Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Prof. Budi Santoso, Dekan FK Unair yang Diberhentikan Usai Tolak Dokter Asing

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Chella Defa Anjelina
Dekan FK Unair Prof. Dr. Budi Santoso, dr., Sp.O.G., Subsp.F.E.R.
|
Editor: Mahardini Nur Afifah

KOMPAS.com - Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) Prof. Budi Santoso diberhentikan dari jabatannya usai menolak wacana naturalisasi dokter asing, pada Rabu (3/7/2024).

Budi diberhentikan setelah menerima surat keputusan (SK) pencopotan sebagai Dekan FK Unair dari pihak rektorat, Rabu sekitar pukul 15.00 WIB.

"Iya, (pesan) itu kan grupnya dekan ya, ada grupnya dosen-dosen. Saya pamitan karena SK-nya saya terima tadi, sekitar pukul 15.00 WIB,” kata Budi, dikutip dari Kompas.com, Kamis (4/7/2024).

Pencopotan tersebut pun menuai protes dari kalangan mahasiswa FK Unair di media sosial X (Twitter), karena di bawah kepempinannya FK Unair berhasil menoreh prestasi nasional dan Internasional.

Lantas, siapakah sosok Budi Santoso? Berikut profil Prof. Budi Santoso yang diberhentikan dari jabatannya selaku Dekan FK Unair.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Lolos SNBT 2024, Ini UKT Kedokteran UGM, Unair, Unpad, Undip, dan UNS


Profi Prof. Budi Santoso

Budi Santoso atau yang akrab disapa Prof. Bus adalah seorang dokter spesialis obstetri dan ginekologi (SpOG) yang sebelumnya dipercaya menjabat sebagai Dekan FK Unair sejak 2020.

Dinukil dari Alumnipedia Unair, Budi lahir di Kecamatan Genteng, Banyuwangi pada tanggal 17 Februari 1963 dari kedua orangtua yang berprofesi sebagai petani dan pedagang kecil.

Latar belakang keluarganya yang bukan dari bidang medis tidak menghalangi mimpinya menjadi dokter.

Dengan dukungan orangtua, begitu memasuki SMA, ia rela merantau dari Banyuwangi ke Malang demi melanjutkan studi SMA.

Kebetulan, Budi juga memiliki seorang kakak yang saat itu sedang berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang.

Lulus dari SMA, ia mendaftar ke FK Unair melalui jalur perintis, seleksi penerimaan mahasiswa baru universitas negeri saat itu. Ia pun dinyatakan lolos.

Bukan tanpa alasan Budi memilih Unair. Sebab, selain terkenal sebagai universitas favorit, biaya pendidikan di Unair kala itu relatif tidak mahal, yaitu Rp 32.000 tanpa uang pangkal.

Semasa duduk di bangku perkuliahan, ia aktif terlibat di beberapa kegiatan mahasiswa. Dirinya pernah menjabat sebagai wakil ketua senat mahasiswa, hingga sekjen Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran (ISMK).

Pria yang memiliki hobi membaca itu lulus dari Unair pada 1989. Ia langsung bertugas di Rumah Sakit Muhammadiyah, Babat, Lamongan.

Setahun kemudian, ia diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan dipindahtugaskan ke puskesmas Sambelia, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Di sana, Budi menemukan banyaknya kasus kawin cerai yang akhirnya menurunkan kebahagiaan anak. Selain itu, angka kematian dan bayi juga sangat tinggi.

Bermula dari kasus tersebut, ia terpanggil untuk mendorongnya mendalami obstetri dan ginekologi setelah kembali ke Surabaya.

Pada 30 November 1998, dirinya pun dinyatakan lulus sebagai dokter spesialis. Ia lalu ditugaskan di Banyuwangi selama dua tahun. Setelah itu, ia ditarik ke RSUD Dr. Soetomo sekaligus bekerja di FK Unair.

Baca juga: Dekan FK Unair Dicopot Usai Tolak Dokter Asing, Unair Ungkap Alasan Sebenarnya

Dokter yang berprestasi

Sebagai akademisi, Prof. Bus telah memberikan kontribusi dalam kemajuan bidang Ginekologi dan Onkologi di Indonesia.

Tidak hanya melalui penelitian, ia juga menerbitkan sembilan buku kesehatan. Beberapa di antaranya seperti teknologi bayi tabung, panduan tata laksana keguguran berulang, efek samping kontrasepsi, sampai reproduksi.

Sebelum menjabat sebagai dekan FK Unair, sebelumnya ia pernah diamanati sebagai Sekretaris II Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya.

Ia juga pernah menjadi Koordinator Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Reporoduksi, Kepala Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, dan Wakil Dekan Bidang Keuangan & Sumber Daya Unair.

Di bawah kepempimpinannya sebagai Dekan, FK Unair berhasil meraih posisi tiga terbaik se-Indonesia dengan peringkat 551-600 dunia.

Peringkat tersebut dirilis oleh Quacquarelli Symonds World University Rankings (QS WUR) pada tahun 2021.

Itulah profil Prof. Budi Santoso, sepak terjang dan prestasinya di bidang kedokteran, sebelum diberhentikan dari jabatannya sebagai Dekan FK Unair setelah mengkritik kebijakan dokter asing.  

Baca juga: Penjelasan Kemenkes soal Dekan FK Unair Diberhentikan Usai Tolak Dokter Asing ke Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi