Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Penyebab Covid-19 Bisa Menginfeksi Otak, Ini Efek pada Penyintas

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Corona Borealis Studio
Ilustrasi virus corona. Virus corona penyebab Covid-19 dilaporkan menggunakan pintu belakang untuk menginfeksi otak, yang dapat menyebabkan gejala neurologis dan long Covid pada penyintas.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Sejumlah imuwan mengidentifikasi mutasi kunci pada virus corona SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, yang mungkin meningkatkan risiko infeksi pada otak.

Penemuan tersebut berpotensi menjelaskan alasan di balik gejala neurologis Covid-19 dan fenomena long Covid yang dialami oleh sejumlah penyintas penyakit ini.

Hal tersebut diungkapkan dalam studi terbaru yang terbit dalam jurnal Nature Microbiology pada Jumat (23/8/2024).

Baca juga: Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Efek infeksi otak pada penyintas Covid-19

Studi menemukan, SARS-CoV-2 kemungkinan lebih suka menggunakan "pintu belakang" untuk menyusup ke dalam sel dan menginfeksi otak.

Dilansir dari laman Scitech Daily, Jumat, temuan tersebut sebagian dapat menjelaskan mengapa banyak orang mengalami gejala neurologis selama atau setelah terinfeksi virus corona.

Gejala yang dimaksud mencakup kelelahan, pusing, kabut otak, atau kehilangan kemampuan mencium maupun mengecap akibat Covid-19.

Para ilmuwan menduga, gejala-gejala ini mungkin muncul ketika SARS-CoV-2 memasuki sistem saraf pusat.

Namun, bagaimana dan mengapa virus berpindah dari saluran pernapasan ke otak masih belum diketahui jelas hingga saat ini.

Melalui studinya, para ilmuwan menemukan mutasi pada protein spike virus, yang berbentuk seperti paku-paku yang menancap pada permukaan.

Protein spike ini digunakan virus untuk memasuki sel manusia dengan mengikat molekul yang disebut ACE2 pada permukaan sel.

"Protein spike SARS-CoV-2 melapisi bagian luar virus dan memungkinkannya memasuki sel," kata rekan penulis studi, Judd Hultquist, seperti dikutip Livescience, Selasa (27/8/2024).

Baca juga: Cara Mengetahui Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Virus gunakan "pintu belakang" untuk menginfeksi otak

Asisten profesor penyakit menular di Northwestern University, Chicago, Amerika Serikat itu melanjutkan, virus biasanya dapat memasuki sel dengan dua cara.

Pertama, melalui permukaan sel atau disebut pintu depan. Kedua, secara internal setelah diserap ke dalam sel atau disebut juga lewat pintu belakang.

Bagian dari protein spike, yang disebut sebagai situs pembelahan furin (furin cleavage site), membantu virus masuk melalui pintu depan.

Jika situs pembelahan furin tersebut bermutasi atau dihilangkan, maka virus hanya dapat menggunakan rute pintu belakang untuk menginfeksi.

"Sel-sel di saluran pernapasan bagian atas dan paru-paru sangat rentan terhadap SARS-CoV-2, yang dapat memasuki sel-sel ini melalui pintu depan dan belakang," kata Hultquist.

Kendati demikian, untuk mencapai dan bereplikasi (memperbanyak diri) dengan sukses di otak, tampaknya virus harus masuk melalui pintu belakang.

"Menghapus situs pembelahan furin membuat virus lebih mungkin menggunakan jalur ini, dan lebih mungkin menginfeksi sel-sel otak," papar Hultquist.

Baca juga: Vaksin Covid-19 AstraZeneca Punya Efek Samping TTS, Apa Itu?

Sel otak lebih banyak terinfeksi saat virus bermutasi

Guna mempelajari hal ini, para ilmuwan menggunakan tikus yang direkayasa secara genetika, sehingga sel-selnya menghasilkan ACE2 seperti pada manusia.

Setelah menginfeksi tikus-tikus ini dengan SARS-CoV-2, mereka mengambil sampel virus dari jaringan paru-paru dan otak, serta mengurutkan genom virus.

"Kami menemukan bahwa tikus yang terinfeksi SARS-CoV-2 normal mengalami infeksi di otak, tetapi ada lebih banyak sel yang terinfeksi saat virus mengalami mutasi di lokasi pembelahan furin," kata Hultquist.

Hultquist dan rekan-rekannya belum dapat memastikan apakah sel yang terinfeksi ini bertanggung jawab atas gejala neurologis Covid-19.

Namun, mereka melihat tingkat infeksi yang tinggi pada sel-sel hipokampus dan korteks premotor, bagian otak yang masing-masing berkaitan dengan fungsi memori dan gerakan.

Di sisi lain, penelitian tersebut hanya dilakukan pada tikus, sehingga diperlukan studi lebih lanjut untuk mengetahui apakah virus corona memiliki mekanisme serupa saat menginfeksi otak manusia.

Meski demikian, penelitian terbaru ini dapat meletakkan dasar dalam upaya penanganan dampak neurologis akibat Covid-19.

"Penting menindaklanjuti penelitian ini dengan pengambilan sampel manusia untuk melihat apakah mutasi yang sama ditemukan pada manusia," kata Matthew Frieman, profesor mikrobiologi dan imunologi di University of Maryland, Amerika Serikat, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

"Karena para peneliti menargetkan peradangan saraf untuk terapi terhadap gejala Covid-19 jangka panjang, memahami bagaimana virus bereplikasi di sana sejak awal sangatlah penting," tandasnya.

 

 
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi