KOMPAS.com - Pemimpin Gereja Katolik Dunia, Paus Fransiskus, memilih bermalam di Nunsiatur Apostolik di Jalan Merdeka Timur, Jakarta Pusat daripada hotel mewah.
Paus Fransiskus bersama rombongan tiba di Indonesia pada Selasa (3/9/2024) dalam agenda apostolik sekaligus kunjungan kenegaraan Vatikan.
Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo mengatakan, Paus memilih tinggal di Kedutaan Besar (Kedubes) Vatikan untuk Indonesia atau dikenal dengan nama Nunsiatur Apostolik.
"Beliau memilih tinggal di Kedubes Vatikan di Indonesia. Yang di hotel rombongannya," ujar Ignatius kepada Kompas.com, Senin (2/9/2024).
Lantas, seperti apa Nunsiatur Apostolik?
Baca juga: Paus Fransiskus Puji Semboyan Bhinneka Tunggal Ika, Sebuah Keragaman dalam Persatuan
Mengenal Nunsiatur Apostolik
Apostolic Nunciature atau Nunsiatur Apostolik adalah sebutan untuk Kedutaan Besar Takhta Suci Vatikan, negara kecil yang dipimpin oleh Paus.
Di Indonesia, Nunsiatur Apostolik atau perwakilan diplomatik Vatikan terletak di Jalan Medan Merdeka Timur 18, Jakarta Pusat, Jakarta.
Nunsiatur Apostolik dikepalai oleh seorang nunsius atau disebut juga nunsius apostolik yang setara dengan duta besar.
Saat ini, Nunsius Apostolik Takhta Suci Vatikan untuk Indonesia dijabat oleh Uskup Agung Piero Pioppo, kelahiran Savona, Italia Utara, 29 September 1960.
Dilansir dari laman resmi, gedung perwakilan Vatikan atau Nunsius Apostolik untuk Indonesia telah berdiri sejak 1966.
Namun, menilik sejarahnya, hubungan diplomasi Indonesia dan Takhta Suci telah terjalin setidaknya sejak 1947, di mana saat itu Indonesia belum diakui kemerdekaannya.
Pada 6 Juli 1947, Pemimpin Gereja Katolik Dunia saat itu, Paus Pius XII, mengangkat Uskup Agung de Jonghe d’Ardoye sebagai "Delegatus Apostolik di Kepulauan Indonesia".
Pada hari berikutnya, surat apostolik untuk menegakkan delegasi apostolik di Kepulauan Indonesia pun resmi dikeluarkan.
Tiga minggu setelah pengangkatannya, pada Minggu, 27 Juli 1947, Uskup Agung Jonghe d’Ardoye tiba dengan pesawat terbang di Batavia.
Pada 6 Agustus 1947, Delegatus Apostolik kemudian menyerahkan surat resmi kepada Letnan Jenderal Hindia Belanda Hubertus Johanna van Mook.
Baca juga: Arti 21 Dentuman Meriam untuk Sambut Paus Fransiskus di Istana Merdeka
Pendirian perwakilan diplomatik usai pengakuan
Hingga pada 4 Januari 1950, Takhta Suci menginstruksikan wakilnya untuk mengumumkan bahwa Republik Indonesia Serikat, bentuk negara Indonesia saat itu, resmi diakui oleh Vatikan.
Dua hari berikutnya, Monsinyur (Mgr) de Jonghe d’Ardoye secara pribadi menyampaikan keputusan ini kepada Wakil Presiden dan Menteri Luar Negeri Mohammad Hatta.
Hatta kemudian mengusulkan agar Vatikan mengadakan hubungan diplomatik secara resmi dengan Indonesia.
Akhirnya, pada 10 Januari 1950, Takhta Suci Vatikan menerima usul hubungan diplomatik dan mengumumkan pendirian Internunsiatur Apostolik di Jakarta dalam Republik Indonesia Serikat (RIS).
Selanjutnya, pada 1 Juni 1966, gedung baru perwakilan Vatikan di Indonesia hasil rancangan arsitek Jerman Hermann Bohnekamp diresmikan setelah dibangun sejak Oktober 1964.
Pembukaan resmi gedung baru berlangsung pada 29 Juni 1966 dan dihadiri Presiden pertama Indonesia, Soekarno.
Selanjutnya, pada 7 Desember 1966, Internunsiatur di Indonesia diangkat menjadi setingkat Nunsiatur Apostolik.
Pada tanggal yang sama, Uskup Agung Salvatore Pappalardo diangkat menjadi Pro-Nunsius Apostolik di Indonesia.
Sejak tahun yang sama, perwakilan Indonesia untuk Takhta Suci turut beralih menjadi kedutaan, dengan Duta Isa Mohammad Nazir sebagai duta besarnya.
Baca juga: 12 Larangan Saat Misa Agung Paus Fransiskus di GBK 5 September 2024
Kedutaan Vatikan, tempat menginap Paus di Indonesia
Pilihan seorang Pemimpin Gereja Katolik Dunia untuk menginap di Kedubes Vatikan untuk Indonesia bukan pertama kali ini terjadi.
Paus sebelumnya, Paus Yohanes Paulus II juga sempat memilih bermalam di Nunsiatur Apostolik, Jakarta.
Saat itu, Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Indonesia pada 9-14 Oktober 1989 di sela-sela kunjungan apostolik ke Asia Timur dan Mauritius pada 6-16 Oktober 1989.
Selama berada di Ibu Kota, Paus tinggal di Nunsiatur Apostolik, yang pada waktu itu dikepalai Uskup Agung Francesco Canalini.
Di sana, Paus bertemu dengan uskup-uskup, pejabat sipil, tokoh-tokoh keagamaan, klerus dan biarawan/wati, serta mengunjungi tempat-tempat budaya.
Selain Jakarta, Paus juga mengunjungi beberapa kota lain, seperti Yogyakarta, Maumere, Dili, dan Medan.
Tercatat, sejak 2007 hingga 2010, restorasi dan perluasan gedung Nunsiatur di Jakarta dilakukan.
Pada 11 Oktober 2009, Uskup Agung Leopoldo Girelli yang merupakan Nunsius Apostolik untuk Indonesia saat ini meresmikan kapel baru "Keduabelas Rasul".
Hingga pada 8 Juni 2011, Paus Benediktus XVI mengangkat Uskup Agung Leopoldo Girelli sebagai Delegatus Apostolik untuk Singapura.
Pada saat bersamaan, dia juga diangkat sebagai Nunsius Apostolik untuk Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang berkantor pusat di Jakarta.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.