KOMPAS.com - Dalam dunia akademis, publikasi ilmiah punya peran penting dalam penyebaran pengetahuan serta validasi penelitian.
Inilah mengapa banyak perguruan tinggi mendorong mahasiswa dan juga dosen untuk menerbitkan banyak publikasi ilmiah.
Baca juga: Kisah Shakira Amirah, Mahasiswi S1 FKUI yang Turut Publikasikan 13 Jurnal Terindeks Scopus
Di era digital, mencari jurnal-jurnal ilmiah bukan lagi hal yang sulit.
Namun, kemudahan ini nyatanya juga membuka peluang untuk praktik merugikan dunia akademis dengan keberadaan jurnal predator atau juga sering disebut jurnal abal-abal.
Disebut predator karena jurnal ini seolah jadi "pemangsa" para akademisi yang sedang membangun reputasi publikasi ilmiah.
Apa itu jurnal predator?
Jurnal predator adalah jurnal atau penerbit yang tidak mengikuti standar etika dan praktik publikasi ilmiah yang baik.
Jurnal-jurnal ini sering menerbitkan artikel tanpa proses peer-review yang ketat, bahkan terkadang tanpa proses review sama sekali.
Tujuan utama penerbit jurnal ini adalah mendapatkan keuntungan finansial dari biaya publikasi yang dibebankan kepada penulis.
Dikutip dari PubMed, jurnal predator sering meniru model jurnal akses terbuka yang sah, tetapi tanpa menyediakan proses peninjauan sejawat yang berkualitas.
Jurnal-jurnal ini bahkan berhasil memasuki indeks jurnal terkemuka seperti Scopus, Medline, dan Web of Science, yang semakin membingungkan peneliti?.
Jurnal predator umumnya menarik peneliti dengan biaya penerbitan yang rendah, sering kali berkisar antara 100 hingga 400 Dollar AS atau sekitar 1,5 sampai 6 juta Rupiah.
Baca juga: Dekan FEB Unas Diduga Catut Nama Dosen Malaysia di Jurnal Ilmiah, Kampus Buka Suara
Biaya tersebut jauh di bawah biaya jurnal akses terbuka yang sah yang bisa mencapai antara 1000 hingga 2500 Dollar AS atau sekitar 15 hingga 40 juta Rupiah.
Penerbit jurnal predator biasanya menawarkan janji manis berupa publikasi cepat, namun kualitas dan kredibilitas jurnal tersebut sangat diragukan.
Akibatnya, karya ilmiah yang diterbitkan di jurnal predator tidak diakui secara luas dan dapat merusak reputasi akademis penulis.
Tips dan trik mengidentifikasi jurnal predator
Lalu, bagaimana cara kita mengenali jurnal predator? Berikut beberapa tips dan triknya.
Ketidakjelasan biaya pemrosesan artikel adalah salah satu tanda jurnal predator. Sering kali biaya tidak diumumkan secara jelas. Bahkan, kerap kali biaya diberitahu saat artikel sudah diterima. Ini bisa menjadi jebakan.
2. Kualitas website rendahSitus web jurnal berkualitas biasanya baik. Sebaliknya, website jurnal predator sering memiliki kesalahan tata Bahasa, salah ketik, gambar buram, dan terlihat tidak professional. Ini menunjukkan kurangnya perhatian terhadap detail, ciri khas publikasi yang tidak sah.
Baca juga: 18 Situs Jurnal Internasional untuk Referensi Skripsi dan Tugas Kuliah
3. Klaim indeks tidak validPenerbit predator kerap mengklaim jurnalnya telah terindeks database jurnal terkemuka seperti Scopus atau DOAJ.
Sebaiknya, cek ulang di database tersebut apakah jurnal yang Anda tuju benar-benar ada dalam daftar. Selain itu, Anda juga bisa memeriksa nomor ISSN jurnal untuk memastikannya.
4. Proses Peer-Review palsuDikutip dari laman University of Arizona, jurnal predator sering menawarkan tinjauan yang cepat dan tidak kritis.
Dalam banyak kasus, bahkan artikel diterima dan dipublikasikan apa adanya tanpa adanya proses peer-review yang tepat. Anda bisa mengidentifikasinya dengan melihat waktu peer-review atau publikasi yang dilakukan.
5. Promosi agresifJurnal predator sering mengirimkan email yang tidak diminta kepada para akademisi. Biasanya isi email tersebut menawarkan kesempatan menerbitkan artikel dengan cepat dan biaya rendah.
Baca juga: Rekomendasi dan Tips Mencari Jurnal Ilmiah Online
6. Masuk ke dalam "daftar hitam"Dikutip dari laman Sistem Penilaian Angka Kredit Dosen Kemdikbud, jurnal yang besar kemungkinan predator ada dalam daftar beberapa situs.
Salah satunya bisa dilihat dalam laman https://beallslist.net/. Jika masih ragu, Anda juga bisa berkonsultasi dengan pembimbing akademik di universitas.
Menerbitkan di jurnal predator punya dampak negatif yang signifikan bagi para akademisi.
Selain membuang waktu dan uang, publikasi di jurnal predator juga dapat merusak reputasi dan kredibilitas akademis peneliti.
Bahkan, karya ilmiah yang diterbitkan di jurnal predator seringkali tidak diakui oleh komunitas akademik dan tidak dapat digunakan sebagai referensi yang valid.
Jadi, berhati-hati dalam memilih jurnal tempat menerbitkan karya ilmiah penting dilakukan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.