KOMPAS.com - Hari ini, 109 tahun lalu, tepatnya pada 14 Oktober 1913, sebuah ledakan gas menghancurkan tambang batu bara milik Universal Colliery, di kota Senghenydd, Inggris.
Dilansir dari laman BBC, ledakan besar terjadi pada Selasa, 14 Oktober 1913 pukul 08.00 pagi.
Kejadian itu disebut-sebut menjadi bencana pertambangan paling mematikan dan tragis dalam sejarah Inggris.
Pasalnya, bencana ledakan tambang batu bara itu menewaskan hingga 439 penambang.
Kronologi ledakan tambang
Pagi itu, hampir 950 orang bekerja di bawah tanah dan banyak dari mereka terbunuh atau terluka bahkan sebelum mereka tahu apa yang sedang terjadi.
Ledakan yang menyebabkan bencana itu diduga disebabkan oleh percikan listrik dari benda seperti peralatan sinyal listrik yang menyalakan gas metana.
Kejadian ini kemudian dikenal dengan istilah fireamp.
Ledakan fireamp menyebabkan debu batu bara yang tergeletak di lantai tambang naik dan terbakar, lalu meledak dalam suara gemuruh yang dahsyat.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Tragedi Bom Bali 12 Oktober 2002, 202 Orang Tewas
Gelombang kejut menyebabkan lebih banyak debu batu bara naik ke udara, yang juga akhirnya tersulut dan menyebabkan ledakan.
Akibatnya, yang terjadi adalah serangkaian ledakan dengan bahan bakar sendiri alias karena batu bara di dalam tambang.
Kebakaran menyebar melalui sebagian besar pekerjaan bawah tanah, dengan cepat diikuti oleh kelembapan setelahnya.
Kelembapan ini adalah gas yang terbentuk oleh ledakan, gelombang karbon monoksida.
Hal itu mengakibatkan para penambang yang lolos dari ledakan mati lemas karena kekurangan oksigen, kecuali mereka yang dapat dengan cepat naik ke permukaan.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Kecelakaan Kereta Api Terburuk di Inggris, 85 Orang Tewas
Evakuasi korban ledakan tambang
Tim penyelamat datang dari tempat-tempat seperti Crumlin dan Aberdare.
Namun, upaya untuk mengeluarkan orang-orang itu terhalang oleh puing-puing yang jatuh. Bahkan salah satu penyelamat terjebak di salah satu atap yang runtuh.
Dalam usaha penyelamatan itu, para penyelamat berhasil menemukan pria dan anak lelaki yang masih hidup di reruntuhan.
Namun, seiring waktu, korban yang selamat semakin sedikit.
Upaya penyelamatan berlangsung selama tiga minggu meskipun pada saat itu, peluang untuk menemukan seseorang yang hidup sudah makin kecil.
Beberapa mayat kondisinya mengenaskan, sehingga mereka hanya dapat diidentifikasi dengan pakaian tertentu yang mereka kenakan.
Salah satunya, seorang pria yang dikenali dari sepatu yang dipakai untuk pertama kalinya hari itu.
Ada juga seorang anak laki-laki yang dikenali dari tambalan yang dijahit ibunya ke jaketnya beberapa hari sebelumnya.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Dimulainya Serangan AS ke Afghanistan
Tambang kembali beroperasi
Universal Colliery kembali digunakan pada akhir November 1913 dan produksi penuh kembali dicapai pada 1916.
Tambang tersebut tidak bertahan lebih lama. Para pekerja dan staf diberi pemberitahuan penutupan pada Maret 1928.
Tragedi Senghenydd sebenarnya tidak hanya terjadi pada 1913.
Hal itu membuktikan bahwa pepatah lama "petir tidak menyambar dua kali di tempat yang sama" adalah kekeliruan belaka.
Dua belas tahun sebelumnya, pada Jumat, 24 Mei 1901, kapal tambang yang sama mengalami bencana pertamanya.
Pukul 05.00 pagi, sebuah ledakan menghancurkan tambang tersebut dan menewaskan 81 orang. Hanya ada satu orang yang selamat yang ditarik dari lubang tambang.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Boeing 737 USAir Jatuh, 131 Tewas
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.