KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) dan Inggris melancarkan serangan ke kelompok Houthi di wilayah Yaman pada Kamis (11/1/2024).
Ini merupakan respons langsung terhadap serangan Houthi ke kapal maritim internasional yang melintas di Laut Merah.
Kelompok Houthi tercatat telah melancarkan 27 kali serangan di Laut Merah terhitung sejak 19 November 2023 silam.
Melihat kondisi ini, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengambil tindakan tegas untuk melakukan aksi serangan balik kepada kelompok Houthi di Yaman.
"Hari ini, atas arahan saya, pasukan militer AS bersama Inggris dan dukungan dari Australia, Bahrain, Kanada, dan Belanda berhasil melakukan serangan terhadap sejumlah sasaran di Yaman yang digunakan oleh pemberontak Houthi untuk membahayakan kebebasan navigasi di Yaman," tutur Presiden AS Joe Biden, dikutip dari laman resmi Gedung Putih.
Baca juga: Mengenal Houthi di Yaman, Resmi Jadi Target Serangan AS-Inggris
AS dan koalisi sudah peringatkan Houthi
AS dan 12 negara koalisi sebelumnya telah memperingatkan Houthi untuk menghentikan serangan mereka.
Menurut AS, akan ada konsekuensi berat jika serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah masih terus berlanjut.
"Biarlah pesan kami menjadi jelas, kami menyerukan diakhirinya segera serangan ilegal ini dan pembebasan kapal dan awak kapal yang ditahan secara tidak sah," isi pernyataan itu, dikutip dari VOA News.
Pernyataan itu ditandatangani oleh Amerika Serikat, Inggris, Australia, Kanada, Jerman, dan Jepang.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengeluarkan sebuah resolusi pada Rabu (10/1/2024).
Adapun isi resolusi itu adalah seruan agar Houthi segera menghentikan serangan mereka.
Sayangnya, peringatan-peringatan itu tidak dihiraukan oleh pihak Houthi.
Menurut Houthi, aksi-aksi yang mereka lakukan ini ditujukan untuk menghentikan serangan Israel di Jalur Gaza.
Namun, target serangan mereka belakangan meluas hingga ke kapal-kapal laut yang tidak berkaitan dengan Israel.
Baca juga: Profil Chen Tianqiao, Warga China Salah Satu Tuan Tanah Terbesar di AS
Serangan pertama AS-Inggris
Sebagai bentuk perlawanan, pihak AS dan Inggris pun mengerahkan jet-jet tempur untuk memalas serangan Houthi.
Tidak diketahui secara pasti di mana serangan ini terjadi.
Akan tetapi, disebutkan bahwa serangan pertama yang dilancarkan AS-Inggris menyasar sejumlah pusat logistik, sistem-sistem pertahanan udara, dan gudang-gudang senjata milik Houthi.
Lebih lanjut, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin juga menyatakan, serangan yang dilancarkan AS-Inggris menargetkan kendaraan udara tak berawak (drone) milik Houthi, kapal permukaan tanpa awak, rudal jelajah serangan darat, dan radar pantai serta pengawasan udara, dikutip dari CBS News.
Menanggapi situasi ini, pejabat senior Houthi, Mohammed al-Bukhaiti telah memperingatkan AS-Inggris, bahwa mereka akan menyesal karena sudah menyerang Yaman.
Houthi kemudian kembali menembakkan rudal antikapal ke Teluk Aden pada Kamis (11/1/2024).
Baca juga: Mengenal Jeffrey Epstein, Muncikari yang Seret Nama 2 Presiden AS dan Pangeran Andrew
Desakan sidang darurat PBB
Serangan AS-Inggris terhadap kelompok Houthi di Yaman menyita perhatian negara lain, termasuk Rusia.
Diketahui Rusia telah mengirim pesan kepada anggota Dewan Keamanan PBB yang menyatakan bahwa mereka menganggap penggunaan kekuatan di Yaman ini sebagai pelanggaran terhadap Piagam PBB.
Rusia menyerukan agar segera dilakukan sidang darurat Dewan Keamanan PBB pada Jumat (12/1/2024), dikutip dari Aljazeera.
Sementara itu, pihak Israel hingga kini masih belum memberi tanggapan usai memanasnya situasi Laut Merah.
Sejak awal Perang Hamas-Israel terjadi, pihak Israel sudah mengatakan bahwa fokus mereka adalah menyerang Hamas di Gaza.
Akan tetapi, pihak Israel juga menyatakan, semua lini terbuka dalam perang ini. Hanya saja, masih masih belum memberi komentar terkait serangan AS-Inggris terhadap kelompok Houthi di Yaman.
Baca juga: Saat AS dan Inggris Susul China Laporkan Pneumonia Misterius...
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.