KOMPAS.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa penyakit mulut dan kuku yang menyerang hewan ternak jarang menular ke manusia.
Hal tersebut disampaikan melalui konferensi pers yang digelar di Kantor Presiden dan disiarkan pada laman Youtube Sekretariat Presiden, Senin (9/5/2022).
"Kami sudah diskusi dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) bahwa penyakit mulut dan kuku ini domainnya ada di hewan," ujar Budi.
"Jadi hampir tidak ada yang loncat ke manusia," imbuhnya.
Berdasarkan keterangan tersebut, maka penyakit mulut dan kuku yang menyerang hewan ini berbeda dengan penyakit flu babi, flu burung, dan Covid-19.
Sebab, pada flu babi infeksi virus influenza H1N1 itu dapat menular dari bai ke manusia. Begitupun flu burung yang awalnya menyerang unggas dan menular ke manusia.
Sementara pada Covid-19, virus tersebut mulanya berasal dari kelelawar yang ditularkan ke manusia.
"Khusus untuk virus mulut dan kuku, virus ini memang adanya hanya di hewan berkuku dua," tegasnya.
Kendati demikian, Budi mengingatkan bahwa penyakit mulut dan kuku ini sangat menular antar hewan ternak.
Baca juga: Lebih dari 1.200 Ternak di Jatim Terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku, Kementan Pertimbangkan Lockdown
Masalah kesehatan hewan
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, penyakit mulut dan kuku merupakan masalah kesehatan hewan, bukan manusia.
Dilansir dari Antara, penyakit ini berbeda dengan dengan penyakit tangan kaki dan mulut (Hand Foot Mouth Disease) yang menyerang anak dan bayi.
"Keduanya tidak berhubungan sama sekali, dua penyakit berbeda, penyebabnya juga virus yang berbeda," tuturnya,
Lebih lanjut, Prof Tjandra menjelaskan bahwa penyakit tangan, kaki dan mulut pada anak dan bayi disebabkan oleh enterovirus 71/
Sementara penyakit mulut dan kuku pada hewan disebabkan Aphthovirus, yang merupakan bagian dari Picornaviridae dengan tujuh strain, yakni A, O, C, SAT1, SAT2, SAT3, dan Asia1.
Baca juga: Muncul Lagi di Gunungkidul, Apa Itu Antraks?
Update penyakit mulut dan kuku
Dikutip dari Kompas.com (9/5/2022), 729 sapi terjangkit penyakit mulut dan kuku di Gresik, Jawa Timur. Bahkan 13 di antaranya dilaporkan mati.
Kepala Dinas Pertanian Gresik, Eko Anindito Putro mengungkapkan bahwa angka tersebut bisa saja terus bertambah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, pihaknya terus melakukan pengecekan terhadap sapi milik warga sebagai bentuk antisipasi.
"Sampai saat ini, dari total populasi sapi di kandang yang telah diidentifikasi sebanyak 959 ekor. Dengan yang terindikasi sakit (PMK), ada sebanyak 729 ekor sapi," ujar Eko.
Dari total indikasi tersebut 26 ekor sapi ternak milik warga terpaksa dipotong paksa. Adapun yang dinyatakan sembuh berkisar antara 10 ekor sapi.
Baca juga: 764 Ekor Sapi, 684 Kambing, dan 3.021 Peternak Terdampak Erupsi Semeru
Kasus pertama muncul di Gresik
Sebagaimana diberitakan Kompas.com (8/5/2022), Kepala Dinas Peternakan Jatim Indyah Aryani mengungkapkan, wabah ini pertama kali dilaporkan di Gresik, Kamis (28/4/2022).
Saat itu, dilaporkan adanya kasus penyakit mulut dan kuku yang menyerang ternak warga di 22 desa dalam 5 kecamatan dengan total kasus 402.
Beberapa hari berikutnya, warga di Lamongan dan Sidoarjo melaporkan adanya kasus serupa, tepatnya pada 1 Mei 2022.
Total kasus penyakit mulut dan kuku ini menyerang 102 sapi potong di 6 desa dalam tiga kecamatan di Lamongan.
Sementara di Sidoarjo, 595 sapi potong, perah, dan kerbau di 14 desa dalam 11 kecamatan dilaporkan terjangkit penyakit yang sama.
Kota selanjutnya yang melaporkan temuan kasus yang sama adalah Mojokerto. Wabah penyakit mulut dan kuku ini menyerang 148 sapi potong di 19 desa dalam 9 kecamatan, pada 3 Mei 2022.
Menundaklanjuti temuan kasus penyakit mulut dan kuku ini, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) Nasrullah mengatakan, pihaknya akan melakukan lockdown zona wabah sembari berkoordinasi dengan pemerintah untuk upaya pencegahan dan tracing.
Tracking kasus dilakukan melalui dua Laboratorium utama, yakni Balai Besar Veteriner Wates dan Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) yang berlokasi di Surabaya, Jawa Timur.
"Saat ini kami koordinasi dengan Pemda Jawa Timur untuk melakukan lockdown zona wabah," pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.