KOMPAS.com - Langit Bumi akan dihiasi oleh hujan meteor ganda yang akan mencapai puncaknya pada 29-31 Juli 2024.
Di tanggal itu, dalam waktu yang bersamaan langit malam akan dihiasi oleh hujan meteor Southern Delta Aquarids (SDA) dan Alpha Capricornids sekaligus.
Puncak hujan meteor SDA diperkirakan akan terjadi pada 29-30 Juli 2024. Sedangkan puncak hujan meteor Alpha diprediksi terjadi pada 30-31 Juli 2024, dikutip dari Live Science, Rabu (24/7/2024).
Lantas, apakah hujan meteor ganda dapat dilihat di langit Indonesia?
Baca juga: Apa Itu Fenomena Hujan Meteor Eta Aquarids? Berikut Asal-usul dan Tips untuk Menyaksikannya
Penjelasan ahli
Astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo mengatakan, hujan meteor ganda dapat disaksikan di langit malam Indonesia pada 29-31 Juli 2024.
Pada tanggal yang telah ditentukan, masyarakat bisa melihat hujan meteor mulai pukul 21.00 waktu setempat sampai subuh dengan mata telanjang.
Sayangnya, posisi kedua hujan meteor tersebut sedang berdampingan dengan Bulan, sehingga mengurangi kemungkinannya untuk terlihat.
“Pengaruh cahaya Bulan diperkirakan menyebabkan jumlah meteor yang bisa tampak dari SDA dan Alpha masing-masing hanya 5 meteor/jam dan 1 meteor/jam saja,” jelas Marufin kepada Kompas.com, Jumat (26/7/2024).
Baca juga: Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?
Mengenal hujan meteor SDA dan Alpha
Kedua hujan meteor tersebut terbilang unik karena terjadi dalam rentang waktu yang mirip, yakni tiap pertengahan Juli hingga pertengahan Agustus setiap tahun.
Selain itu, posisi sumber dari kedua meteor tersebut bersebelahan. Hujan meteor SDA ada di rasi Aquarius, sementara Alpha dari rasi Capricorn.
Kedua rasi itu bersebelahan di langit dan sama-sama berada di lajur ekliptika, sehingga merupakan 2 dari 13 rasi zodiak.
Sebagai informasi, 13 rasi zodiak merupakan rasi-rasi bintang yang dilintasi Matahari dalam gerak semu tahunannya.
Meskipun serupa, Marufin menyampaikan, kedua hujan meteor tersebut tetap memiliki perbedaan dan ciri khas masing-masing.
“Hujan meteor Delta diduga berasal berasal dari remah-remah komet 96 P/Maccholz,” ungkap Marufin.
Komen 96P/Maccholz merupakan komet pelintas yang berada dekat Matahari dengan periode 5,3 tahun dan sering nampak di langit Bumi.
Remah-remah komet Maccholz yang menjadi hujan meteor SDA memasuki atmosfer Bumi dengan kecepatan 40 km/detik.
Marufin mengatakan, jumlah hujan meteor SDA tergolong relatif sedikit, yakni hanya 25 meteor/jam (ZHR) pada puncaknya.
“Sementara hujan meteor Alpha berasal berasal dari remah-remah komet 169 P/NEAT,” terangnya.
Komet ini merupakan komet berperiode pendek (4,2 tahun), dan diduga merupakan sisa dari komet induk yg terpecah pada 4.000 - 5.000 tahun yang lalu.
Remah-remah pecahan tersebut yang kemudian berubah menjadi hujan meteor Alpha seperti yang dikenal saat ini.
Hujan meteor Alpha kecepatannya 22 km/detik saat memasuki Bumi dan jumlahnya jauh lebih sedikit lagi, yakni hanya 5 meteor/jam (ZHR) pada puncaknya.
Baca juga: 9 Fenomena Astronomi Mei 2024, Ada Hujan Meteor dan Flower Moon
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.