumi atau Sultan Hamengkubuwana I memproklamirkan berdirinya Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Peristiwa tersebut dikenal dengan Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadingrat atau berdirinya Negara Ngayogyakarta Hadiningrat.

Salah satu hal yang ikonik dari Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat adalah lambang Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. 

Baca juga: Sejarah dan Isi Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755, Siasat Licik VOC Memecah Mataram

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana sejarahnya dan siapa yang menciptakan lambang Kesultanan Yogyakarta? 

Sejarah lambang Keraton Yogyakarta

Lambang Kasultanan Ngayogyakarta yang dipakai hingga saat ini diciptakan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VIII pada 1921. 

Dikutip dari website Museum Ullen Sentalu, lambang Kraton Yogyakarta sebelumnya berbentuk seperti mahkota Kerajaan Belanda.

Pada saat itu, sejumlah kerajaan di Indonesia memiliki lambang yang terpengaruh dengan lambang Kerajaan Belanda yang identik dengan dua hewan singa, perisai, dan mahkota. 

Sampai pada pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwana VII lambang mahkota tersebut masih banyak diterapkan sebagai unsur hias.

Selain unsur mahkota yang tampak sangat presisi, munculnya binatang singa di kiri dan kanan mahkota menunjukkan nuansa Eropa yang sangat kental. 

Jika dibandingkan dengan lambang Kerajaan Belanda, lambang yang dipakai Sri Sultan Hamengku Buwana VII memiliki kemiripan.

Lambang kerajaan di masa Sri Sultan Hamengku Buwono VII bentuk itupun masih tertera di atas bingkai gambar yang berukuran besar, seperti yang terdapat di Bangsal Manis.

Huruf dan angka dibingkai sulur-sulur indah, di atasnya terdapat mahkota lambang kerajaan.

Namun pada masa pemerintahan Sri Hamengku Buwono VIII pada tahun 1921 ada keinginan untuk membuat lambang keraton berlandaskan cita rasa estetik dengan mengangkat seni budaya sendiri.

Lambang ini bentuknya berbeda dengan sebelumnya, tidak terpengaruh oleh bentuk mahkota gaya seni Eropa.

Pada proses pembuatannya, Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dibantu oleh K.R.T Yosodipuro yang merupakan menantu Sri Sultan Hamenku Buwono VII sekaligus seorang seniman serba bisa.

Lantas apa makna lambang Kerajaan Ngayogyakarta?

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pangeran Mangkubumi Memproklamasikan Berdirinya Kasultanan Yogyakarta

 

Makna lambang Keraton Yogyakarta

Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat memiliki lambang Kasultanan yang disebut Praja Cihna.

Selain berfungsi sebagai ragam hias di beberapa bangunan, Praja Cihna juga digunakan dalam kop surat resmi dan medali penghargaan.

Berikut makna yang terdapat dalam lambang Keraton Yogyakarta:

1. Songkok/ mahkota

Dikutip dari Kraton Jogja, lambang Keraton Jogja terdiri dari Songkok atau Mahkota. Mahkota ini menyerupai penutup kepala yang dikenakan oleh prajurit kerajaan.

Adapun makna songkok atau mahkota tersebut melambangkan watak ksatria yang merupakan sifat seorang Raja.

2. Sumping/ hiasan telinga

Sumping atau hiasan telinga ini dapat ditemukan di samping kanan kiri bagian mahkota. Sumping ini menyerupai perhiasan yang diselipkan di telinga yang dalam bahasa Jawa dikenal dengan Giwang.

Giwang tersebut berbentuk bunga mahahari yang melambangkan kehidupan. Sementara daun Keluwih yang terdapat di bagian atas dan bawahnya memiliki makna kelebihan sebagaimana asal katanya, yakni “luwih”.

Baca juga: Perjanjian Jatisari 15 Februari 1755, Awal Mula Beda Budaya Surakarta dan Yogyakarta

3. Praba/ sorot cahaya

Sorot cahaya di lambang Keraton Yogjakarta melambangkan kehormatan Jawa Mataram.

4. Sayap/ Lar

Sayang dikedua sisi lambang Keraton Yogjakarta yang menyerupai sayap burung Garuda ini memiliki arti cita-cita tinggi. Selain itu, jumlah helai sayap di bagian kanan dan kiri ini juga menjadi identitas Raja yang sedang bertahta.

Sebagai contoh, pada lambang Sri Sultan Hamengkubuwono VIII digambarkan dengan jumlah bulu 8 helai.

5. Tameng berwarna merah

Tameng berwarna merah dalam lambang Keraton Yogjakarta merupakan senjata untuk digunakan untuk melindungi diri ketika terjadi perang.

Adapun warna merah melambangkan keberanian tanpa meninggalkan kewaspadaan dalam membela kebenaran.

6. Seratan Ha Ba/ Tulisan Ha Ba

Lambang Keraton Yogjakarta terdapat aksara jawa yang dibaca ‘Ha’ dan ‘Ba’. Kedua aksara jawa ini saling tumpang tindih membentuk keserasian dua huruf yang terlihat menyatu dan estetik.

Aksaran jawa ‘Ha’ dan ‘Ba’ merupakan singkatan dari Hamengku Buwana atau gelar Sultan yang bertahta di Keraton Yogyakarta.

Gelar tersebut merupakan harapan yang luhur agar Raja mampu melindungi, membela, serta mewujudkan kemakmuran rakyat.

Sementara warna kuning keemasan pada aksara jawa tersebut melambangkan keagungan.

Baca juga: Sejarah Perjanjian Salatiga 17 Maret 1757: Tanah Mataram Terbagi Jadi 3 Kekuasaan

 

7. Sekar padma/ bunga padma

Bunga padma merupakan bunga teratai yang hidup mengambang di atas air. Bunga teratai ini menggambarkan kehidupan dunia yang mendasari kehidupan di akhirat.

8. Sulur/ tumbuhan sulur

Tumbuhan sulur dalam lambang Keraton Yogjakarta melambangkan kehidupan yang berkelanjutan sehingga diibaratkan oleh sulur yang terus menerus tumbuh merambat.

Lambang Keraton Yogjakarta ini dapat ditemukan di beberapa tempat, seperti di sisi luar kuncungan Bangsal Manis bagian timur dan pintu gerbang Donopertopo.

Selain ditemukan sebagai unsur hias di beberapa bangunan keraton, lambang Keraton Yogjakarta ini juga dipakai sebagai kop surat dan medali penghargaan.

Secara keseluruhan lambang Keraton Yogyakarta merupakan sengkalan memet yang berbunyi Kaluwihaning Yaksa Salira Aji yang bermakna tahun 1851.

Kaluwihaning berbentuk ukiran daun kluwih bermakna 1, yaksa atau kemamang bermakna 5, salira berupa binatang melata atau ular naga bermakna 8, aji lambang raja Ha Ba di dalam lingkaran bola dunia bermakna 1. Artinya 1851 merupakan tahun saka atau 1921 masehi.

Nah itulah sejarah dan makna lambang Kesultanan Yogyakarta yang dibuat oleh Sultan Hamengkubuwana VIII tahun 1921. 

 
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi