KOMPAS.com - Sebuah ledakan menghantam lapangan bermain di kota Majdal Shams, Dataran Tinggi Golan, pada Sabtu (27/7/2024).
Area ini berada di wilayah Suriah yang diambil alih oleh Israel.
Peristiwa tersebut menyebabkan 12 anak dan remaja dari komunitas minoritas Druze meninggal, diberitakan BBC, Selasa (30/7/2024).
Kejadian itu dianggap sebagai insiden paling mematikan di sekitar perbatasan Israel dengan Lebanon sejak permusuhan antara Israel dan Hezbollah memanas beberapa waktu terakhir.
Israel mengeklaim serangan itu dilakukan oleh kelompok militer Hezbollah dengan roket buatan Iran yang ditembakkan dari Lebanon. Namun, Hezbollah membantah tuduhan itu.
Lalu, apa itu Dataran Tinggi Golan dan masyarakat Druze yang terlibat dalam kejadian tersebut?
Baca juga: Situasi di Lebanon Semakin Memanas, Apakah WNI Akan Dievakuasi?
Dataran Tinggi Golan
Dataran Tinggi Golan merupakan dataran tinggi berbatu di barat daya Suriah sekitar 60 km di selatan ibu kota Damaskus. Wilayah ini memanjang ke arah timur laut Israel.
Dataran Tinggi Golan terbentang di bebatuan basal yang kasar. Tanah perbukitannya subur dan tanah vulkaniknya menumbuhkan kebun apel, ceri, dan anggur, dikutip dari Al Jazeera, Senin (29/7/2024).
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengakui wilayah tersebut sebagai bagian dari Suriah.
Namun dalam perang Timur Tengah 1967, Israel merebut sekitar 1.200 km persegi area Dataran Tinggi Golan. Sejak saat itu, permukiman Israel tumbuh di sana. Lalu pada 1981, wilayah itu sepenuhnya diambil alih Israel.
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan pada 2019.
Meski begitu, Suriah tetap mengatakan bahwa Dataran Tinggi Golan adalah miliknya dan bersumpah akan merebut kembali wilayah itu. Pendudukan Israel di sana juga tidak diakui di mata hukum internasional.
Sebaliknya, Israel menjadikan dataran tinggi itu sebagai area pertahanan dan akan mempertahankannya sebagai bagian dari wilayah mereka.
Area itu sendiri dijadikan tempat pangkalan militer dan pos-pos penyadapan Israel.
Saat ini, Dataran Tinggi Golan dihuni lebih dari 25.000 orang Yahudi Israel yang tinggal di 30 titik permukiman.
Baca juga: Liga Arab Hapus Hezbollah dari Daftar Organisasi Teroris
Siapa masyarakat Druze?
Suku Druze adalah kelompok etnis dan agama berbahasa Arab yang mayoritas tinggal di Lebanon, Israel, Yordania, Suriah, serta Dataran Tinggi Golan.
Penduduk Dataran Tinggi Golan berpindah dari Suriah ke Israel pada Juni 1967 saat Israel menduduki sebagian besar wilayah tersebut. Majdal Shams adalah kota terbesar dari empat kota yang mayoritas dihuni penduduk Druze.
Israel pernah menawarkan kewarganegaraannya kepada semua penduduk Dataran Tinggi Golan. Meski begitu, banyak orang memilih mempertahankan kesetiaan mereka kepada Suriah.
Sekitar 20 persen dari 21.000 orang Druze yang tinggal di sana memiliki kewarganegaraan Israel. Mereka yang mempertahankan kewarganegaraan Suriah juga memiliki status penduduk Israel namun tidak memiliki hak untuk memilih.
Di luar Dataran Tinggi Golan yang diduduki, terdapat sekitar 110.000 orang Druze dengan warga negara Israel penuh. Mereka komunitas non-Yahudi terbesar yang bertugas di Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Baca juga: Hizbullah Tembak 200 Roket ke Israel, Balas Kematian Komandannya
Serangan di Dataran Tinggi Golan
Kelompok militer Hezbollah mulai menyerang wilayah Israel sebagai bentuk solidaritas ke Palestina yang terlibat konflik antara Hamas -Israel sejak 7 Oktober 2023.
Pejabat keamanan Israel mengatakan ledakan di Dataran Tinggi Golan disebabkan roket buatan Iran yang ditembakkan oleh Hezbollah. Kejadian itu disebut dilakukan menyusul serangan Israel yang menyebabkan empat pejuang Hezbollah di Lebanon selatan meninggal.
Dilansir dari AP News, Selasa, Hezbollah mengatakan, pihaknya tidak berada di balik serangan itu. Dan Hezbollah biasanya jarang menyangkal serangan yang mereka lancarkan.
Selain itu, ada dugaan ledakan di Dataran Tinggi Golan terjadi akibat adanya rudal yang meledak tanpa sengaja dan pecahannya mengenai korban.
Sementara itu, banyak pemimpin Druze di Lebanon, Suriah, dan Israel menentang adanya tindakan yang memecah belah komunitas mereka. Mereka yakin serangan itu tidak menargetkan Dataran Tinggi Golan namun ke pangkalan militer Israel di sekitarnya.
Seorang paramedis yang bertugas menyelamatkan para korban juga menyebut mereka tidak ingin ada pembalasan akibat ledakan itu. Sebab, mereka punya keluarga di Lebanon, Suriah, dan Israel.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.