KOMPAS.com - Masjid Raya Baiturrahman menjadi saksi bisu dari ganasnya gempa bumi sekaligus tsunami yang menerjang Aceh pada 26 Desember 2004.
Tsunami tersebut diawali dengan gempa bumi bermagnitudo 9,3 yang tinggi gelombangnya diperkirakan mencapai 30 meter.
Diberitakan Kompas.com, gelombang yang begitu tinggi dalam hitungan beberapa menit langsung meluluhlantakan kawasan pantai hingga pemukiman.
Diperkirakan kecepatan gelombang tsunami Aceh mencapai 360 kilimeter per jam atau sekitar 100 meter per detik.
Meski terjangan tsunami begitu dahsyat, Masjid Baiturrahman tetap berdiri kokoh kendati bangunan maupun pohon di sekitarnya sudah roboh.
Berikut sejarah dan profil Masjid Raya Baiturrahman:
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa dan Tsunami Aceh 26 Desember 2004
Sejarah Masjid Baiturrahman
Dilansir dari Kemdikbud Ristek, Masjid Baiturrahman adalah masjid yang berada di jantung Kota Aceh yang telah didirikan pada tahun 1022 H/1612 Masehi.
Masjid tersebut dibangun ketika Sultan Iskandar Muda memerintah.
Namun, ada pula yang meyakini Sultan Alauddin Jonnan Mahmudsyah menjadi tokoh lain yang mendirikannya pada 1292 M.
Masjid Baiturrahman memiliki berbagai fungsi untuk masyarakat Aceh, seperti tempat salat, pengajian, dan acara besar keagamaan lainnya.
Namun, penjajah kolonial Belanda pernah membakar masjid ini ketika melakukan penyerangan ke Koetaradja yang saat ini dikenal sebagai Banda Aceh.
Pembakaran tersebut terjadi pada 10 April 1873 dan peristiwa ini menyebabkan pertempuran antara masyarakat Aceh dan Belanda.
Aibatnya, pada 14 April 1873, Belanda harus kehilangan salah satu panglima bernama Major General Johan Harmen Rudolf Köhler.
Masjid Baitturahman yang terbakar lantas dibangun ulang oleh Gubernur Jenderal Van Lansberge yang berjanji kepada masyarakat Aceh.
Peletakkan batu pertama pembagunan ulang masjid ini dilakukan pada Kamis 13 Syawal 1296 H/9 Oktober 1879 M oleh Tengku Qadhi Malikul Adil.
Adapun pembangunan Masjid Baiturrahman dilakukan pada 1879-1881 M dengan mengusung arsitektur yang mengadaptasi gaya moghul.
Perluasan kemudian dilakukan pada tahun 1935 di bagian kanan-kiri dengan tambahan dua kubah.
Perluasan ini membuat Masjid Baiturrahman memiliki 5 kubah dan 2 kubah baru kembali bertambah pada 1975.
Baca juga: Museum Kapal PLTD Apung di Banda Aceh, Saksi Bisu Tsunami Aceh
Arsitektur Masjid Baiturrahman
Sebelum arsitektur dibuat, ia berbncang terlebih dulu dengan orientalis asal Negeri Kincir Angin, Snouck Hurgronje dan penghulu masjid di Bandung.
Seperti yang sudah disebutkan bahwa arsitektur mughal menjadi ciri dari masjid Baiturrahman.
Arsitektur ini ditandai dengan kubah dan menara besar, layaknya Taj Mahal di India.
Di sisi lain, terdapat juga tiga pintu besar dari kayu berhiaskan ornamen, tangga marmer dari China, dinding dan pilar berelief, dan kaca patri dari Belgia.
Baca juga: Mengenang Tsunami Aceh di Desa Wisata Gampong Ulee Lheue
Tsunami Aceh
Banjir besar ternyata pernah menerjang Masjib Baiturrahman sebelum tsunami Aceh terjadi 18 tahun yang lalu.
Namun, yang paling membekas adalah hantaman gelombang yang tingginya 21 meter di pesisir utara Aceh.
Dilansir dari Indonesia Kaya, salah satu yang paling parah diterjang tsunami Aceh adalah Ulee Lheue.
Di sana, hampir tidak ada satu pun bangunan yang berdiri lantaran terjangan tsunami yang begitu dahsyat hingga ke pusat kota Banda Aceh.
Tsunami Aceh juga menyebabkan sekitaran Masjid Baiturahhman luluh lantak dan ribuan orang mengungsi ke tempat ini untuk berlindung.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.