Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Sesar Kendeng-Baribis, BMKG Ungkap Penyebab Rangkaian Gempa Batang yang Terjadi hingga Hari Ini

Baca di App
Lihat Foto
BMKG.
Penyebab Gempa Batang hari ini.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Rangkaian gempa Batang yang diawali dengan gempa berkekuatan magnitudo 4,4 pada Minggu (7/7/2024), hingga hari ini masih terus terjadi.

Teranyar, gempa Batang berkekuatan M 3,0 kembali terjadi pada Sabtu (13/7/2024) pukul 07.38 WIB.

Getaran gempa dirasakan warga di daerah Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Getaran gempa memiliki skala intensitas III MMI, dengan getaran seperti ada truk yang sedang melintas.

"Gempa terjadi pagi ini sekitar pukul 07.38 WIB. Gempa susulan ini adalah yang keempat kalinya dari rangkaian gempa magnitudo 4,4 yang terjadi pada Minggu (7/7)," kata Kepala BMKG Stasiun Banjarnegara Herry Susanto Wibowo, dilansir dari Antara.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, hingga Sabtu (13/7/2024) setidaknya telah terjadi 4 kali gempa susulan. Berikut rinciannya:

  1. Gempa Batang magnitudo 2,2: Minggu, (7/7/2024) pukul 15.35 WIB.
  2. Gempa Batang magnitudo 2,5: Minggu, (7/7/2024) pukul 18.07 WIB.
  3. Gempa Batang magnitudo 1,9: Minggu, (7/7/2024) pukul 18.28 WIB.
  4. Gempa Batang magnitudo 3,0: Sabtu, (13/7/2024) pukul 07.38 WIB.

Lantas, mengapa rangkaian gempa Batang masih terjadi? Apa penyebabnya?

Baca juga: Gempa M 4,4 Batang: Penyebab, Laporan Kerusakan, dan Korban Luka

Penyebab gempa Batang

Terkait sumber pembangkit gempa Batang dengan magnitudo 4,4 yang merusak puluhan rumah pada Minggu (7/7/2024), sejumlah pengamat kebencanaan menduga, gempa Batang-Pekalongan itu dipicu oleh aktivitas Sesar Kendeng-Baribis khususnya Segmen Pekalongan.

Namun, faktanya, Segmen Sesar Pekalongan memiliki mekanisme sumber sesar naik (thrusting).

Hal ini berbeda dengan gempa Batang yang terdeformasi oleh sesar aktif dengan mekanisme mendatar atau geser (strike-slip).

Terkait dengan hal ini, Daryono menjelaskan, peta tektonik Pulau Jawa versi lama yang ditulis Situmorang (1976) telah mengidentifikasi keberadaan sistem sesar dengan mekanisme mendatar mengiri (sinistral) di wilayah Batang-Pekalongan.

"Jika kita amati di peta maka lokasi episenter gempa kemarin tampak tepat terletak di jalur sesar geser mengiri di Batang," terang Daryono, saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (13/7/2024).

"Jadi gempa Batang diyakini bukan dipicu Sesar Kendeng-Baribis Segmen Pekalongan," imbuh dia.

Belum diketahui nama sesar yang menyebabkan gempa Batang tersebut. Tapi Daryono mengatakan, BMKG baru mengidentifikasi orientasi dan mekanisme gerakannya.

"Baru teridentifikasi orientasi dan mekanismenya, yang pasti bukan Sesar Kendeng-Baribis karena sesar geser. Kalau Sesar Kendeng-Baribis mekanismenya naik," tandas Daryono.

Baca juga: Gempa Dangkal M 3,0 Hari Ini Kembali Guncang Batang, Tidak Berpotensi Tsunami

Masih kekurangan data

Ahli Geodesi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas mengatakan, gempa Batang disebabkan karena adanya sesar tua yang melewati wilayah tersebut.

"Penyebab gempanya memang di situ ada sesar tua pembentukannya, namun ternyata masih aktif," kata dia, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu.

Heri mengatakan, sesar tua itu merupakan rangkaian sesar yang membentuk Sesar Meratus di selatan Kalimantan.

"Nah, (sesar tua) di bagian Jawa kalau saya lihat belum ada yang ngasih nama," kata Heri.

Hal ini senada dengan pernyataan BMKG yang mengatakan bahwa penyebab gempa Batang terletak di jalur sesar geser mengiri di Batang dan bukan dipicu Sesar Kendeng-Baribis Segmen Pekalongan.

Wilayah Jawa Tengah sendiri memiliki setidaknya 13 sesar aktif, seperti sesar Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, Weleri, Semarang, Ungaran, Muria, Pati, Lasem, dan Grobogan.

Namun, Heri mengatakan, sesar-sesar tersebut belum terpetakan dengan baik status aktivitasnya.

"Di kita (Indonesia) itu masih kurang data. Nanti pas kejadian gempa baru dibilang aktif. Sebelum kejadian gempa, kita malah susah menebak sesar mana yang sedang dalam fase akhir Interseismic misalnya," terang dia.

Heru mengatakan, hingga saat ini penelitian mengenai pemetaan sesar di Indonesia masih sangat kurang.

Kendati demikian, ia menduga, gempa susulan di wilayah Batang, Jawa Tengah itu tidak akan terjadi secara masif. Hal ini dilihat dari magnitudo gempa susulan yang berkekuatan sedang.

"Kalau melihat magnitudonya yang sedang, maka gempa susulannya tidak akan banyak. Dengan magnitudo sedang juga efeknya tidak terlalu merusak kecuali terhadap bangunan bangunan yang kurang standar," pungkas Heri.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi