Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Tupperware yang Kini Terancam Bangkrut

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/TAMER ADIL SOLIMAN
Ilustrasi wadah makan Tupperware.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com- Tupperware adalah salah satu produk yang identik dengan penyimpanan makanan dan minuman.

Di Indonesia, Tupperware banyak digandrungi oleh ibu-ibu rumah tangga karena bahannya yang dinilai kokoh dan memiliki warna yang bervariasi.

Dilansir dari CNN, Tupperware dikabarkan terancam bangkrut karena sahamnya turun hingga 50 persen pada Senin (10/4/2023).

Baca juga: Saat Sampah Plastik dari Indonesia Ditemukan Terdampar hingga Afrika…

Manajemen Tupperware mengatakan bahwa mereka tidak memiliki cukup uang untuk mendanai operasionalnya jika tidak mendapatkan uang tambahan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perusahaan mengatakan sedang menjajaki potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) dan sedang meninjau portofolio real estatnya untuk upaya penghematan uang potensial.

Selain itu, New York Stock Exchange juga memperingatkan bahwa saham Tupperware terancam dihapus dari daftar karena tidak mengajukan laporan tahunan yang diwajibkan.

Baca juga: Daftar Negara yang Terancam Bangkrut seperti Sri Lanka, Mana Saja?


Lantas, bagaimana sejarah Tupperware?

Sejarah Tupperware

Dilansir dari Independent, Tupperware adalah merek asal Amerika Serikat yang didirikan oleh Earl Tupper, seorang ahli kimia pada 1946.

Pendirian Tupperware berawal saat Tupper sedang bereksperimen dengan plastik, yang saat itu masih baru dan tidak populer. Pada saat itu, plastik masih dianggap sebagai barang yang jelek, bau, dan tidak berguna.

Namun, Tupper mengubahnya menjadi plastik yang dapat dicetak, fleksibel, dan tahan lama.

Selanjutnya, Tupper membuat tutup plastik yang tahan air dan kedap udara untuk digunakan sebagai tempat menyimpan makanan dan membuat makanan tetap segar.

Baca juga: Sejarah dan Fakta Tupperware, Wadah Makanan yang Jangan Sampai Hilang!

Menargetkan ibu-ibu rumah tangga

Awalnya, Tupperware menolak melakukan penjualan langsung kepada konsumen.

Perusahaan tersebut lebih memilih melakukan penjualan langsung di toko atau melalui katalog. Namun, bisnis Tupperware mulai tidak baik-baik saja pada akhir 1940-an karena jenis wadah plastiknya berbeda dari merek kebanyakan saat itu.

Pada 1951, Tupper kemudian mempekerjakan Brownie Wise, seorang pelayan di perusahaan produk pembersih Stanley Home.

Stanley Home memiliki cara untuk menjual produk langsung kepada ibu-ibu rumah tangga yang memiliki julukan "home party".

Baca juga: INFOGRAFIK: Selain Dibakar, 4 Cara Kelola Sampah Plastik

Wise pun akhirnya berhasil menjual Tupperware langsung kepada ibu rumah tangga. Bahkan, ibu rumah tangga tersebut ikut menjual Tupperware tentu dengan pelatihan dari Wise.

Bukan sekadar berjualan Tupperware, kumpulan ibu rumah tangga tersebut dapat dikatakan sebagai komunitas dan berkembang pesat.

Komunitas tersebut juga dikenal sebagai "Tupperware party". Meskipun Wise sudah tidak lagi bekerja di Tupperware sejak 1958 karena memiliki konflik dengan Tupper, namun "Tupperware party" tetap berjalan.

Bahkan, Tupperware sampai mendunia dengan penjualan di hampir 100 negara.

Baca juga: Pilih Tandon Air Plastik atau Stainless Steel, Mana yang Lebih Baik?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi