KOMPAS.com - Hideo Shimizu (94), seorang veteran Jepang yang bertugas di pasukan perang biologis selama Perang Dunia II, mengaku selalu dihantui rasa bersalah meski pertempuran telah usai 79 tahun lalu.
Senin (12/8/2024) lalu, dia dengan sadar berdiri di pintu keberangkatan Bandara Internasional Kansai di Osaka, Jepang, bersiap untuk menaiki pesawat menuju China.
Setelah 79 tahun, mantan anggota Korps Pemuda Unit 731 itu kembali ke tempat yang telah menghantuinya seumur hidup, sebuah kompleks unit bakteriologi Jepang di Kota Harbin, timur laut China.
Tempat tersebut merupakan lokasi ribuan warga sipil China dan tawanan perang Sekutu terbunuh sejak akhir 1930-an hingga perang berakhir.
Saat ini, unit bakteriologi itu beralih fungsi menjadi Museum Bukti Kejahatan Perang oleh Unit 731 Angkatan Darat Jepang.
Meski menghadapi kritik dari masyarakat Jepang dan berjuang melawan kesehatannya yang memburuk, Shimizu bertekad menghadapi masa lalu yang telah lama ingin ditebusnya.
"Terlepas dari semua kekhawatiran ini, saya hanya ingin pergi ke China, mengesampingkan semua hal lainnya," kata dia kepada Xinhua dalam sebuah wawancara eksklusif di Prefektur Nagano, Jepang.
Dia mengungkapkan, ini adalah perjalanan pertamanya meninggalkan Jepang sejak perang, sekaligus kali pertama kembali ke China.
"Daripada mengkhawatirkan bagaimana reaksi China, saya lebih khawatir beberapa politisi Jepang lebih suka saya tidak pernah melakukan perjalanan ini," tuturnya.
Baca juga: Kisah Foto Ikonik Kakak Gendong Adik yang Tewas Dekat Krematorium Usai Bom Nagasaki
Bergabung saat usia 14 tahun, kumpulkan manusia hidup untuk eksperimen
Sebagai bagian dari kelompok terakhir anggota Korps Pemuda Unit 731, Hideo Shimizu menghabiskan lebih dari empat bulan di Harbin pada 1945.
Dilansir dari Kyodo News Plus, Selasa (13/8/2024), Shimizu pindah ke kota yang dulu disebut Manchuria itu dan bergabung menjadi anggota korps saat berusia 14 tahun.
Dia bekerja di sana antara April hingga Agustus 1945, tepatnya pada hari-hari terakhir Perang Dunia II.
Hingga pada 14 Agustus di tahun yang sama, Shimizu melarikan diri dari China bersama unitnya yang kalah.
Bertahun-tahun terdiam, Shimizu sempat secara tidak sengaja mengungkap masa lalunya saat berpartisipasi dalam Pameran Perang Shinshu pada 2015.
Pengungkapan tanpa sengaja itu mengantarkannya pada keputusan untuk berbicara di depan umum tentang kekejaman Unit 731 pada 2016.
Shimizu pun mengaku akan mendedikasikan hidupnya untuk mengungkap kejahatan perang unit tersebut serta mendidik publik tentang bagaimana sejarah kelam yang sebenarnya.
Dalam memoarnya, Shimizu mengenang kejadian mengerikan yang dialami di Harbin, termasuk tugas untuk mengumpulkan sisa-sisa marutas.
Marutas dalam bahasa Jepang sendiri berarti "batang kayu", merujuk pada manusia hidup yang dibawa untuk eksperimen.
Di tempat ini, sejarawan mengungkap, tawanan perang secara diam-diam dijadikan kelinci percobaan untuk mengembangkan senjata biologis berbasis wabah dan kolera.
Baca juga: Pilot Perang Dunia II yang Hilang Berhasil Ditemukan Setelah 80 Tahun
Melalui memoarnya, Hideo Shimizu menuliskan:
"Pada pagi hari tanggal 11 Agustus 1945, seorang prajurit tua berkata: 'Masih ada asap.' Saya yakin dia mengacu pada pembakaran 'marutas' di penjara khusus."
"Pada tanggal 12 Agustus, saya memasuki penjara khusus untuk mengumpulkan sisa-sisa tulang manusia yang belum terbakar sepenuhnya."
"Pada tanggal 13 Agustus, kami memuat barang-barang kami ke truk, sambil menunggu perintah untuk berangkat..."
Masa-masa menetap di Harbin meninggalkan luka psikologis mendalam yang tak kunjung hilang pada Shimizu.
Dia bercerita bagaimana pemandangan janin dan anak-anak yang diawetkan di ruang spesimen Unit 731 terus menghantuinya sepanjang hidup.
"Setiap kali saya mendengar anak saya menangis di malam hari, saya akan melihat gambar-gambar ruang spesimen itu. Seolah-olah jiwa anak-anak yang hilang itu sedang menangis," katanya dengan mata berkaca-kaca.
Baca juga: Sejarah Bom Atom Hiroshima-Nagasaki Jepang yang Akhiri Perang Dunia II
Dituduh pembohong oleh orang-orang dari negaranya
Pengungkapan kenangan buruk tak lantas membuat orang-orang Jepang bersimpati kepada Shimizu. Sebaliknya, mereka justru menyangkal dan menuduhnya sebagai pembohong.
"Lihatlah artikel ini (berisi politikus menuduhnya berbohong) dari tahun 2017. Ia menyebut saya orang tua yang sepenuhnya mengarang cerita!" geram Shimizu.
Menghadapi keraguan dan kritik, veteran itu tetap teguh, mendukung klaimnya dengan bukti sejarah yang tak terbantahkan.
Shimizu mengingat, saat mereka mundur dari China, atasannya memerintahkan pasukan untuk menghancurkan semua bukti yang berhubungan dengan Unit 731.
Namun, beberapa materi masih diselundupkan kembali ke Jepang, membuktikan bahwa ia pernah bertugas di unit tersebut.
Salah satunya, daftar anggota Unit 731 yang mencantumkan namanya, serta tiga uang kertas lama yang diterbitkan oleh Bank Sentral Manchuria.
"Ini adalah uang kertas yang diterbitkan oleh unit tersebut kepada kami, yang dapat digunakan di Harbin. Ini adalah satu-satunya barang yang berhasil saya bawa kembali di saku saya," tuturnya.
Veteran perang ini juga tak segan menunjukkan foto Korps Pemuda Unit 731 yang dibawa temannya diam-diam.
"Kami berempat adalah teman sekelas dari sekolah yang sama di Nagano. Kami bergabung dengan kelompok keempat dan terakhir Korps Pemuda bersama-sama," kenangnya.
Baca juga: Peristiwa Sejarah 18 Januari, Jepang Ajukan 21 Tuntutan pada China Buntut Perang di Tahun 1894
Hideo Shimizu meminta maaf kepada korban
Sebelum kembali ke China setelah 79 tahun, Shimizu mengucapkan permintaan maaf kepada mereka yang tewas di tangan Unit 731 beserta keluarga korban.
Dia juga mengaku ingin mempelajari lebih lanjut tentang dampak wabah yang dilepaskan oleh tentara kekaisaran Jepang di Harbin setelah perang.
"Setelah kekalahan Jepang, mereka melepaskan tikus yang terinfeksi wabah. Jika seseorang tertular wabah, saya bayangkan itu akan sangat menyakitkan," kata Shimizu.
Hingga pada Selasa (13/8/2024), Hideo Shimizu mulai menapaki kembali bekas lokasi eksperimen unitnya di timur laut China.
Shimizu mengunjungi bekas lokasi dengan dikawal oleh kepala ruang pameran China di unit tersebut, dan mengingat di mana kamar mayat berada.
Di depan sebuah tugu peringatan yang didedikasikan untuk perdamaian, dia pun berduka atas semua korban penelitian.
"Saya mengalami pengalaman yang menyakitkan dan kehilangan banyak rekan kerja," pungkas Shimizu.
Sumber:
https://english.news.cn/20240814/757e68a60a1242b7ac7f3f6b30bef4e3/c.html
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.