Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pilu Simpanse yang Berduka, Gendong Sang Bayi yang Mati Selama Berbulan-bulan

Baca di App
Lihat Foto
Instagram/@bioparcvalencia
Natalia, seekor simpanse betina, terus menggendong bayinya yang mati selama berbulan-bulan di Kebun Binatang Bioparc Valencia, Spanyol
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Wajah pilu Natalia, seekor simpanse betina, menuai perhatian pengunjung Kebun Binatang Bioparc Valencia, Spanyol.

Beberapa bulan terakhir, pemandangan Natalia yang terus menggendong jasad bayinya erat menghiasi kebun binatang.

Simpanse betina yang berduka itu kehilangan anaknya beberapa hari setelah melahirkan, tepatnya pada pertengahan Februari lalu.

Pada Jumat (16/2/2024), kebun binatang melalui akun Instagram @bioparcvalencia, mengumumkan kabar duka matinya salah satu dari dua bayi simpanse.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Dengan menyesal kami menyampaikan berita duka ini, salah satu dari dua bayi simpanse dari Bioparc Valencia mati," tulis akun tersebut.

Kematian bayi yang baru lahir awal Februari lalu itu pun mengundang duka mendalam bagi Natalia, sang ibu, serta kelompoknya.

Namun, tiga bulan lebih berlalu, masa berkabung Natalia belum terlihat menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.

Bahkan, Natalia tampak terus menempel pada tubuh mungil anaknya seolah tidak mau berpisah.

"Dia terus menggendongnya sejak saat itu," ujar Kepala Bioparc, Miguel Casares, kepada Reuters, Selasa (21/5/2024).

Di tengah kesedihan Natalia, kelompok simpanse di Bioparc Valencia mulai fokus menjaga tumbuh kembang bayi lainnya, Cala, yang saat itu belum genap berusia satu bulan.

Seiring waktu, Cala, bayi dari simpanse betina bernama Noelia itu pun turut menghibur Natalia yang masih setia menggendong jasad anaknya.

Baca juga: Rumor Humanzee, Bayi Manusia-Simpanse yang Diklaim Sempat Dilahirkan


Natalia pernah kehilangan bayi pada 2018

Casares mengungkapkan, tindakan Natalia merupakan perilaku alamiah yang kerap ditunjukkan simpanse.

Seperti halnya manusia, simpanse mungkin berduka atas kematian kerabat atau makhluk yang dianggap dekat dengannya.

"Ini adalah perilaku yang sebelumnya telah diamati pada simpanse, tidak hanya di kebun binatang tetapi juga di alam liar," kata Casares.

Kendati demikian, pada Natalia, proses berkabung tersebut tampaknya berlangsung lama dan tidak biasa.

Casares menuturkan, sebelum ini, Natalia pernah merasakan pengalaman serupa saat kehilangan bayinya pada 2018.

Perasaan kehilangan dan tingkah laku simpanse betina itu pun harus dihormati layaknya proses berduka yang dialami manusia.

"Pengunjung kami yang pada awalnya cukup terkejut dengan pemandangan bayi simpanse mati," ujar Casares.

"Tapi segera mengerti setelah kami menjelaskan kepada mereka mengapa kami meninggalkannya (bayi simpanse) dan mengapa kami terus mengawasinya," lanjutnya.

Baca juga: Ritual Penguburan Anak Gajah di India, Posisi Kaki di Atas dan Berkabung 40 Menit Sebelum Pergi

Simpanse bisa berduka seperti halnya manusia

Dilansir dari CBS News, Rabu (22/5/2024), simpanse berduka dengan cara yang sama seperti manusia, yang 98 persen gennya sama dengan primata.

Penelitian yang terbit pada 2010 menemukan, simpanse menunjukkan kesadaran yang sangat berkembang akan kematian.

Peneliti dalam studi itu mengamati ibu simpanse yang bayinya meninggal akan terus menggendong dan merawat tubuh tak bernyawa anak-anaknya selama hampir 70 hari.

Di sisi lain, simpanse merupakan spesies dengan status endangered alias terancam punah oleh World Wildlife Foundation.

Organisasi lingkungan tersebut memperkirakan, populasi hewan ini berkisar 172.700 hingga 299.700 ekor di seluruh dunia.

Di habitatnya di hutan Afrika Tengah, simpanse menghabiskan sebagian besar waktunya di puncak pohon.

Saat turun ke permukaan tanah, simpanse biasanya berjalan dengan empat kaki, meski mereka juga bisa berjalan dengan kaki seperti manusia hingga sejauh 1.600 meter.

Simpanse menggunakan tongkat untuk memancing rayap dari gundukan sarangnya, serta memanfaatkan tumpukan daun untuk mengambil air minum.

Perburuan liar, hilangnya habitat, dan anakan yang dijual ke pedagang satwa liar merupakan beberapa ancaman terbesar terhadap keberadaan primata ini.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi