KOMPAS.com - Gravitasi adalah gaya tarik menarik yang dimiliki oleh planet atau benda lain untuk menarik sesuatu ke pusatnya.
Gravitasi merupakan salah satu dari sejumlah faktor yang menentukan garis besar evolusi alam semesta.
Dari menghancurkan awan hidrogen menjadi bintang-bintang hingga merekatkan galaksi-galaksi yang ada di alam semesta.
Para filsuf Yunani dan India kuno telah mengamati bahwa benda-benda secara alami bergerak menuju tanah.
Tetapi butuh wawasan dari Isaac Newton untuk memahami gravitasi menjadi fenomena yang dapat diukur dan diprediksi.
Baca juga: Benarkah Daya Gravitasi Bumi di Setiap Daerah Berbeda?
Cara kerja gravitasi
Dikutip dari laman Space.com, hukum Gravitasi Isaac Newton adalah deskripsi yang sangat sangat bagus tentang bagaimana gravitasi bekerja dalam kebanyakan situasi.
Gravitasi terjadi karena setiap partikel materi menarik setiap partikel lainnya dengan gaya yang berbanding lurus dengan hasil kali massa mereka dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak di antara mereka.
Jadi makin jauh jarak antar partikel dan/atau semakin kecil massa partikel, makin kecil pula gaya gravitasinya. Teori ini menyatakan bahwa ruang dan waktu itu mutlak.
Hukum ini cukup baik untuk hampir semua hal dalam kehidupan sehari-hari dan untuk menjelaskan semua hal yang dipelajari para astronom tentang orbit planet dan bulan.
Baca juga: Mengenal Gravitasi, Manfaatnya hingga Bisakah Hilang dari Bumi?
Namun pada akhir 1850-an, perhitungan orbit Merkurius sedikit salah. Ini yang mengawali munculnya teori Relativitas Umum Albert Einstein, yang diterbitkannya pada 1915.
Menurut teori Relativitas Umum, ruang (dan waktu) tidak statis, melainkan berubah sebagai respons terhadap keberadaan objek (yaitu massa dan energi) di dalamnya.
Apa yang dirasakan sebagai efek "gravitasi" (misalnya, pada benda yang jatuh) sebenarnya adalah gerakan benda melalui ruang-waktu yang melengkung.
Menurut Einstein, gravitasi terjadi akibat kelengkungan ruang-waktu oleh semua objek di dalamnya, dikombinasikan dengan gerakan "geodesik" (lurus) objek tersebut melalui ruang-waktu.
Teori Relativitas Umum milik Einstein telah teruji dengan cukup baik, terutama pada Tata Surya.
Baca juga: 7 Fakta Planet Neptunus: Punya Cincin hingga Gravitasi Mirip Bumi
Gravitasi di Tata Surya
Dalam sistem Tata Surya, gaya gravitasi menjaga semua planet tetap dalam orbit mengelilingi matahari. Itu juga yang membuat Anda tetap jatuh ke tanah saat melompat.
Dilansir dari laman Britannica, setiap benda di permukaan Bumi tertarik ke pusat planet dengan gaya yang sebanding dengan massanya.
Di permukaan Bumi percepatan gravitasinya sekitar 9,8 meter per detik/detik. Jadi, setiap detik sebuah benda jatuh bebas, kecepatannya bertambah sekitar 9,8 meter per detik.
Sementara di permukaan Bulan percepatan benda yang jatuh bebas adalah sekitar 1,6 meter per detik/detik.
Selain Bumi, seluruh planet di Tata Surya juga memiliki tarikan gravitasi, tentunya dengan kekuatan yang berbeda-beda.
Baca juga: Apa Jadinya jika Tak Ada Gravitasi di Bumi?
Gaya gravitasi Bumi didefinisikan sebagai 1 g (bukan gram). Untuk mengukur gaya gravitasi di planet lain adalah dengan menyatakannya sebagai pecahan dari gaya-g Bumi.
Dikutip dari Space Science Data Coordinate milik NASA, berikut adalah gaya gravitasi setiap planet di Tata Surya, ditambah Pluto dan Bulan:
- Merkurius: 0.378 g
- Venus: 0.907 g
- Bumi: 1 g
- Bulan (satelit Bumi): 0.166 g
- Mars: 0.377 g
- Jupiter: 2.36 g
- Saturnus: 0.916 g
- Uranus: 0.889 g
- Neptunus: 1.12 g
- Pluto (planet kerdil): 0.071 g
Gaya gravitasi di setiap planet tidak hanya bergantung pada massa planet, tetapi juga kepadatannya, karena semakin padat planet, semakin besar massa yang menarik Anda ke bawah.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.