Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Baca di App
Lihat Foto
TikTok
Tangkapan layar unggahan Bima Yudho soal dirinya mendapat tawaran endorse Bea Cukai.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - TikToker Bima Yudho mengatakan bahwa ia mendapat tawaran endorse mengenai Direktorat Jenderal (Ditjen) Bea Cukai (DBC).

Untuk diketahui, Bima adalah remaja asal Lampung yang memviralkan masalah pendidikan dan pembangunan infrastruktur di kampung halamannya pada 2023 lalu.

Tawaran endorse soal Bea Cukai diungkapkan Bima melalui akun TikTok pribadinya, @awbimax.

Dalam unggahan, pada awalnya Bima menunjukkan tangkapan layar pesan WhatsApp ketika ia dihubungi oleh seseorang yang mengaku dari sebuah agensi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pihak agensi mengatakan kepada Bima bahwa mereka sedang memiliki campaign dengan Bea Cukai.

Campaign tersebut, menurut pihak agensi, bukanlah tawaran buzzer namun mengarah ke sudut pandang seseorang mengenai pengalaman mereka dengan Bea Cukai.

Pihak agensi kemudian memberikan brief singkat agar Bima membuat satu video di TikTok dan satu main video atau stitch TikTok.

Bima yang mendapatkan tawaran endorse Bea Cukai tidak serta merta mengiyakan ajakan tersebut.

Ia memilih mengunggah tawaran endorse Bea Cukai ke TikTok dan memberikan rate card sebesar Rp 100 juta.

“Ya IDR 3,000 Triliun aja possibly bisa disikat masak buat bayar IDR 100 juta aja gak bisa ya kan?” tulis Bima dalam keterangan unggahan.

Baca juga: Saat Warganet Soroti Kekayaan Dirjen Bea Cukai yang Mencapai Rp 51,8 Miliar...

Kronologi Bima Yudho ditawari endorse Bea Cukai

Bima mengatakan, ia menerima tawaran endorse mengenai Bea Cukai melalui WhatsApp pada Rabu (1/5/2024) pukul 18.30 waktu Sydney, Australia.

Ia menjelaskan bahwa pihak yang memberikan tawaran tersebut adalah sebuah creative agency, namun dirinya enggan membeberkan nama agensi ini.

“Jenis agensinya ini sepertinya mereka hanya creative agency saja. Untuk fokusnya cuma brand awareness saja gitu bukan crisis communication,” ujar Bima kepada Kompas.com, Sabtu (4/5/2024).

Bima mengungkapkan, ia sempat mencari nama agensi yang menawarinya endorse mengenai Bea Cukai. Namun, setelah dicari melalui mesin pencari Google, ia tidak menemukan nama agensi tersebut.

Bima pun merasa bingung dengan keberadaan agensi yang menawarinya endorse.

“Jadi aku juga bingung. Ini creative agency abal-abal atau bagaimana gitu kan,” ujarnya.

Baca juga: Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Anggap tujuan kurang baik

Bima menyampaikan, pihak agensi mengatakan bahwa mereka mencari key opinion leader (KOL) yang bisa memberikan informasi mengenai pengalaman mereka dengan Bea Cukai.

Tetapi, agensi tersebut tidak menjelaskan pengalaman seperti apa yang dimaksud. Hal ini membuat Bima bertanya-tanya.

“Ya pengalaman seperti apa? Pengalaman buruk? Pengalaman buruk mah udah disebarluaskan banyak pihak,” kata Bima.

Ia menduga tujuan agensi tersebut mencari KOL untuk di-endorse bukanlah untuk mengalihkan isu.

Menurut Bima, pihak agensi hanya memanajemen crisis communication yang sedang terjadi di Bea Cukai.

Namun, Bima mempertanyakan langkah tersebut yang menurutnya memiliki tujuan kurang baik.

Sebabnya, pihak agensi dan Bea Cukai dinilai tidak memberikan klarifikasi ketika kabar buruk sedang menerpa instansinya, namun malah mencari KOL untuk membentuk representasi mereka supaya positif.

“Tapi, kenapa mereka harus nyari KOL lain, sedangkan di sana (Indonesia) banyak KOL-KOL yang ngamuk dan memberikan feed back yang buruk terhadap instansi ini (Bea Cukai),” imbuh Bima.

Baca juga: Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Alasan Bima beri rate card Rp 100 juta

Bima mengatakan, ia memberikan tarif Rp 100 juta kepada agensi yang menawarinya endorse Bea Cukai bukan tanpa alasan.

Ia mengaku, tarif sebesar itu diberikan supaya dirinya tahu seberapa banyak budget atau anggaran yang dimiliki Bea Cukai.

“Berarti (kalau bisa Rp 100 juta) instansi ini kaya dong. Rp 100 jutra itu bukan main-main, lho,” ucap Bima.

“Jadi aku mau ngetes aja sih penasaran juga sama budget-nya berapa juga gitu kan,” tambahnya.

Baca juga: Duduk Perkara Warganet Beli Sepatu Rp 10 Juta, tapi Ditagih Bea Cukai Rp 31 Juta

Pihak agensi minta take down

Bima menceritakan, ia tidak langsung menolak tawaran endorse Bea Cukai yang diberikan pihak agensi.

Ia memilih untuk memviralkan tawaran tersebut ke TikTok.

Tidak lama kemudian, pihak agensi menghubungi Bima kembali untuk meminta konten tersebut di-take down.

“Jadi, ya aku nolak sebenarnya. Jadi, aku juga langsung ji*** ketika ngeliat message mereka nanyain rate card aku untuk jadi KOL di campaign Bea Cukai ini,” imbuh Bima.

Klarifikasi Bea Cukai

Direktur Komunikasi dan Bimbingan Pengguna Jasa DBC Nirwala Dwi Heryanto buka suara soal pengakuan Bima yang mendapat tawaran endorse yang menyangkut instansinya.

Kepada Kompas.com, Senin (6/5/2024), Nirwala mengatakan bahwa Bea Cukai tidak pernah menggunakan influencer sebagai buzzer untuk mendiskreditkan opini masyarakat, terutama menyangkut hal yang sedang ramai dibahas.

Namun, ia menyampaikan, pihaknya pernah menjalin kerja sama dengan beberapa influencer untuk mengedukasi masyarakat soal layanan kepabean dan cukai.

Tujuan kerja sama tersebut supaya jangkauan publisitas semakin maksimal dan membuat informasi yang disampaikan lebih mudah dipahami masyarakat secara praktis.

“Layaknya organisasi lain yang memahami pentingnya peran media sosial dan influencer dalam membantu menyebarkan dan menyederhanakan informasi yang kami miliki, kami juga turut mengoptimalkan penggunaan fungsi-fungsi tersebut,” ujarnya.

Lebih lanjut, Nirwala juga menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah meminta agensi tertentu untuk mengajak Bima bekerja sama.

Baca juga: Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi