KOMPAS.com - Sepatu hak tinggi atau dikenal sebagai high heels adalah salah satu penunjang penampilan wanita.
Rumah-rumah mode terkenal dan merek sepatu ternama berlomba-lomba memproduksi dan mempertontonkan desain high heels terkini yang bisa mempercantik wanita.
High heels mengalami sejarah yang panjang. Pada awalnya, sepatu dengan hak tinggi ini justru tak diproduksi untuk wanita, namun pria.
Bagaimana sejarahnya?
Baca juga: Jarang Diketahui, Ini Bahaya Olahraga Pakai Sepatu KW Menurut Dokter
Awal mula kemunculan high heels
Dikutip dari TheModernDirectory, sejarah high heels ditarik ke masa Mesir kuno, tepatnya sekitar 3500 sebelum Masehi.
Saat itu, sepatu hak tinggi pertama kali dipakai oleh tukang daging untuk berjalan di atas hewan sembelihannya.
Sepatu ini digunakan agar terhindar dari darah-darah hewan yang disembelih, sehingga tidak mengotori kaki mereka.
Kemudian pada masa Yunani Kuno, sepatu hak tinggi atau high heels dikenakan oleh peraga atau pemeran panggung.
High heels tersebut dimaksudkan untuk kelas sosial berbagai karakter dalam drama dan komedi Yunani.
Sepatu yang disebut sebagai kothorni ini berupa sepatu datar dengan alas kayu atau gabus dengan ketebalan sekitar 4 inci atau 10 cm. Semakin tinggi haknya, maka semakin “tinggi” karakternya.
Di Persia (saat ini Iran) pada abad ke-10, prajurit pria yang menunggang kuda menggunakan sepatu hak tinggi.
Sepatu itu membantu menjaga kaki tetap aman di sanggurdi saat mereka berdiri di pelana untuk menembakkan anak panah dan melemparkan tombak.
Pada tahun 1500-an, bangsawan Persia mengenakan sepatu hak tinggi yang sering kali terbuat dari bahan mewah dan berwarna cerah.
Baca juga: Alasan Pakaian Astronot Selalu Berwarna Putih, Ini Fungsinya
High heels mulai menyebar ke Eropa
Model sepatu hak tinggi ini pun mulai menyebar ke Eropa, ketika seorang raja Persia bernama Shah Abbas datang untuk mengunjungi istana-istana Eropa.
Dalam setiap kunjungannya, orang-orang Eropa mulai melihat sepatu hak tinggi indah yang dikenakan oleh Sang Raja dan rombongannya.
Dilansir dari LondonRunway, orang-orang Eropa pun mulai memakai sepatu berhak tinggi dalam kesehariannya.
Meski sepatu hak tinggi pada masa itu merupakan barang pria, pekerja seks komersial di Italia mulai mengenakannya untuk menciptakan tampilan androgini yang seksi.
Sepatu hak tinggi yang mereka kenakan memiliki tinggi hingga 10 inci atau 25 cm dan disebut sebagai chopine.
Bangsawan Eropa diketahui juga sangat menyukai sepatu hak tinggi atau high heels tersebut.
Sepatu hak tinggi membantu pria tampak lebih tinggi yang membuat mereka tampak lebih mendominasi dan terlihat semakin jantan.
Makin kaya pria bangsawan tersebut, maka hak sepatu yang dikenakan juga akan semakin tinggi. Dengan begitu, sepatu hak tinggi juga menjadi simbol kekayaan.
Baca juga: Ini Penyebab Baju Basah Berwarna Lebih Gelap daripada Kering
Salah satu tokoh sejarah paling terkenal yang dikaitkan dengan sepatu hak tinggi adalah Raja Louis XIV dari Perancis.
Ia adalah contoh utama tentang apa arti sepatu hak tinggi bagi pria berstatus tinggi namun bertubuh kecil selama abad ke-17.
Kecintaannya pada sepatu hak tinggi menjadi obsesi saat ia melarang siapa pun untuk tidak mengenakan sepatu hak tinggi berwarna merah di istananya.
Ia menginspirasi para pria di sekitarnya untuk berpakaian sesuai standarnya dan mulai mengenakan sepatu hak tinggi sejak kecil untuk membuktikan status dan kekayaan mereka.
Pada akhir abad ke-17, wanita di Eropa juga mulai mengenakan sepatu hak tinggi yang modis untuk menunjang penampilan mereka.
Namun pada abad ke-18 ketika memasuki masa Revolusi Perancis, pandangan publik mengenai sepatu hak tinggi mulai berubah.
Baik pria maupun wanita sama-sama mengganti sepatu hak tinggi mereka dengan sepatu datar, termasuk model pakaian yang dikenakan.
Hal itu dilakukan karena mereka tidak ingin dikaitkan dengan bangsawan yang dikenal mengenakan sepatu hak tinggi.
Baca juga: 5 Cara Ampuh Menghilangkan Jamur di Baju, Tak Perlu Beli Baru
High heels mulai jadi kebanggaan wanita
Memasuki abad ke-19, sepatu hak tinggi kembali populer, tetapi hanya di dunia wanita. Saat itu, sepatu hak tinggi dianggap sesuatu yang sangat feminin dan dikaitkan dengan erotika wanita.
Berkat kemajuan teknologi pada sekitar tahun 1950-an, sepatu hak tinggi dapat dibuat lebih tipis dan lebih tinggi. Saat itu, lahirlah high heels stiletto.
Marilyn Monroe adalah ikon mode paling terkenal dari tahun 1950-an yang turut menentukan tren sepatu hak tinggi bagi wanita.
Saat gelombang feminisme menerjang, sepatu hak tinggi ditinggalkan karena penggunaannya dikonotasikan sebagai pemuas hasrat pria.
Hingga pada tahun 1980-an, selebritas seperti Madonna mulai mengenakan sepatu hak tinggi sebagai pernyataan mode, bukan hanya untuk tampil menarik di depan pria.
Hal ini membuat sepatu hak tinggi kembali meraja di kalangan wanita, sehingga lahirlah desain model high heels yang bermacam-macam dan menyebar ke berbagai penjuru dunia.
Baca juga: Penampakan Sandal Tertua di Eropa, Terbuat dari Rumput dan Berusia 6.000 Tahun
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.