Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adakah Pemilu yang Jurdil?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/RIZA FATHONI
Petugas KPPS TPS 901 memandu pasien yang hendak mencoblos melalui pelayanan jemput bola di RS Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Rabu (14/2/2024).
Penulis: Jaya Suprana
|
Editor: Sandro Gatra

SETELAH menyimak hasil pemilu yang pernah diselenggarakan di persada Indonesia, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hasil pemilu yang dapat diterima secara sempurna dan paripurna ikhlas dan legowo oleh segenap pihak.

Niscaya ada pihak yang merasa tidak puas terhadap hasil pemilu, termasuk yang diselenggarakan pada 2024. Terbukti banyak pihak turun ke jalan untuk unjuk rasa tidak puas terhadap hasil pemilu.

Bahkan ada yang menggugat hasil pemilu ke lembaga yudikatif tertinggi di negeri kita, yaitu Mahkamah Konstitusi, maupun ke lembaga legislatif tertinggi, yaitu DPR yang sebenarnya lebih layak disebut sebagai DPP sebagai akronim Dewan Perwakilan Parpol.

Segenap indikasi beraroma kurang sedap itu memicu pertanyaan mendasar, yaitu adakah pemilu yang jurdil alias jujur dan adil.

Pertanyaan adakah pemilu yang judul pada hakikatnya setara sulit dijawab dengan pertanyaan adakah vonis hakim yang adil.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pada kenyataan memang lazimnya vonis hakim dianggap adil hanya terbatas oleh pihak yang merasa diuntungkan sambil niscaya dianggap tidak adil oleh pihak yang merasa dirugikan.

Secara kearifan falsafahiah dapat disepakati bahwa pada hakikatnya rasa kecewa adalah nisbi akibat lebih subyektif ketimbang obyektif melekat pada situasi-kondisi yang hadir pada apa yang disebut sebagai idealisme dalam bentuk harapan.

Selama ada harapan, maka ada risiko kecewa terutama apabila sang harapan tidak terwujud menjadi kenyataan.

Menurut pemahaman Buddhisme kemelekatan justru merupakan sumber utama penderitaan berupa perasaan tidak bahagia termasuk perasaan kecewa, tidak puas dan sejenisnya.

Manusia yang merasa bahagia adalah yang mampu melepaskan diri dari segenap kemelekatan pada apapun yang tergolong keduniawian.

Kembali ke tema pertanyaan adakah pemilu yang jurdil, pada hakikatnya dapat disimpulkan bahwa akibat manusia mustahil sempurna, maka selama pemilu diselenggarakan oleh manusia, maka dapat dipertanyakan tentang apakah sebenarnya absurd untuk mengharapkan ada pemilu yang sempurna jurdil.

Selama manusia masih mustahil sempurna dan pemilu masih diselenggarakan oleh manusia yang mustahil sempurna, maka serta merta dengan sendirinya mustahil ada kemanusiaan yang adil dan beradab, mustahil ada keputusan hakim yang sempurna adil, mustahil ada pemilu yang sempurna jujur dan adil.

Sampai di sini, pembicaraan potensial memicu kesan bahwa idealisme merupakan kemustahilan yang absurd bersuasana konyol seperti katak merindukan rembulan.

Mungkin kesan ini benar, namun sekaligus mungkin juga keliru karena rawan menyesatkan umat manusia ke sikap pesimistis, bahkan nihilis plus fatalis.

Secara kelirumologis dapat diyakini bahwa kesadaran manusia mustahil sempurna justru merupakan energi yang menggerakkan mekanisme semesta peradaban di mana kesadaran manusia bahwa dirinya mustahil sempurna justru merupakan cambuk semangat akhlak untuk senantiasa berkelanjutan terus menerus gigih berjuang bukan menjauhi, namun malah mendekati kesempurnaan selama hayat masih dikandung badan.

Maka atas kecurigaan bahwa tidak ada pemilu yang benar-benar jurdil, justru bangsa Indonesia wajib terus gigih berjuang berkelanjutan tanpa henti untuk rawe rawe rantas malang malang putung maju tak gentar menyelenggarakan pemilu yang lebih jujur dan lebih adil ketimbang pemilu yang sudah berlalu. MERDEKA!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi