Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Quipu" Mengoreksi Paradigma Peradaban

Baca di App
Lihat Foto
Wikipedia
Quipu alat pencatat yang digunakan oleh suku Inka
Penulis: Jaya Suprana
|
Editor: Sandro Gatra

PARA pemberhala tradisi tulisan gemar melecehkan tradisi lisan sebagai peradaban yang lebih inferior ketimbang peradaban beridentitas tradisi lisan.

Wajar bahwa para pemberhala tradisi tulisan memandang rendah peradaban Inka di Amerika Selatan, sebab masyarakat Inka dianggap tidak memiliki tradisi tulisan.

Kini anggapan inferioritas peradaban Inka goyah akibat hasil penelitian antropoarkeologis dan psikolinguistis terhadap simpul-simpul tali khas peradaban masyarakat Inka yang disebut sebagai Quipu.

Semula para ilmuwan antropologi menduga Quipu merupakan bahasa aritmatika untuk menghitung hasil bumi dan hewan ternak di samping juga berfungsi sebagai kalkulator mulai perdagangan sampai perpajakan, bahkan pembangunan infrastruktur mulai dari irigasi, jembatan, jalan, rumah dan bangunan di kawasan monumental peradaban Inka, semisal Machu Picchu.

Namun ternyata berdasar penelitian arkeolinguistik termutakhir dapat disimpulkan bahwa masyarakat adat Inka juga menggunakan Quipu berupa simpul-simpul warna-warni sebagai aksara setara hiroglif, piktografi, kuneiform, alfabet untuk mencatat narasi sejarah, legenda, mitologis, kearifan, diskursus, filsafat, religi yang bisa dibaca oleh sesama manusia yang mengerti tata bahasa, semantika, serta sintaksa Quipu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di samping warna yang bisa dilihat, ternyata jenis dan bentuk simpul Quipu juga dapat diraba seperti aksara braille.

Pendek kata, Quipu membuka wawasan baru bagi para peneliti peradaban tentang bentuk tradisi lisan sekaligus tulisan yang masih terselubung tabir misteri yang sampai kini belum kesemuanya berhasil dikuak oleh otak manusia.

Quipu juga membuka kesadaran peradaban bahwa tradisi tulisan pada hakikatnya memang beda, namun bukan serta merta berarti lebih superior ketimbang tradisi lisan maupun sebaliknya.

Segenap apa yang disebut sebagai tradisi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing tanpa layak dikatakan bahwa tradisi yang ini lebih “beradab” ketimbang tradisi yang itu.

Berdasar kronologi pertumbuhan perilaku balita dapat disimpulkan bahwa tradisi lisan lebih dahulu eksis ketimbang tradisi tulisan selama tidak ada balita yang mampu menulis dahulu baru bicara.

Maka sebenarnya ironis bahwa tradisi yang lebih muda justru dianggap lebih superior ketimbang tradisi lebih tua yang lebih dahulu hadir pada peradaban umat manusia.

Quipu potensial mengoreksi paradigma ilmu peradaban umat manusia yang sebenarnya kurang pantas bukan hanya menganggap namun malah meyakini bahwa tradisi lisan lebih tidak beradab ketimbang tradisi tulisan.

Sejarah telah membuktikan secara tak terbantahkan bahwa tradisi lisan mampu eksis maupun bertahan eksis tanpa tradisi tulisan, sementara belum tentu tradisi tulisan mampu eksis tanpa tradisi lisan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi