Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Friedrich Silaban, Arsitek Masjid Istiqlal Penganut Kristen Protestan

Baca di App
Lihat Foto
Sindunata/KOMPAS
Arsitek Friedrich Silaban (kiri) bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Ir Sutami, sedang mengamati bangunan Masjid Istiqlal.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Masjid Istiqlal menjadi salah satu lokasi yang akan dikunjungi Paus Fransiskus saat berkunjung ke Indonesia pada Kamis (5/9/2024).

Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mengatakan, kedatangan Paus Fransiskus rencananya meninjau Terowongan Silaturahmi Masjid Istiqlal sepanjang 38,3 meter dengan tinggi 3 meter dan lebar 4,1 meter menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral.

"Beliau (Paus Fransiskus) sangat terkesan dan ingin pergi mengunjungi masuk ke dalamnya," kata Nasaruddin, dilansir dari Antara.

Terowongan Silaturahmi Masjid Istiqlal menjadi bagian dari bangunan Masjid Istiqlal yang sudah dibangun pada 1961.

Masjid terbesar di Asia Tenggara itu didirikan di atas lahan 9,9 hektare dengan luas bangunan 2,5 hektare. Bangunannya memiliki 5 lantai dengan kubah besar.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah menariknya, Masjid Istiqlal dirancang oleh arsitek penganut Kristen Protestan asal Batak. 

Baca juga: Kata Media Asing soal Kedatangan Paus Fransiskus, Soroti Kunjungan ke Istiqlal dan Kerukunan Beragama

Arsitek Masjid Istiqlal

Masjid Istiqlal dirancang oleh Friedrich Silaban. Dia ditunjuk sebagai arsitek Masjid Istiqlal, salah satunya karena dekat dengan Presiden Soekarno. 

Namun, kedekatan keduanya tidak lantas membuat pria kelahiran Bonan Dolok, Sumatera Utara, pada 16 Desember 1912 bisa menjadi arsitek Masjid Istiqlal dengan mudah.

Ia ditunjuk menjadi perancang desain Masjid Istiqlal setelah memenangkan sayembara. Karyanya berjudul "Ketuhanan" berhasil memenangkan hati para dewan juri, termasuk Presiden Soekarno.

Friedrich Silaban merupakan anak dari keluarga petani sederhana. Ia lulus dari Koningin Wilhermina School, Jakarta, tahun 1931, sekolah setingkat Sekolah Teknik Menengah (STM) dan melanjutkan studinya ke Belanda selama 1949-1950.

Baca juga: Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Friedrich Silaban pakai nama samaran

Menurut putra Friedrich, Panogu Silaban, ayahnya harus mengikuti sayembara untuk menjadi arsitek Masjid Istiqlal.

Sebelum mengikuti sayembara pun, Friedrich meminta izin kepada Soekarno. Di situlah, Soekarno mengusulkan agar Friedrich menggunakan nama samaran.

"Dia (Friedrich) pernah bertanya kepada Soekarno langsung, 'Ini mau ngadain sayembara Istiqlal loh, saya ikut enggak ya?' Mereka memang dekat ya," kata Panogu dikutip dari Kompas.com. 

Kemudian, Soekarno menyarankan agar Friedrich menggunakan nama samaran saat mengikuti sayembara. Tujuannya agar ada yang memilih desain karyanya.

"Kalau ikut harus pakai nama samaran. Kalau enggak, enggak ada yang mau milih'," kata Panogu menirukan kalimat Soekarno.

Menurut dia, ayahnya memang kerap menggunakan nama samaran saat merancang suatu bangunan. Pernah pada suatu sayembara, Friedrich menggunakan nama Bhinneka Tunggal Ika. Ia juga pernah memakai nama "Kemakmuran".

Baca juga: Terowongan Silaturahmi Masjid Istiqlal-Katedral, Bagaimana Perkembangan Pembangunannya?

Terpilih menjadi arsitek Masjid Istiqlal

Dikutip dari Kompaspedia, sayembara pembangunan Masjid Istiqlal itu dilakukan secara terbuka dan diikuti 31 peserta. Bung Karno sendiri terlibat menjadi ketua jurinya.

Di antara 31 peserta, terpilihlah maket masjid dari Friedrich Silaban untuk desain Masjid Istiqlal. Saat itu, desain Friedrich dinilai sebagai karya “Ketuhanan” yang penuh simbolisasi sejarah dan perkembangan Islam di Indonesia.

Pemancangan tiang pertama dilakukan tepat pada peringatan Maulid Nabi pada 26 Agustus 1961.

Namun, proses pembangunan Masjid Istiqlal tidak mengalami banyak kemajuan hingga akhirnya tahun 1965 Soekarno mengeluarkan Surat Keputusan No. 78/1966.

Dalam surat itu, Soekarno membebaskan semua pengurus panitia pembangunan Masjid Istiqlal dan Monumen Nasional, serta membentuk susunan panitia yang baru.

Tujuannya karena Soekarno ingin Masjid Istiqlal menjadi masjid terbesar dan terindah di dunia yang dapat bertahan hingga seribu tahun.

Lebih dari itu, Soekarno ingin Masjid Istiqlal menjadi kemegahan syiar Islam. Meski demikian, pembangunan Masjid Istiqlal sempat mandeg bertahun-tahun. Masjid ini baru diresmikan pada kepemimpinan Soeharto tepatnya 22 Februari 1978.

Baca juga: Trending di Twitter, seperti Apa Sejarah Masjid Istiqlal?

Penentuan lokasi Masjid Istiqlal

Masjid Istiqlal dibangun di depan Gereja Katedral. Kedua bangunan ini bahkan akan saling terhubung dengan adanya Terowongan Silaturahmi Masjid Istiqlal.

Sejarah mencatat, diperlukan sejarah yang panjang sebelum akhirnya Masjid Istiqlal diputuskan dibangun di jalan protokol seperti Jalan Perwira, Jalan Katedral, Jalan Pintu Air dan Jalan Veteran, seperti dilansir dari Kompas.com (2021).

Saat itu, Wakil Presiden Republik Indonesia Mohammad Hatta sempat mengusulkan supaya Masjid Istiqlal dibangun di sekitar Jalan MH Thamrin. Tepatnya, di tempat Hotel Indonesia Kempinsky berdiri saat ini.

Alasannya karena tempat itu berada di tengah-tengah masyarakat Islam.

Usulan Bung Hatta itu bertentangan dengan ide Soekarno yang menginginkan supaya Masjid Istiqlal dibangu di bekas Benteng Citadel karena alasan politis dan artistik.

Soeharto menilai, benteng Citadel merupakan monumen penjajahan harus dikubur dan digantikan dengan monumen kemerdekaan yaitu Masjid Istiqlal itu sendiri.

Sesuai namanya, Istiqlal berasal dari bahasa Arab yang artinya merdeka.

Dari sisi artistik, Soekarno beralasan letak Masjid Istiqlal sangat strategis dengan dikelilingi oleh jalan protokol seperti Jalan Perwira, Jalan Katedral, Jalan Pintu Air dan Jalan Veteran.

Kemudian, ada dua sungai Banjir Kanal Ciliwung yang mengalir di sisi barat dan timur Masjid Istiqlal sehingga masjid tidak akan kekurangan sumber air untuk air wudhu ratusan ribu jamaah.

Perbedaan ide tersebut berakhir dengan kesepakatan yang dikemukakan Seokarno. Dengan begitu Masjid Istiqlal dibangun di bekas benteng Citadel milik Belanda.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi