KOMPAS.com - Hari ini 7 tahun yang lalu, atau tepatnya 24 Maret 2015, pesawat Germanwings dengan nomor penerbangan 9525 jatuh di daerah pegunungan Perancis Selatan.
Kecelakaan tersebut diketahui karena kopilot secara sengaja menabrakkan pesawat ke pegunungan Alpen.
Akibat ulah kopilot tersebut, semua penumpang beserta kru pesawat yang berjumlah 150 orang meninggal dunia di tempat.
Pada saat itu, pesawat sedang melakukan penerbangan dari Barcelona, Spanyol, menuju ke Dusseldorf, Jerman.
Baca juga: Profil Maskapai China Eastern Airlines, Sabet Banyak Penghargaan, Sebelumnya Nol Kecelakaan
Pesawat lepas landas
Dilansir dari History, penerbangan Germanwings 9525 yang menggunakan pesawat Airbus A320 lepas landas dari Barcelona sekitar pukul 10.00 pagi waktu setempat.
Setelah melakukan lepas landas, pesawat tersebut telah mencapai ketinggian 38.000 kaki pada pukul 10.27.
Sesaat ketika mencapai ketinggian tersebut, kapten pilot Patrick Sondenheimer (34) meminta kopilot Andreas Lubitz (27) mengambil alih kendali, karena ingin meninggalkan kokpit.
Lalu, pada pukul 10.31 tiba-tiba pesawat menukik turun dengan cepat dan 10 menit kemudian jatuh di daerah pegunungan dekat kota Prads-Haute-Bleone di Perancis selatan.
Insiden tersebut menewaskan 150 orang yang terdiri dari dua pilot, empat awak kabin dan 144 penumpang dari 18 negara berbeda.
Kapten mencoba mendobrak pintu
Pada penyelidikan yang dilakukan setelah kecelakaan, ditemukan bahwa ketika kapten telah keluar dari kokpit, Lubitz kemudian mengunci pintu dan tidak memperbolehkannya masuk kembali.
Mengetahui pintu dalam keadaan terkunci, kapten Sondenheimer kemudian mencoba mendobrak pintu sambil meneriaki kopilotnya tersebut.
Teriakan panik Sondenheimer ketika meneriaki Lubitz terekam oleh kotak hitam yang ada di pesawat.
Selain itu, dalam rekaman data penerbangan juga menunjukkan bahwa Lubitz mungkin telah melatih misi bunuh diri ini di beberapa penerbangan sebelumnya di hari yang sama.
Dia berulang kali mengatur ketinggian pesawat menjadi hanya 100 kaki ketika kapten yang bertugas saat itu keluar sesaat dari kokpit.
Tindakan Lubitz tidak diketahui oleh kapten sebelum-sebelumnya, karena ketika hendak ketahuan dia dengan cepat mengatur kembali kontrol pesawat.
Baca juga: 6 Kecelakaan Pesawat Boeing dalam 10 Tahun Terakhir
Riwayat depresi Andreas Lubitz
Penyelidik menemukan riwayat penyakit depresi berat yang dialami oleh Andreas Lubitz.
Sebelum melakukan rencana bunuh diri, Lubitz sempat mencari cara untuk bunuh diri dan mencari tahu informasi mengenai pintu kokpit pesawat di internet.
Lubitz merupakan penduduk asli Jerman yang sejak remaja telah menerbangkan pesawat layang, kemudian sempat mengikuti program pelatihan pilot di Lufthansa milik Germanwings.
Pada 2009, dia mengambil cuti untuk menjalani perawatan psikologis. Pada 2012 Lubitz berhasil mendapatkan lisensi pilot komersial, setelah itu pada 2003 Lubitz mulai bekerja di Germanwings.
Namun, penyelidik menemukan fakta bahwa sebenarnya Lubitz dilaporkan memiliki catatan tidak layak untuk bekerja, akan tetapi menyembunyikan catatan tersebut dari Lufthansa.
Hasil penyidikan
Dilansir dari Kompas.com (27/5/2015), Jaksa Penyidik di Marseille, Perancis, Brice Robin mengatakan bahwa kopilot penerbangan Germanwings 9525 memang sengaja menabrakkan pesawat.
Kopilot tidak menggunakan kendali manual untuk menjatuhkan pesawat, malah secara sengaja menjatuhkan pesawat menggunakan sistem autopilot.
"Tindakan untuk mengubah ketinggian ini hanya bisa dilakukan secara sengaja," kata Jaksa Robin.
Selain itu, kopilot diduga memberikan input ketinggian jelajah yang lebih rendah dibandingkan lingkungan sekelilingnya.
Input dapat dilakukan dengan merubah ketinggian jelajah di Flight Management Computer (FMC) atau MCDU di Airbus dan dapat juga melalui Mode Control Panel (MCP).
Pada panel autopilot, pilot dan kopilot dapat mengatur heading, kecepatan, vertical speed, serta altitude (ketinggian jelajah).
Diketahui menurut Flightradar24, kopilot telah mengubah ketinggian melalui Mode Control Panel (MCP), dari ketinggian 38.000 kaki menjadi 13.000 kaki, kemudian 100 kaki.
Sementara ketinggian tanah di Pegunungan Alpen tersebut sekitar 6.000 kaki.
Jaksa Robin menyimpulkan berdasarkan penyelidikan yang dilakukan, bahwa Lubitz sengaja membawa pesawat jatuh.
Selain itu, di dalam kokpit sesaat sebelum terjadinya kecelakaan juga tidak terdengar kepanikan seperti saat dalam keadaan berbahaya.
"Suasana di kokpit benar-benar sunyi, napas (kopilot) juga terdengar normal, biasa saja, tidak sedang dalam kondisi panik dan dia tidak mengatakan apa-apa. Sangat sunyi," demikian kata Robin.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.