KOMPAS.com - Lion Man, sebuah mahakarya Zaman Es berbentuk manusia singa dari gading mamut dinilai sebagai bukti tertua kepercayaan agama di dunia.
Patung ini ditemukan pertama kali pada 25 Agustus 1939, saat para arkeolog menggali situs Paleolitikum atau Zaman Batu Tua bernama Gua Stadel di Hohlenstein, Jerman selatan.
Diukir dari gading mamut alias keluarga gajah purba yang saat ini telah punah, Lion Man merupakan artefak setinggi 31 sentimeter yang diduga dibuat sekitar 40.000 tahun silam.
Baca juga: Lukisan Gua Tertua Berusia 51.200 Tahun Ditemukan di Sulawesi, Ungkap Asal-usul Seni Bercerita
Lion Man diyakini bukti tertua keberadaan agama
Dilansir dari Live Science, Sabtu (13/7/2024), meski berukuran mungil, para ahli meyakini artefak ini memiliki nilai tinggi dan sulit untuk diproduksi.
Bahkan, ketika para peneliti melakukan percobaan menggunakan peralatan zaman es, mereka membutuhkan waktu 400 jam untuk menyelesaikannya.
Lantaran butuh waktu lama hanya untuk membuat satu karya, terutama di tengah kondisi keras akibat zaman es, para peneliti berpikir bahwa artefak itu kemungkinan digunakan untuk keperluan seremonial.
Belum lagi, menurut British Museum, Gua Stadel yang menjadi tempat Lion Man ditemukan menghadap ke utara dan tidak terkena sinar Matahari.
Gua ini dingin dengan sedikit puing-puing yang menjadi tanda keberadaan aktivitas manusia. Lokasi penemuan Lion Man juga dipenuhi gigi rubah kutub dan tanduk rusa kutub yang berlubang.
Karakteristik tersebut menunjukkan bahwa Gua Stadel hanya digunakan sesekali sebagai tempat perkumpulan untuk menjalankan sebuah ritual atau berbagi pemahaman kepercayaan.
Kesimpulan itu pun didukung oleh pola keausan yang ditemukan pada tubuh Lion Man, tampak seperti telah diwariskan dari orang ke orang.
Oleh karena itu, artefak tersebut dianggap sebagai bukti tertua dari sebuah kepercayaan agama yang diketahui di dunia.
Baca juga: 6 Gua Paling Bersejarah di Dunia, Ada yang Berasal dari Abad Ke-4 Masehi
Wujud patung belum terlihat saat pertama kali ditemukan
Kembali ke 1939, saat Lion Man pertama kali ditemukan, para arkeolog menjumpai ratusan fragmen gading mamut di bawah tanah Hohlenstein.
Hanya seminggu kemudian, sebelum mereka dapat menyelesaikan kerja lapangan dan menganalisis temuan tersebut, Perang Dunia II dimulai.
Dilansir dari Archaeology Magazine, tim pun terpaksa mengisi lubang hasil galian dengan tanah yang sama tempat mereka menemukan potongan gading.
Selama tiga dekade berikutnya, fragmen tersebut hanya diam tersimpan di Museum Ulm, Jerman, hingga arkeolog dari negara ini, Joachim Hahn, memulai inventarisasi.
Saat Hahn berhasil menyusun lebih dari 200 fragmen, bentuk manusia dan hewan dari artefak luar biasa yang berasal dari puluhan ribu tahun lalu itu mulai muncul.
Namun, hanya sebagian kecil kepala dan telinga kiri yang ditemukan, sehingga jenis makhluk yang diwakilinya masih menjadi misteri.
Antara 1972 dan 1975, fragmen tambahan dari musim penggalian pada 1960-an pun mulai diboyong ke museum.
Kendati demikian, baru pada 1982, ahli paleontologi Elizabeth Schmidt berhasil menyatukan potongan-potongan teranyar tersebut dengan rekonstruksi Hahn sebelumnya.
Schmidt tidak hanya mengoreksi beberapa kesalahan lama, tetapi juga menambahkan bagian hidung dan mulut yang memperjelas bahwa patung berbentuk berkepala kucing.
Meski artefak tersebut sering disebut Lowenmensch atau Lion Man, kata "mensch" atau "man" tidak benar-benar merujuk pada laki-laki.
Pasalnya, saat itu, jenis kelamin hewan maupun bagian tubuh manusianya tidak dapat diketahui.
Baca juga: Benda Mirip Laptop Ada di Patung Yunani Kuno yang Dibuat 100 Tahun SM
Potongan Lion Man disatukan perlahan
Lima tahun kemudian, patung kembali disatukan dengan hati-hati, yang menunjukkan bahwa hanya sekitar dua pertiga dari bentuk aslinya yang berhasil ditemukan.
Temuan itu berubah pada 2008, saat arkeolog Jerman, Claus-Joachim Kind, kembali ke lokasi penggalian awal di Hohlenstein.
Kind menyingkirkan timbunan lama dari penggalian yang dilakukan dengan tergesa-gesa pada 1939.
Selama tiga tahun berikutnya, tim Kind menemukan beberapa ratus fragmen gading mamut kecil lainnya.
"Pada 2009, ketika kami menemukan yang pertama, itu adalah kejutan besar. Namun, di tempat inilah fragmen patung itu awalnya ditemukan, jadi saya langsung tahu bahwa beberapa di antaranya adalah milik Lion Man," kata Kind.
Dia menambahkan, patung tersebut jelas telah rusak selama penggalian sebelumnya. Hanya beberapa potongan berukuran agak besar yang dikumpulkan, sedangkan fragmen kecil tertinggal.
Kendati demikian, tim Kind berhasil memasukkan beberapa potongan baru untuk membentuk bagian punggung dan leher Lion Man.
Hasil simulasi komputer patung manusia singa ini pun dibuat, yang menunjukkan penempatan beberapa fragmen yang sebelumnya tidak terpasang.
"Pada akhir musim 2011, semua timbunan akan disingkirkan. Tidak akan ada lagi potongan yang tersisa. Kami berharap manusia singa itu akhirnya akan selesai," ungkap Kind.
Selain bukti tertua sebuah agama, Lion Man selama bertahun-tahun turut dianggap sebagai gambaran tertua dari therianthrope atau figur setengah manusia dan setengah hewan.
Arkeolog dari Griffith University Australia, Adam Brumm mengatakan, therianthrope adalah bukti kemampuan manusia membayangkan keberadaan makhluk supernatural, sesuatu yang tidak ada dalam kehidupan nyata.
Namun, saat ini, seni cadas yang ditemukan di sebuah gua di Leang Karampuang, Maros Pangkep, Sulawesi Selatan, menunjukkan figur therianthrope yang jauh lebih tua.
Melalui lukisan pada dinding gua itu, manusia dianggap telah membayangkan perpaduan manusia-hewan bahkan sejak 51.200 tahun yang lalu.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.