KOMPAS.com - Foto punggung anak berwarna kemerahan diduga usai dikerok beredar viral di media sosial X, dulunya Twitter, Senin (22/4/2024).
Dalam foto tersebut disampaikan, anak balita tersebut berusia sekitar 2 tahun.
"Serius nanya, Emang anak kecil boleh dikerok yah, ini story org anaknya berkisar umur 2 tahun, ini gak sekali kulihat anaknya dikerok, biasanya smpe merah mateng bgt," tulis @tanyakanrl.
Unggahan itu menuai banyak komentar warganet. Mereka menanyakan apakah kerokan pada anak aman dilakukan.
"Dihhh emang boleh? bayi segituu woy sakit pasti, gimana ibunya nih," tulis @Tatapiya.
Lantas, bolehkan anak dikerok? Apa bahaya kerokan pada anak? Simak penjelasannya lewat artikel berikut ini.
Baca juga: Amankah Bayi yang Baru Lahir Dipijat? Ini Penjelasan Dokter dan IDAI
Baca juga: Ramai soal Cara Mengetes Refleks Moro pada Bayi, Dokter Anak Ingatkan Hal Ini
Penjelasan dokter kenapa anak tidak boleh dikerok?
Dokter spesialis anak di Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (RS UNS) Debby Andina Landiasari menyampaikan, kerokan pada anak, terlebih bayi, sangat tidak dianjurkan.
Hal tersebut lantaran kulit bayi dan anak masih sangat tipis, sehingga bisa memicu terjadinya luka akibat gesekan saat menggosok.
Menurut Debby, kerokan pada anak tidak memiliki manfaat jika ditinjau dari segi medis.
"Tidak ada manfaatnya," kata dia, dikutip dari Kompas.com (19/9/2023).
Para orangtua yang telanjur mengerok anaknya, diimbau untuk memantau bekas kerokan tersebut apakah menimbulkan luka, iritasi, atau infeksi.
Baca juga: Ramai soal Unggahan Bayi Meninggal Usai Diberi Makan Pisang, Dokter: Minimal Usia 6 Bulan
Bahaya kerokan pada anak
Senada dengan Debby, dokter spesialis anak di RS Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Aisya Fikritama juga tidak menganjurkan kerokan pada anak.
Menurutnya, kerokan pada bayi yang berusia kurang dari 1 tahun bisa menyebabkan rasa nyeri dan iritasi pada kulit.
Bahaya kerokan pada anak lainnya yaitu proses kerokan yang biasanya m
"Efek sampingnya tentunya bisa menyebabkan ruam pada kulit," ungkap Aisya, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (23/4/2024).
Aisya menyampaikan, proses kerokan pada anak bisa menimbulkan rasa nyeri, luka, muncul kemerahan, dan bengkak di lokasi kerokan lantaran kulit bayi yang masih sangat tipis.
Luka yang ditimbulkan akibat proses kerokan pada bayi juga bisa menjadi media kuman penyebab infeksi.
"Bakteri atau virus bisa masuk ke kulit yang terluka karena adanya port d'entry (pintu masuk) dari celah kecil luka yang terbuka. Kalau dilihat tidak kasat mata, enggak kelihatan," terang dia.
Selain prosesnya, kerokan pada bayi juga bisa berbahaya karena prosesnya menggunakan minyak telon, minyak gosok, atau atau zat lain.
Aisya mengatakan, zat atau minyak yang dipakai juga bisa menyebabkan iritasi dan peradangan pada kulit anak.
Baca juga: Ramai soal Punggung Bayi Memerah Usai Dikerok, Bolehkah Anak Kerokan?
Alternatif kerokan pada anak
Menurut Aisya, tidak ada batasan usia pasti kapan seorang anak boleh mendapat kerokan. Namun, umumnya, semakin beranjak dewasa, semakin aman untuk mendapat kerokan.
Hanya saja, orangtua perlu benar-benar memastikan apakah kerokan itu memang bermanfaat untuk meredakan sakit.
Aisya juga menyampaikan bahwa kerokan bukanlah satu-satunya cara untuk meredakan sakit pada anak.
"Sebetulnya masih banyak cara alami yang bisa digunakan untuk meringankan gejala demam atau sakit pada anak," terang Aisya.
Ia menjelaskan, cara alami untuk meredakan sakit pada anak adalah dengan kompres menggunakan air hangat, memberikan ASI pada bayi, atau mandi pakai air hangat.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.