Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Tetapkan Mpox sebagai Darurat Kesehatan Global, Mungkinkah Jadi Pandemi?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Marina Demidiuk
Ilustrasi mpox, cacar monyet.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan cacar monyet atau monkey pox (Mpox) sebagai darurat kesehatan global pada Rabu (14/8/2024).

Penetapan ini menyusul adanya potensi sebaran Mpox lebih luas ke berbagai negara.

WHO mencatat, ada lebih dari 14.000 kasus dan 524 kematian di Afrika pada 2024 melampaui tahun lalu.

Lantas, apakah Mpox bisa jadi pandemi seperti Covid-19?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: 6 Wilayah Sebaran Kasus Mpox di Indonesia per Agustus 2024, Mana Saja?

Penjelasan ahli

Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif menegaskan, Mpox tidak akan menjadi darurat global seperti Covid-19.

Pada Juli 2022, WHO juga menyatakan, Mpox termasuk dalam darurat kesehatan global. Namun, status tersebut dicabut pada Mei 2023.

Penularan Mpox sebenarnya pernah terjadi di Indonesia pada Oktober hingga Desember 2023.

“Dari kasus itu kita tahu bahwa sebetulnya Mpox tidak akan berkembang seperti Covid-19 karena cara penularan dan faktor risikonya juga berbeda,” ungkap Syahrizal saat dihubungi  Kompas.com, Selasa (20/8/2024).

Menurutnya, hampir 90 persen kasus Mpox di Indonesia pada 2023 merupakan laki-laki dari kelompok homoseksual dan biseksual.

Penularan Mpox terjadi karena adanya kontak sangat erat, yang salah satunya melalui kegiatan seksual.

Artinya, penyakit tersebut hanya terjangkit di kelompok-kelompok berisiko. Di luar kelompok tersebut, tidak ada catatan penularan Mpox.

“Selama kita bertemu dengan kasus dan diisolasi selama 2-4 minggu, pasien sudah bisa sembuh,” katanya.

Baca juga: Punya Gejala Mirip, Apa Beda Mpox dan Cacar Air?

Penularan, gejala, dan pengobatan Mpox

Ia menjelaskan, pasien Mpox akan mengalami beberapa gejala, seperti demam, nyeri otot, dan kemunculan bisul.

Bisul yang pecah dan menjadi koreng atau ruam merupakan media penularan Mpox melalui kontak sangat erat.

Selain itu, Mpox yang ada di Afrika umumnya menunjukkan gejala bisul dan koreng di area wajah dan badan.

“Namun pada kasus 2023, tidak hanya muncul di bagian wajah dan badan, tetapi juga di area genital,” ungkap Syahrizal.

Pada 2023, beberapa pasien Mpox di Indonesia disebut baru pulang dari negara yang sudah ada kasus terkonfirmasi, seperti Eropa.

Meskipun demikian, hingga kini tidak ada obat khusus untuk menyembuhkan penyakit Mpox.

Apabila muncul gejala, dokter akan memberikan obat umum yang dikonsumsi sesuai dengan gejalanya.

“Misalnya pasien demam, ya diberi penurun demam. Kalau gatal tinggal dikasih bedak khusus, simpel saja,” terang Syahrizal.

Baca juga: Waspada, Kenali 5 Cara Penularan Wabah Mpox Berikut Ini

Pencegahan Mpox

Saat pasien sudah menunjukkan gejala demam, nyeri otot, serta timbul ruam dan bisul, disarankan untuk segera memeriksakan diri.

Nantinya, akan dilakukan tes polymerase chain reaction (PCR) untuk memastikan kondisinya.

Lebih lanjut, Syahrizal menuturkan, cara pencegahan Mpox adalah selalu menjaga kebersihan diri.

Tak hanya itu, edukasi kepada kelompok berisiko juga penting dilakukan agar lebih waspada dan hati-hati.

“Sederhana saja soal kebersihan untuk mencegah Mpox. Tapi yang paling penting adalah edukasi kepada kelompok berisiko,” tuturnya.

Syahrizal mengatakan, Mpox merupakan penyakit yang sembuh sendiri atau self limiting disease.

Masyarakat Indonesia tak perlu panik karena wabah Mpox terjadi sangat rendah dan tidak akan menjadi pandemi.

Baca juga: Jadi Darurat Kesehatan Global, Kemeskes Pastikan Tidak Ada Kasus Mpox Baru di Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi