Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan karena Makhluk Gaib, Begini Penjelasan Fenomena Ketindihan Menurut Sains

Baca di App
Lihat Foto
iStockphoto/Tero Vesalainen
Penyebab ketindihan menurut sains.
|
Editor: Muhammad Zaenuddin

KOMPAS.com - Pernahkan Anda mengalami kondisi terbangun dari tidur namun tidak dapat bergerak dan berbicara?

Kondisi ini dikenal sebagai fenomena “ketindihan” oleh masyarakat Indonesia. Ketindihan membuat seseorang merasa terjaga tetapi badannya tidak dapat digerakkan atau lumpuh.

Orang yang mengalaminya juga tidak bisa bergerak, berbicara, atau bernapas dalam, bahkan dapat melihat, mendengar, atau merasakan sosok yang sebenarnya tidak ada.

Beberapa orang menganggap jika kejadian itu disebabkan oleh adanya makhluk gaib yang menindih seseorang ketika tidur. Namun sains punya penjelasan ilmiahnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, bagaimana penjelasannya menurut sains?

Baca juga: Mengapa Suara di Dalam Rekaman Tak Terdengar seperti Suara Asli? Ini Penjelasan Sains


Ketindihan menurut penjelasan sains

Ketindihan adalah suatu kondisi yang ditandai dengan hilangnya kontrol otot dalam waktu singkat, yang terjadi setelah tertidur atau sebelum bangun.

Sains memiliki istilah untuk ketindihan, yakni sleep paralysis atau kelumpuhan tidur. Sebab, tubuh seseorang tidak dapat digerakkan seolah lumpuh.

Mengutip laman Science News Explores, ketindihan terjadi ketika otak mengacaukan proses tidur atau bangun Anda. Kondisi ini membuat Anda seolah bermimpi dengan mata terbuka.

Baca juga: 7 Tips Sederhana yang Bisa Membantu Anda Tidur Lebih Nyenyak

Sebagaimana diketahui, umumnya orang baru mulai bermimpi setelah benar-benar tertidur nyenyak, dan akan berhenti bermimpi sebelum bangun.

Mimpi yang paling jelas dan nyata terjadi selama tahap tidur tertentu yang disebut fase REM (rapid eye movement).

Pada tahap ini, mata Anda bergerak cepat di bawah kelopak mata yang tertutup. Namun meskipun mata bergerak, bagian tubuh yang lain tidak bisa.

Tubuh lumpuh selama fase tersebut untuk mencegah Anda mewujudkan gerakan atau aktivitas yang dilakukan di dalam mimpi.

Baca juga: Bagaimana Cara Bunglon Mengubah Warna Tubuhnya? Begini Penjelasan Menurut Sains

Otak biasanya akan mematikan kondisi “kelumpuhan” ini sebelum Anda bangun, sehingga ketika terbangun Anda bisa bergerak seperti biasa.

Namun, pada saat Anda mengalami ketindihan atau sleep Paralysis, Anda bangun saat “kelumpuhan” masih terjadi.

Beberapa orang mengaitkan ketindihan dengan makhluk gaib karena kadang, seseorang dapat berhalusinasi di saat mengalaminya.

Mereka seolah melihat ada makhluk yang berjalan atau duduk di atasnya. Di waktu lain, mereka juga bisa mendengar suara atau teriakan.

Baca juga: Studi Buktikan Mimpi Buruk Bisa Jadi Tanda Penyakit Kronis

Jenis-jenis sleep paralysis

Dilansir dari laman Sleep Foundation, para ahli medis biasanya mengelompokkan kasus ketindihan atau sleep paralysis menjadi dua kategori, yaitu:

1. Sleep paralysis yang terisolasi

Episode ketindihan yang terjadi satu kali ini tidak terkait dengan diagnosis narkolepsi yang mendasarinya (kelainan neurologis yang mencegah otak mengendalikan kewaspadaan dengan benar), yang sering kali menyebabkan kelumpuhan tidur.

Baca juga: Manfaat Minum Kopi Sebelum Tidur Siang Menurut Penelitian, Apa Saja?

2. Sleep paralysis berulang

Kondisi ini melibatkan beberapa peristiwa ketindihan dari waktu ke waktu. Kondisi ketindihan berulang dapat dikaitkan dengan narkolepsi.

Dalam banyak kasus, kedua karakteristik penentu ini digabungkan untuk menggambarkan suatu kondisi yang disebut sleep paralysis terisolasi berulang (RISP).

Itu mengacu pada kejadian kelumpuhan tidur berkelanjutan pada seseorang yang tidak memiliki narkolepsi.

Baca juga: Apa Arti Mimpi Jatuh dari Ketinggian? Berikut Penjelasannya

Sleep paralysis dan halusinasi

Diperkirakan 75 persen episode kelumpuhan tidur juga melibatkan halusinasi yang berbeda dari mimpi biasa.

Halusinasi ini dapat terjadi sebagai halusinasi hipnagogik saat hendak tidur atau sebagai halusinasi hipnopompik saat bangun tidur.

Halusinasi selama kelumpuhan tidur terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:

  1. Halusinasi penyusup, ini melibatkan persepsi adanya orang atau kehadiran yang berbahaya di dalam ruangan.
  2. Halusinasi tekanan dada (halusinasi incubus), menimbulkan perasaan tercekik atau sensasi bahwa seseorang sedang duduk di dada Anda.
  3. Halusinasi vestibular-motorik (VM), mencakup perasaan gerakan, seperti terbang, atau sensasi keluar tubuh.

Prevalensinya bervariasi, namun para peneliti percaya bahwa sekitar 20 persen orang pernah mengalami kelumpuhan tidur dalam hidup mereka.

Kelumpuhan tidur dapat terjadi pada usia berapa pun, tetapi gejala pertama sering kali muncul di masa kanak-kanak, remaja, atau dewasa muda.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi