Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Intip Kehidupan Mahasiswa Indonesia di UIM Madinah, Beasiswa "1.000 Persen" dan Umrah Tiap Saat

Baca di App
Lihat Foto
MCH 2024
Dua mahasiswa Universitas Islam Madinah (UIM) Ahmad Bukhori dan Zulmar Adiguna (26) (kanan) saat berada di kampus Universitas Islam Madinah.
Penulis: Khairina
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

MADINAH, KOMPAS.com - Di Madinah, ada perguruan tinggi yang menjadi incaran banyak calon mahasiswa dari Indonesia. Namanya, Universitas Islam Madinah (UIM).

Perguruan tinggi ini lahir 65 tahun yang lalu dan menampung 17.873 mahasiswa dari 170 negara dan berbicara 50 bahasa selain bahasa Arab. Mahasiswa Indonesia adalah mahasiswa terbanyak, jumlahnya mencapai 1600 orang.

Pada musim haji tahun 2024 ini, sebagian mahasiswa UIM menjadi tenaga pendukung Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi.

Salah satu yang dibutuhkan dari mahasiswa ini adalah kemampuan bahasa Arab, yang memudahkan penyelenggara haji berkomunikasi dengan warga lokal dan lainnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Di sini memang paling banyak mahasiswa Indonesia,” ucap Ketua Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Madinah, Ahmad Bukhori Jawas.

Baca juga: Jaga Kesehatan, Jemaah Haji Diimbau Umrah Wajib Pukul 22.00 atau 09.00

Memiliki 9 fakultas

Bukhori ditemani rekannya Zulmar Adiguna (26) asal Sumatera Selatan (Sumsel), menemui para jurnalis di Media Center Haji (MCH) 2024 dengan menaiki skuter.

Di dalam kampus, rata-rata mahasiswa punya skuter listrik atau otoped. Area kampus begitu luas mencapai 50 hektar. Lebih luas daripada area Masjid Nabawi yang hanya 34 hektar.

UIM memiliki 9 fakultas, yakni Syariah, Alquran, Hadis dan Studi Islam, Dakwah dan Ushuluddin, Bahasa Arab, Hukum, Komputer dan Sistem Informasi, Teknik, dan juga Sains.

Paling banyak yang dipilih adalah Syariah, Hadis dan Studi Islam, serta Dakwah dan Ushuluddin.

Meski menawarkan banyak fakultas, namun kampus ini hanya diperuntukkan bagi laki-laki saja.

"Mohon maaf hanya laki-laki yang boleh masuk ke dalam area kampus," kata Ahmad Bukhori, mahasiswa asal Jakarta yang kuliah S1 di jurusan Syariah semester 6 itu.

Tidak ada mahasiswi di sana. Bahkan, tidak ada perempuan satu pun di kampus itu.

"Kalau mahasiswa perempuan ada di kampus sebelah, Universitas Taibah," kata Zulmar Adiguna, rekan Ahmad Bukhori, yang juga mahasiswa UIM.

Baca juga: Berhaji Tanpa Visa Haji, 24 WNI Diamankan Polisi Arab Saudi

Dapat uang saku dan tiket pulang pp

Semua mahasiswa di UIM mendapat beasiswa penuh. Mulai dari biaya pendidikan, asrama, makan, uang saku, buku, hingga tiket pulang ke Indonesia PP setiap tahun.

"Dulu kalau kita nggak pulang, uang tiketnya diberikan mentah (tunai). Sekarang kalau tidak dipakai, ya hangus," kata Bukhori.

Mahasiswa biasanya pulang ke Indonesia pada liburan panjang. Mereka libur panjang pada musim haji, awal Dzulhijjah hingga akhir Muharam.

Bila dinominalkan, selama empat tahun studi, nilai beasiswa di UIM mencapai Rp 1 miliar.

Karena hal itulah, Ustaz Dr Ariful Bahri MA, alumnus UIM asal Kampar, Riau yang menjadi pengisi kajian di Masjid Nabawi mengatakan bahwa beasiswa di UIM itu 1.000 persen. Untuk menggambarkan bahwa semua kebutuhan mahasiswa di UIM ditanggung penuh oleh Kerajaan Arab Saudi.

"Ini bagian dari misi Arab Saudi untuk menyebarkan Islam ke seluruh dunia. Makanya kampus ini memang lebih banyak mahasiswa internasional daripada mahasiswa asli dari Arab Saudi," kata Zulmar.

Zulmar adalah mahasiswa asal Palembang. Ia pernah kuliah di UIN Wali Songo Semarang. Pada semester 5, ia mendaftar ke UIM dan diterima.

Saat itu, Indonesia dan beberapa negara masih pandemi, sehingga kuliah bahasa dilakukan secara online. Pun kuliahnya di UIN Wali Songo.

"Setelah lulus di UIN Semarang saya berangkat ke Madinah. S1 lagi. Teman-teman UIN saya sudah banyak yang lulus S2 sekarang. Bahkan ada yang sedang kuliah S3," katanya.

Mendaftar di UIM tidak wajib bisa bahasa Arab. Mereka akan mengikuti kuliah bahasa Arab dulu di dua semester awal. Bahkan ada yang sampai 4 semester. Setelah itu baru mengikuti kuliah sesuai jurusan yang dipilih.

Baca juga: Suhu Udara Capai 50 Derajat Celsius, Ini Imbauan bagi Jemaah Haji yang Tiba di Makkah

Tak harus memakai jubah

Soal pakaian, kata Bukhori, juga bebas. Tidak harus memakai jubah atau thobe. Hanya mahasiswa Arab Saudi yang wajib memakai thobe atau thawb, lengkap dengan sorban dan headband atau di Arab disebut keffiyeh.

"Banyak yang pakai celana panjang dan kemeja. Saya memakai thobe karena di sini panas. Ternyata lebih nyaman pakai thobe," jelas mahasiswa asal Jakarta itu.

Setiap mahasiswa akan tinggal di asrama. Untuk gedung asrama yang baru, satu kamar diisi dua mahasiswa. Sedangkan di gedung lama, diisi empat mahasiswa. Pihak kampus yang menentukan seorang mahasiswa tinggal di kamar yang mana.

Rata-rata setiap asrama terdiri dari enam lantai yang dilengkapi dengan lift. Di kamar terdapat sekat setinggi 2 meter untuk memisahkan ruangan antarmahasiswa. Selain itu, kamar juga dilengkapi dengan AC, tempat tidur, lemari, meja dan kursi belajar, juga rak buku.

Di setiap sudut bangunan ada kamar mandi yang jumlahnya banyak, ruang cuci pakaian yang dilengkapi mesin cuci, dan dapur.

"Maaf kalau sekarang agak berantakan. Barusan pergantian vendor pengelola asrama," kata Bukhori.

Baca juga: Apa yang Dilakukan Jemaah Haji Saat Tiba di Bandara Madinah? Ini Alur Kedatangannya

Uang bulanan 3,6 juta

Setiap bulan, mahasiswa mendapat mukafa'ah alias uang saku SAR 850 atau sekitar Rp 3,6 juta.

Untuk makan, mahasiswa bisa membelinya di beberapa kantin yang ada di dalam kampus. Harganya murah karena disubsidi pihak kampus.

"Kami di sini 5 riyal (Rp 21.500) bisa untuk tiga kali makan," kata Zulmar.

Menurut Bukhori, salah satu kantin yang paling banyak dikunjungi mahasiswa Indonesia adalah kantin Kunuz. Itu adalah kantin masakan China. Chinese food dirasa paling cocok dengan lidah orang Indonesia.

Menurut Bukhori, untuk mahasiswa pascasarjana, ada asrama khusus yang diperbolehkan membawa keluarga. Tetapi, untuk mahasiswa S1 yang punya keluarga, biasanya menyewa apartemen di luar kampus.

"Kami libur Jumat dan Sabtu," kata Bukhori.

Pihak kampus juga menyediakan shuttle bus ke Masjid Nabawi. Biasanya, para mahasiswa setelah shalat Duhur ke Masjid Nabawi. Mereka menunaikan shalat Asar, Magrib, dan Isya di sana. Sekalian ke perpustakaan atau ikut kajian di Nabawi.

Mereka baru pulang ke asrama sehabis Isya.

Yang istimewa, para mahasiswa Indonesia bisa umrah setiap saat di sana. Biasanya mereka naik bus ke Makkah dengan ongkos SAR 50 atau Rp 215 ribu.

Itu sebabnya, Zulmar betah dan memilih kuliah di UIM. Saat butuh ketenangan, dia tinggal berangkat umrah.

"Kalau naik haji, jatah kami 5 tahun sekali," kata Zulmar.

Beberapa alumni UIM di Indonesia antara lain Hidayat Nur Wahid, Salim Segaf Al-Jufri, Maftuh Basyuni, Said Agil Husin Al Munawar, Abdul Gani Kasuba, Firanda Andurja Abidin, Khalid Basalamah, dan Syafiq Riza Basalamah.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi