SEJAK beraksi di gelaran Moto GP Mandalika Lombok NTB, nama Mbak Rara mendadak melejit. Aksinya membantu menghentikan hujan yang sangat deras di sirkuit membuat berita tentang aksi “dukun” atau pawang hujan itu dikenal dunia.
Ada banyak tanggapan publik dari yang sinis, kagum sekaligus heran masih ada di zaman serba modern ini negara mengandalkan jasa pawang hujan.
Nama Mbak Rara menjadi trending topik dan dalam beberapa pekan terus dibicarakan sepak terjangnya.
Keahlian pawang hujan yang melekat dalam diri perempuan bernama lengkap Raden Rara Istiati Wulandari itu dari mana?
Apakah karena sering lelaku, bakat sebagai indigo, atau karena ada latar belakang keilmuan tentang bagaimana memindahkan atau meredakan hujan dengan ilmu metafisika?
Penulis menilik dari beberapa temuan, baik yang berasal dari cerita mulut ke mulut dan juga investigasi literasi.
Kemampuan Mbak Rara bisa menjadi media komunikasi antarmanusia dan roh leluhur. Mbak Rara tidak menyebut ilmunya karena bersekutu dengan jin atau makhluk gaib.
Biasanya orang Jawa terutama yang mempunyai kepercayaan kejawen sering berlatih diri untuk peka terhadap kemauan alam semesta.
Tuhan dalam ilmu kejawen adalah Tuhan yang disebut sebagai sangkan paraning dumadi. Tuhan Yang Maha Esa, bisa juga biasa disebut Allah Yang Esa.
Mereka menyebutnya secara universal bukan seperti Yahwe. Lebih sering menyebut nama Tuhan dengan Gusti. Gusti kang Akaryo Jagat (Tuhan Yang menciptakan Dunia).
Di dunia dikenal dengan banyak istilah untuk menyebut Tuhan. Yehuwa dalam kepercayaan Yahudi. Allah dalam agama Kristen, Katolik dan Islam.
Atau Sang Hyang Widhi di agama Hindu dan adanya Yang Mutlak tanpa aku (anatta) tidak dapat dipersonifikasi, tidak memiliki kepribadian, dan tidak bisa diuraikan seperti apapun.
Budaya Jawa sudah ada sebelum agama-agama yang berasal dari Timur Tengah datang. Kebudayaan yang tertanam kuat dalam kehidupan masyarakat Jawa saat ini cukup tersisih dengan ekspansi agama yang lahirnya berasal dari Timur Tengah.
Islam, Kristen, Katolik. Lahir dari Palestina. Betlehem. Islam lahir dan berkembang di jazirah Arab. Posisinya ada di Timur Tengah.
Kejawen meyakini keterkaitan antara manusia alam semesta dan roh leluhur. Hampir mirip dengan Batak, NTT, Papua di mana mereka tetap percaya keterkaitan manusia sekarang dengan roh leluhurnya.
Kemampuan Mbak Rara membaca fenomena alam salah satunya menurut penuturannya karena ia sering berdialog dengan roh leluhur.
Dalam ilmu Sosiologi dan ilmu Antropologi yang membahas tentang kebudayaan dan fenomena ilmu pengetahuan sosial, keahlian pawang hujan adalah keahlian yang didapat dari lelaku. Zaman dahulu banyak orang membaca cerita tentang silat sejarah.
Ada beberapa ilmu kejawen yang bisa membuat peka seseorang membaca fenomena alam. Ada ilmu Rogoh Sukma, Muksa, ilmu kebal dan ilmu yang bisa membuat seseorang bisa melihat alam ghaib yang tidak diketahui manusia normal.
Kemampuan untuk bisa berdialog dengan roh leluhur, berdialog dengan alam semesta adalah kelebihan dari manusia yang dianggap gentur tapane, gentur prihatine.
Untuk mencapai tahap-tahap kesaktian manusia perlu bertapa. Ada yang disebut ngrowot, ngebleng, mutih, puasa senin kamis, puasa neton (puasa saat pas hari lahir).
Bila mencapai titik tertinggi ilmu kejawen orang bisa melepaskan rohnya untuk pergi ke suatu tempat dengan bebas dengan meninggalkan jasmaninya. Namanya Rogo sukma.
Ketika seseorang telah dianugerahi kemampuan, dengan enteng meloloskan rohnya pergi dari tubuh dalam sebuah ritual meditasi atau tapa brata.
Seseorang bisa melihat sebelum orang-orang melihatnya. Weruh sadurunge winarah. Zaman dulu tokoh yang bisa rogo sukmo adalah Sunan Kalijaga dan Ki Ageng Selo.
Contoh orang Jawa yang bisa menebak fenomena alam dan melihat masa depan adalah Jayabaya (Joyoboyo dalam lafalan orang Jawa). Banyak tulisan atau ramalan Jayabaya yang diyakini kebenarannya.
Kejawen itu bukan agama, namun sebuah budaya yang sudah melekat sejak ribuan tahun lalu, berkembang karena banyaknya komunitas agama yang tersebar di seluruh dunia.
Kejawen adalah sebuah kepercayaan manusia Jawa yang meyakini adanya hubungan erat antara manusia, alam semesta baik yang dipercaya sebagai animisme dan dinamisme karena seringnya melakukan ritual untuk memberi makan roh-roh, batu, pohon besar, belik (mata air) yang dipercaya di situ dihuni oleh roh kasad mata yang bisa saja akan marah dan mengganggu manusia jika manusia merusak alam, tradisi dan budaya leluhur.
Fenomena sekarang yang terjadi adalah phobia pada yang berbau mistis, phobia pada munculnya fenomena di mana banyak kaum muda mulai tidak lagi percaya pada agama, cenderung agnostik, atheis, lebih mengandalkan ilmu pengetahuan daripada taat menjalankan ritual agama.
Apa yang membuat manusia takut munculnya fenomena manusia yang tidak lagi percaya pada ajaran-ajaran agama?
Salah satu sebabnya karena agama sendiri secara tidak langsung menjadi penyebab munculnya konflik dan perang yang tidak berkesudahan.
Salah satu masalahnya karena perang tafsir, dalil yang tidak pernah ketemu. Karena tafsir dan dalil manusia saling cek-cok bertengkar bahkan membunuh.
Malah ada pemuka agama yang melegalkan bom bunuh diri untuk upaya berjuang melawan mereka yang dianggap penjajah.
Gejolak yang ditimbulkan agama tidak main-main. Malah saat ini fenomena phobia agama telah membuat masyarakat terutama yang giat mengamati medsos melihat pengaruh negatif dari ketakutan, fanatisme berlebihan pada agama.
Agama seperti halnya Tuhan tidak boleh dinistakan. Pemuka agama dianggap mirip malaikat yang dianggap selalu benar perkataannya.
Fenomena phobia yang menghinggap membuat banyak orang mulai kembali pada akar budaya asli, yang disebut kearifan lokal.
Kadang dalam banyak sisi budaya, seni memberi ruang luas untuk berpikir jernih sesuatu yang hilang dari manusia yang beragama yang kadang mengandalkan emosi, letupan kemarahan dan gampang tersinggung hanya karena disindir dan dikritisi.
Kadang saking fanatiknya, logika tidak terpakai dan kecerdasan diabaikan karena dalil dan tafsir yang mengharuskan manusia mutlak tanpa kompromi dan sifat kritis.
Mbak Rara, di mata agama boleh jadi bi’dah karena menyekutukan roh sebagai cara mendapatkan kelebihan yang memungkinkan bisa meredakan hujan, memindahkan hujan dan bisa meramal kejadian-kejadian di masa yang akan datang.
Melihat fenomena muncul kesaktian, mempunyai kemampuan untuk bisa melihat kejadian-kejadian alam sebetulnya kalau ditelisik dan dipelajari sudah lama terjadi.
Manusia sekarang saja yang sangat mudah reaktif terhadap perdukunan, dan juga muncul dan berkembangnya kembali kebudayaan lokal di pentas nasional.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.