KOMPAS.com - Kanker serviks merupakan jenis kanker yang terjadi pada sel-sel leher rahim atau bagian bawah rahim yang terhubung ke vagina.
Dilansir dari Mayo Clinic, sebagian besar kanker serviks disebabkan oleh berbagai jenis human papillomavirus (HPV) seperti infeksi menular seksual.
Saat terkena HPV, sistem imun tubuh dapat mencegah virus tersebut menyerang tubuh agar tidak membahayakan.
Akan tetapi pada sebagian kecil orang, virus tersebut dapat bertahan selama bertahun-tahun dan dapat menyebabkan beberapa sel serviks menjadi sel kanker.
Masyarakat terutama perempuan harus mengetahui gejala dan mengurangi faktor risiko terkena kanker serviks dengan melakukan deteksi dini.
Lalu, apa saja gejala dan beberapa tes yang dapat dilakukan untuk melakukan deteksi dini kanker serviks?
Baca juga: Vaksin Kanker Serviks HPV Gratis, Siapa Saja yang Akan Menerima?
Gejala kanker serviks dan faktor risiko
Koordinator Female Cancer Program Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dokter Laila Nuranna mengatakan bahwa orang yang berisiko terkena kanker serviks adalah perempuan yang sudah pernah melakukan aktivitas seksual.
"Ibu-ibu semua perempuan yang berisiko, siapa yang berisiko? Yang sudah menikah, tepatnya yang sudah aktivitas seksual," katanya ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (21/4/2022).
Berikut ini adalah gejala dari penyakit kanker serviks:
- Keputihan yang terus-menerus
- Keputihan berbau
- Pendarahan setelah senggama
- Pendarahan di luar haid
Laila mengatakan bahwa jika kanker serviks sudah di tahap lebih lanjut maka penderitanya akan merasakan nyeri pada pinggul.
"Kalau sudah lebih lanjut itu sudah nyeri pinggul," ungkapnya.
Selain itu, juga terdapat faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang dapat terkena kanker serviks, berikut ini adalah beberapa faktornya:
- Merokok
- Pasangan ganda
- Kurang antioksidan
- kurang vitamin A, C, E
Namun, penyakit kanker serviks berbeda dengan beberapa kanker lainnya yang biasanya dikaitkan dengan faktor turunan.
Terkena kanker serviks akibat keturunan menurut Laila merupakan sesuatu yang memiliki kemungkinan kecil.
"Serviks itu kurang faktor keturunan. Mungkin harus dibedakan dengan payudara, mungkin dengan kanker kandungan yang lainnya," ucapnya.
"Ada tapi kurang," tambahnya.
Baca juga: Mengenal Vaksin Kanker Serviks yang Akan Diberikan Gratis pada 2022
Deteksi dini kanker serviks
Dokter Laila menyarankan agar masyarakat, khususnya para perempuan terutama yang sudah melakukan aktivitas seksual, agar melakukan deteksi dini terhadap penyakit kanker serviks.
"Jadi enggak usah nunggu oh saya ada keturunan kanker baru (deteksi dini), semua perempuan yang sudah aktivitas seksual harus deteksi dini," tegasnya.
Terdapat 3 jenis tes yang dapat dilakukan masyarakat untuk melakukan pengecekan dini terhadap kanker serviks.
Berikut ini adalah tiga tes tersebut:
- Tes IVA
- Tes HPV (HPV-DNA)
- Pap smear
Ketiga tes tersebut ditargetkan dapat dilakukan oleh 70 persen perempuan yang berisiko di Indonesia.
"Itu targetnya adalah 70 persen perempuan yang berisiko, itu kira-kira 40 juta," jelas Laila.
Baca juga: Ramai Minuman Probiotik Sembuhkan Kanker Serviks dan Usus Besar, Dokter: Hoaks
Kanker serviks di dunia
Dilansir dari laman resminya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2020 mencatat bahwa kanker serviks menempati urutan keempat untuk penyakit kanker yang paling sering terjadi pada perempuan.
Terdapat 604.000 kasus baru kanker serviks pada 2020, dengan perkiraan 342.000 pasien telah meninggal.
Sekitar 90 persen kasus kanker serviks terjadi di negara berpenghasilan menengah dan rendah.
Di negara-negara berpenghasilan tinggi memungkinkan adanya vaksin kanker serviks yang diberikan kepada anak perempuan sebagai tindakan pencegahan.
Sedangkan di negara penghasilan menengah dan rendah akses terhadap pencegahan kanker serviks terbatas, sehingga seringkali kanker serviks teridentifikasi ketika gejalanya sudah berkembang.
Maka dari itu kematian penderita penyakit kanker serviks di negara penghasilan menengah dan rendah lebih tinggi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.