KOMPAS.com - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar mengacu kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jisdor cenderung melemah.
Dikutip dari Kompas.com, Selasa (27/9/2022), pada sesi perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah Jisdor berada pada level Rp 15.155 per dollar AS, lebih tinggi dari perdagangan Senin (26/9/2022) kemarin sebesar Rp 15.119 per dollar AS.
Adapun nilai tukar Rupiah pada dolar AS di pasar spot pada perdagangan hari ini ditutup menguat tipis 0,04 persen ke Rp 15.124 per dollar AS.
"Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 5 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 40 poin," kata Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, penguatan dolar Amerika Serikat (AS) telah memukul nilai tukar seluruh mata uang di dunia, termasuk Indonesia.
"Indeks dollar mengalami penguatan hingga 110. Kalau dollar menguat berarti lawan mata uang lainnya, terutama emerging market, mengalami depresiasi. Semakin kuat dollar berarti lawannya semakin melemah," ujar Sri Mulyani, dikutip dari Kompas.com, Senin (26/9/2022).
Lantas, apa penyebab nilai tukar Rupiah melemah?
Baca juga: Rupiah Melemah Tembus Rp 15.100 Per Dollar AS, Sri Mulyani Ungkap Penyebabnya
Penyebab Rupiah melemah
Terkait hal ini, Kompas.com menghubungi Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara.
Dia menilai, ada beberapa penyebab mengapa nilai tukar rupiah menjadi melemah.
Di antaranya karena adanya agresifitas dari kebijakan moneter di negara maju di mana negara maju menaikkan tingkat suku bunga.
Hal ini menciptakan aliran modal keluar dari negara berkembang.
“Ini tak hanya terjadi di Indonesia,” ujar Bhima, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (27/9/2022).
Faktor kedua melemahnya Rupiah karena adanya penguatan dolar AS dari dolar index.
“Jadi dolar index merupakan perbandingan antara mata uang dolar Amerika dengan lainnya. Jadi kalau dolar indeks menguat berarti dolar sedang perkasa dibandingkan mata uang lain termasuk Rupiah, ujar Dia.
Penyebab ketiga melemahnya Rupiah adalah faktor dari tingginya inflasi di negara berkembang yang menyebabkan kekhawatiran terjadinya tekanan sektor keuangan.
“Faktor yang keempat adalah dari ancaman resesi ekonomi secara global sehingga investor cenderung mengamankan atau mencari aset yang lebih aman,” ujarnya.
Lantas, apa dampak dari melemahnya Rupiah?
Baca juga: Rupiah Kian Tertekan, Dekati Rp 15.200 Per Dollar AS
Dampak dari melemahnya rupiah
"Seperti tahun 1998 saat rupiah melemah cukup dalam terhadap dolar, eksportir komoditas kopi saat itu mendapat devisa yang sangat besar. Jadi eksportir diuntungkan,” ujarnya.
Meski demikian, dampak negatif dari melemahnya Rupiah akan membuat harga-harga barang impor yang merupakan kebutuhan sehari-hari utamanya pangan misalnya gula, garam, daging sapi, gandum, kedelai, ikut mengalami kenaikan.
“Sehingga bisa menciptakan tekanan inflasi dalam negeri lebih tinggi,” katanya.
Jika pelemahan Rupiah semakin dalam, maka menurutnya akan membuat Bank Indonesia menaikkan tingkat suku bunga.
“Suku bunga yang naik cukup tinggi akan menyebabkan pelemahan pertumbuhan kredit perbankan,” ujarnya.
Selain itu, masyarakat juga akan mengurangi belanja akibat kenaikan suku bunga pinjaman.
Misalnya, belanja untuk KPR, properti, beli kendaraan bermotor akan membuat masyarakat menunda pembelian tersebut.
Adapun dampak juga akan terasa pada biaya bahan baku pada industri pengolahan yang diperoleh dari impor.
“Itu (bahan baku industri pengolahan) akan mengalami kenaikan signifikan kalau rupiah melemah,” ucapnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.