Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesaksian Wartawan yang Pertama Mengetahui Kabar Kematian Brigadir J

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/WAHDI SEPTIAWAN
Kerabat memegang foto almarhum Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J saat pemakaman kembali jenazah setelah autopsi ulang di Sungai Bahar, Muarojambi, Jambi, Rabu (27/7/2022). Autopsi ulang yang berlangsung selama enam jam itu dilakukan atas permintaan keluarga dalam mencari keadilan dan pengungkapan kasus. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/nym.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Pembunuhan Brigadir Polisi Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J atau Brigadir Y terjadi pada tanggal 8 Juli 2022, atau tepat setahun lalu.

Pembunuhan dilakukan di rumah dinas Inspektur Jenderal Polisi Ferdy Sambo yang ketika itu menjabat Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Div Propam) Polri, di Kompleks Perumahan Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, DKI Jakarta.

Awalnya tak banyak yang tahu terkait kejadian tersebut. Pemberitaan di media pun masih remang-remang dan bahkan berjarak beberapa hari dari waktu kejadian.

Kecurigaan soal pembunuhan Brigadir J berawal dari media lokal di Jambi.

Baca juga: Kronologi Pembunuhan Brigadir J, Kapolri: Penembakan atas Perintah Ferdy Sambo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awal kecurigaan tewasnya Brigadir J

Dikutip dari Tribun Jateng, pada hari Sabtu 9 Juli 2022 pukul 11:00 WIB, wartawan Tribun Jambi bersama rekan Kompas TV melakukan liputan pelatihan K9 (anjing pelacak) di Cargo Bandara Sultan Thaha Jambi bersama personel Ditsamapta Polda Jambi.

Saat itu diceritakan, suasana tambak berbeda, hal itu karena banyak polisi berseragam bebas (Intelijen) di lokasi cargo bandara.

Wartawan Tribun Jambi dan teman dari Kompas TV (Jumaidi/Dedi) sempat curiga dan bertanya-tanya, terkait ramainya personel intel di lokasi.

Sekilas pembicaraan sesama mereka terdengar ada anggota Brimob yang meninggal dunia, dan akan tiba di Jambi.

Namun, kematian anggota Brimob itu belum diketahui penyebabnya.

Kemudian, sembari memantau lokasi, Tribun dan Kompas TV melanjutkan liputan K9 dari Ditsamapta Polda Jambi.

"Saat itu, kami hanya diberi waktu 1 jam untuk liputan dan keluar dari kargo," kata Aryo Tondang, wartawan Tribun Jambi.

Pihaknya menyimpulkan, ada anggota polisi kemungkinan meninggal karena sakit, dan diantar ke Jambi melalui udara. Sebab jika gugur karena tugas, tentunya ada upacara penjemputan.

Tetapi, saat itu menurut Aryo tidak ada upacara penyambutan, hanya ada Intel dan sejumlah orang yang datang menggunakan Ulos (kain tenun suku batak) datang ke Cargo.

"Sehingga kami meninggalkan lokasi dengan keyakinan, ada anggota polisi yang meninggal karena sakit," ujarnya.

Ketika itu Aryo juga mendengar obrolan dari intel bahwa di bandara ada jasad polisi yang akan diserahkan ke keluarga.

"Saya sempat berdiskusi dengan intel yang saya kenal, ini ada apa Bang? kalau memang ada jenazah dari kepolisian mengapa tidak ada upacara kedinasan?" ujarnya.

Aryo kemudian melihat rombongan ibu-ibu mengenakan kain ulos khas batak.

Aryo mengaku ketika pihak polisi yang mengawal jasad Brigdir J terkejut melihat keberadaan wartawan di sekitar bandara.

Mulanya, Aryo mengatakan ketika mendengar kabar polisi tembak polisi, ia segera mencari informasi lain yang beredar. Ia mengaku ketika berusaha melakukan investigasi terkait isu tersebut.

Baca juga: Misteri CCTV dalam Kasus Kematian Brigadir J

 

Muncul kabar polisi tembak polisi

Aryo mengatakan hari Minggu 10 Juli 2022 mendengar kabar adanya isu polisi tembak polisi hingga menyebabkan Brigadir J meninggal dunia.

Aryo lalu mengonfirmasi kabar tersebut ke kabid Humas Polda Jambi melalui WhatsApp.

"Saya kirim WA, apa benar ada polisi yang meninggal ditembak di rumah kadiv propam?, namun WA itu sudah dibaca tapi tidak direspons," ujarnya.

Aryo juga mengaku dapat foto-foto dan video jenazah Brigadir J melalui WhatsApp.

Ia mengaku penasaran dan mulai timbul kecurigaan.

Aryo mengatakan ia juga bertemu bibi kandung Brigadir J di hari Senin, 11 Juli 2022.

"Telepon saya diangkat oleh bibi Brigadir J, beliau menceritakan detail, percakapan itu saya rekam, kemudian saya tulis berita tersebut, namun berita itu diedit karena nama yang terlibat, TKP disebutkan bibi Brigadir J," ujarnya.

Mendatangi rumah duka

Sementara itu, Sulistiono selaku Pempimpin Redaksi Tribun Jambi mengatakan isu yang ditulis Aryo Tondang sangat sensitif.

"Akhirnya secara redaksi kami ganti, TKP dari rumah Kadiv Propam dengan sebuah rumah di Jakarta," ujar Sulistiono.

Setelah itu, tim redaksi Tribun Jambi menuju rumah duka Brigadir J dengan menempuh perjalanan 2 jam.

Sulistiono mengatakan ia bertemu bibi Brigadir J dan pacar Brigadir J namun belum berani melakukan wawancara karena kondisi masih sangat berduka setelah pemakaman.

Sulistiono dan Aryo lalu kembali ke rumah duka dan mengikuti prosesi adat selesai dilakukan. Hingga akhirnya Sulistiono dan Aryo bertemu ayah Brigadir J, Samuel.

"Saya wawancara selama 28 menit, namun permintaan dari Bapak Samuel, hingga kini rekaman tersebut belum saya tulis," ujar Sulistiono.

Belum ada wartawan yang meliput

Sulistino mengatakan bahwa saat datang ke rumah duka, belum ada wartawan lain yang meliput kasus tersebut.

"Saya belum melihat wartawan lain, kami dari Tribun Jambi datang ke lokasi pemakaman hingga rumah duka menggunakan mobil kantor yang bertulis Tribun Jambi," ujar Sulistiono.

Sulistino mengatakan saat tim redaksi Tribun Jambi datang ke rumah duka, banyak sekali orang-orang yang memotret kehadiran mereka.

"Banyak yang memotret kami, ada yang ingin selfie-lah, tapi ada juga polisi yang memfoto kami," ujar Sulistiono.

Setelah itu Sulistiono kembali ke kantor Tribun Jambi.

Namun tiba-tiba pukul 19.00 WIB, Aryo mendapat telefon dari bibi Brigadir J, Rohani.

Dia menghubungi Aryo untuk memintanya kembali ke rumah duka. Hal itu karena dia mengaku banyak sekali polisi yang mengepung rumahnya.

"Lalu saya katakan coba divideo itu dulu karena saya sudah di kota Jambi, lalu Ibu Rohani mengirim video ke saya," ujar Aryo.

Sulistiono lalu menerbitkan berita dengan redaksi "Polisi Tewas Ditembak."

Sulistiono mengatakan hanya Tribun Jambi yang menulis dengan judul seperti itu karena kabar dari kepolisian adalah isu ada polisi tembak menembak.

Sulistiono memastikan setelah pemakaman Brigadir J, hanya Tribun Jambi yang memuat berita di rumah duka hingga pemakaman.

Aryo mengatakan, Rohani lalu menceritakan kejadian ketika malam dikepung polisi.

Rohani menyebutkan saat itu Brigjen Hendra Kurniawan datang ke rumah duka tanpa melepas alas sepatu, lalu seluruh jendela ditutup gorden.

"Seolah disterilkan, dan menceritakan kronologi tewasnya Brigadir J seperti siaran Kompolnas, Ibu Rohani saat itu protes karena tidak ada rekaman CCTV" ujarnya.

Setelah kabar kematian Brigadir J mulai menyebar, hari Selasa 12 Juli 2022 banyak media nasional yang datang ke rumah duka.

Sulistiono lalu menyusun kronologi dari percakapan Brigadir J dengan keluarga melalui WhatsApp (WA).

Dia mengaku mendapat kronologi dari tanggal 2 sampai tanggal 8 Juli 2022.

"Saya melihat percakapan perhatian anak ke orangtua, dengan menanyakan kondisi orangtua ketika perjalanan ke Sidempuan , tidak ada gelagat apapun," ujar Sulistiono.

Sulistiono melihat adanya percakapan WA dari Brigadir J yang ingin ikut ke Sidempuan, namun tidak bisa karena dinas ke Magelang.

 

Jenazah Brigadir J diautopsi

Aryo lalu menceritakan ketika jenazah Brigadir J diautopsi.

"Situasi saat itu sangat berduka, ibu Brigadir J menangis histeris, situasinya sangat sedih sekali," ujarnya,

Sulistiono menceritakan ketika kasus itu besar, ia memberi saran agar menggunakan pengacara, namun Samuel menolak khawatir tidak bisa membayar pengacara.

Saat itu dia juga ingin membantu menghubungkan Samuel ke LBH Palembang, namun Samuel menolak.

Namun setelah itu 20 menit kemudian dia dapat kabar dari media lain bahwa keluarga Brigadir J sudah didampingi pengacara.

"Kemudian kami putuskan untuk membantu melalui advokasi berita," ujar Sulistiono.

Setelah itu, Sulistiono mengatakan rekaman yang ia punya selama 28 menit berbincang dengan Pak Samuel itu dibuka oleh pengacara Brigadir J.

Pertama memberitakan

Sulistiono melihat kasus kematian Brigadir J ini menjadi besar, lalu diputuskan seorang wartawan yang berasal dari daerah situ untuk meliput segala perkembangan terkait kematian Brigadir J.

Sulistiono mengaku Tribun Jambi yang pertama kali meliput hingga 1 bulan kasus itu masih terus berlanjut telah menerbitkan 1.513 konten berita online, 900 berita cetak, 600 berita video dan 159 live streaming.

Bahkan Sulistiono mengatakan kasus Brigadir J sudah menjadi 40 kali heaadline.

Sulistiono mengatakan kasus kematian brigadir J sangat ditunggu pembaca di Jambi maupun masyarakat Indonesia saat itu.

Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Kesaksian Jurnalis Tribun Jambi Pertama Kali Liput Kasus Brigadir J: Rekaman 28 Menit Dirahasiakan. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi