TNI Angkatan Laut Republik Indonesia bekerja sama dengan Laskar Indonesia Pusaka merencanakan pergelaran wayang orang dengan lakon Dewa Ruci pada awal 2023.
Di dalam kisah Dewa Ruci, Bima melakukan perjalanan pencarian untuk memperoleh kebenaran sejati tidak cukup dengan hanya mengesampingkan kamukten lan kamulyan, namun harus juga menghilangkan angkara murka kejahatan di dalam hatinya sendiri sebagai pengejawantahan sifat-sifat 12 kearifan sebagai berikut:
- Rila: tidak susah apabila kekayaan harta-benda berkurang dan tidak iri kepada orang lain
- Legawa: harus selalu siap bersikap ikhlas
- Nrima: bersyukur menerima jalan hidup dengan sadar
- Anoraga: rendah hati dan apabila ada orang yang berbuat jahat kepadanya, dia tidak akan membalas, tetap sabar
- Eling: tahu mana yang benar dan salah dan selalu akan berpihak kepada kebaikan dan kebenaran
- Santosa: selalu berada di jalan yang benar, tidak pernah berhenti untuk berbuat yang benar antara lain melakukan samadi. Selalu waspada untuk menghindari perbuatan jahat
- Gembira: bukan berarti senang karena bisa memenuhi kehendak atau napsunya, tetapi merasa tentram melupakan kekecewaan dari kesalahan-kesalahan dan kerugian yang terjadi pada masa lalu
- Rahayu: kehendak untuk selalu berbuat baik demi kepentingan semua pihak
- Wilujengan: menjaga kesehatan, kalau sakit diobati
- Marsudi kawruh: selalu mencari dan mempelajari ilmu yang benar
- Samadi
- Ngurang-ngurangi: antara lain makan pada waktu sudah lapar, makan tidak perlu banyak dan tidak harus memilih makanan yang enak-enak: minum secukupnya pada waktu sudah haus dan tidak perlu harus memilih minuman keras yang memabukkan; tidur pada waktu sudah mengantuk dan tidak perlu harus tidur di kasur yang tebal dan nyaman
Sesudah Bima membunuh ular naga dengan menggunakan kuku Pancanaka, Bima bertemu dengan Dewa Ruci yang bertubuh kecil-mungil namun sosoknya persis seperti Bima.
Bima memasuki raga Dewa Ruci melalui telinganya yang sebelah kiri. Di dalam raga Dewa Ruci, Bima bisa melihat dengan jelas seluruh jagad raya dan juga melihat dewa kecil tersebut sebagai perlambang makrokosmos bersatu dengan mikrokosmos dalam makna manunggaling kawula gusti.