KOMPAS.com - Peneliti dari Universitas Federal Sao Paulo, Brasil berhasil mengungkap virus tertua di dunia dari serpihan tulang manusia purba.
Virus tersebut diidentifikasi dalam kumpulan tulang manusia purba Homo neanderthal yang berumur lebih dari 50.000 tahun.
Penemuan tersebut dimuat dalam jurnal Biorxiv yang terbit pada Minggu (21/4/2024) dengan judul Reconstructing prehistoric viral genomes from Neanderthal sequencing data.
Penelitian tersebut meneliti dua manusia purba berjenis kelamin laki-laki yang ditemukan di gua Chagyrskaya, Rusia, dikutip dari Arkeo News.
Dua manusia purba tersebut merupakan bagian dari tujuh Homo neanderthal lain yang ditemukan pada 2022.
Usai diteliti, sembilan manusia prasejarah tersebut ternyata diketahui memiliki DNA yang sama, yang berarti semuanya berkerabat,
Kedua manusia prasejarah tersebut menjalani tes DNA dan menunjukkan jejak beberapa virus, seperti adenovirus (penyebab flu), virus papiloma (penyebab penyakit menular seksual), dan virus herpes.
Penemuan tersebut menjadikan ketiga virus yang berhasil diidentifikasi sebagai virus tertua yang menjangkiti manusia, yang pernah ditemukan.
Rekor ini melampaui penemuan virus yang ditemukan dalam sisa-sisa kerangka manusia purba Homo sapiens berusia 31.600 tahun.
Baca juga: Infeksi Virus B Mematikan Ditemukan di Hong Kong, Mungkinkah Menyerang Indonesia?
Virus purba yang bertahan hingga kini
Para ahli telah lama berspekulasi bahwa virus mungkin menyebabkan kepunahan dari Homo neanderthal.
Meskipun, peneliti menambahkan catatan bahwa bukan hanya virus saja yang memicu kepunahan, namun virus menjadi salah satu faktor pemicu penting.
Hal ini menunjukkan bahwa manusia purba tersebut mungkin telah terinfeksi virus yang sama dengan yang menyerang manusia saat ini.
Misalnya, adenovirus dapat menyebabkan berbagai macam penyakit mulai dari nyeri seperti flu biasa, hingga serangan gastroenteritis akut yang parah.
Selain itu, virus papiloma yang terkenal karena berhubungan dengan kanker serviks juga telah menjangkiti manusia prasejarah.
Peneliti juga berpendapat bahwa Homo neanderthal lebih rentan terhadap ketiga virus tersebut dan dampaknya, dilansir dari IFL Science, Selasa (14/5/2024).
Baca juga: Muncul Virus B Mematikan di Hong Kong, Ini Gejala dan Penularannya
Rencana replikasi virus
Tim peneliti yang tergabung dalam penemuan ini sekarang berencana untuk mencoba mereplikasi virus.
Replikasi virus yang mirip seperti adegan dalam film Jurassic Park tersebut bertujuan untuk melihat perbandingan virus purba dengan virus modern.
Nantinya, virus yang sudah direplikasi dapat dipelajari untuk mengetahui sifat reproduksi dan patogeniknya dan dibandingkan dengan virus yang ada saat ini.
Meskipun demikian, replikasi virus bukanlah hal yang mudah karena kurangnya pemahaman mengenai cara DNA dalam virus rusak.
Tak hanya itu, ilmuwan masa kini juga kurang paham mengenai cara rekonstruksi potongan-potongan DNA yang ditemukan menjadi genom virus yang lengkap.
Selain itu, faktor interaksi antara inang dan virus, terutama di lingkungan yang berbeda, merupakan alasan lain yang perlu dipertimbangkan.
Baca juga: Jatuh Korban Jiwa, Bisakah Virus Langka Alaskapox Muncul di Indonesia?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.