KOMPAS.com - Pilek menjadi salah satu gangguan kesehatan yang bisa menyerang siapa saja, termasuk bayi.
Dalam bahasa sederhana, pilek adalah kondisi gangguan kesehatan di mana hidung mengeluarkan ingus atau lendir selama beberapa waktu.
Namun, dalam dunia medis pilek dijelaskan sebagai adanya infeksi virus pada hidung dan tenggorokan (saluran pernapasan bagian atas) yang biasanya tidak berbahaya, dikutip dari Mayo Clinic.
Ada banyak jenis virus yang bisa menyebabkan pilek.
Rhinovirus adalah virus yang paling umum memyebabkan pilek. Selain itu, virus influenza dan corona juga membuat seseorang pilek.
Baca juga: Apa Manfaat Berjemur bagi Bayi dan Bagaimana Melakukannya?
Gejala pilek pada bayi
Virus menyebar melalui droplet di udara ketika seseorang yang sakit batuk, bersin, atau berbicara.
Droplet ini aka berterbangan dan menghinggap ke berbagai hal, mulai dari benda, tangan, bahkan orang lain yang ada di sekitarnya.
Jika kita menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah kontak dengan virus tersebut, kemungkinan besar akan terinfeksi.
Gejala paling mudah yang dapat diketahui jika seseorang mengalami pilek adalah hidungnya yang mengeluarkan lendir.
Selain hidung berair, pilek juga kerap disertai dengan gejala lain, seperti:
- Sakit tenggorokan
- Batuk
- Mampet
- Sakit badan atau sakit kepala ringan
- Bersin
- Demam ringan
- Tidak enak badan
Baca juga: Makanan yang Bisa Menyebabkan dan Mengatasi Sembelit pada Bayi
Cara mengatasi pilek pada bayi
Pertama, harus dipahami bahwa pilek dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu sekitar 7-10 hari.
Jadi, jika bayi Anda mengalami pilek, Anda tidak harus memberinya obat atau membawanya ke dokter.
Obat-obatan yang dijual bebas justru harus dihindari untuk diberikan pada bayi. Bayi belum bisa menerima obat-obatan tersebut hingga usianya mencapai 4 tahun.
Ketimbang memberinya obat, cobalah buat bayi Anda lebih nyaman dengan memastikan dia mendapat cukup cairan, mengeluarkan lendir di hidungnya, dan menjaga kelembapan udara.
Untuk mengeluarkan lendir itu, hindari menyedot menggunakan mulut Anda, karena bisa jadi terdapat bakteri atau virus yang justru akan memperparah kondisi si kecil.
Dilansir dari Parents, gunakan alat khusus yang memang didesain untuk mengeluarkan ingus pada lubang hidung bayi yang masih kecil. Misalnya dengan larutan garam atau bulb syringe.
Baca juga: Mengapa Bayi Menangis Ketika Lahir? Kenali Beberapa Alasannya
Tanda bahaya pilek pada bayi dan penanganan dokter
Meski bisa sembuh dengan sendirinya, namun ketika pilek yang terjadi disertai dengan tanda bahaya tertentu, maka pergi ke dokter menjadi opsi yang patut dipertimbangkan.
Tanda bahaya itu misalnya:
- Demam 38 C pada bayi usia 0-12 minggu
- Demam terus meningkat atau demam tidak hilang lebih dari 2 hari pada anak semua usia
- Diikuti gejala sakit kepala, sakit tenggorokan, atau batuk
- Kesulitan bernapas atau mengi
- Sakit telinga
- Sangat rewel
- Rasa kantuk yang tidak biasa
- Nafsu makan menurun
Cara mencegah pilek pada bayi
Jika ingin bayi Anda tidak menderita pilek, maka lakukan blhal-hal yang dapat mencegahnya.
Misalnya:
- Cuci tangan sebelum menyentuh bayi
- Desinfektasi barang-barang Anda yang mungkin akan digunakan atau dipegang oleh si kecil
- Jika batuk, tutup lah mulut menggunakan lengan bagian atas
- Hindari berbagi alat makan
- Jauhkan bayi dari orang yang sedang pilek
- Jika menitipkan anak di tempat penitipan anak, cermati bagaimana kebersihan di sana
- Jaga diri agar terhindar dari pilek sehingga anak pun tetap aman bersama orang tuanya