KOMPAS.com - Bumi selalu berubah dan bergerak. Dalam pergerakannya, sekitar 20 juta tahun lalu, sebuah lempeng tektonik raksasa berukuran seperempat Samudra Pasifik menghilang.
Namun, baru-baru ini, lempeng tektonik yang dikenal sebagai lempeng Pontus ini ditemukan jejaknya di bawah Pulau Kalimantan.
Baca juga: Apa yang Dimaksud Lempeng Tektonik? Berikut Pengertian dan Jumlahnya
Menemukan jejak "hantu" lempeng tektonik raksasa di Kalimantan
Pontus tidak sengaja ditemukan kembali oleh para ilmuwan saat sedang mempelajari batuan kuno di area Pulau Kalimantan.
Penemuan lempeng tektonik Pontus ini menjadi mungkin berkat kerja keras Suzanna van de Lagemaat, seorang geolog lulusan Utrecht University di Belanda, bersama dengan supervisornya, Douwe van Hinsbergen?.
Mereka berdua melakukan penelitian mendalam tentang data geologi yang tersimpan di pegunungan yang berkerut dan pecahan samudra yang terhimpit di atas lempeng benua di wilayah Asia-Pasifik.
Ketika van de Lagemaat mempelajari formasi batuan di Kalimantan bagian utara, dia menemukan tanda-tanda yang sangat jelas tentang keberadaan lempeng Pontus?.
Awalnya, mereka mengira sedang mempelajari batuan dari sisa-sisa lempeng yang sudah dikenal. Namun, data magnetik dari batuan tersebut menunjukkan bahwa material ini berasal dari sisa lempeng berbeda dan belum pernah diketahui sebelumnya.
"Garis lintang ini tidak sesuai dengan garis lintang yang kami dapatkan dari lempeng lain yang sudah kami ketahui," kata van de Lagemaat dikutip dari di Live Science, Rabu(11/10/2023).
Untuk memecahkan misteri ini, van de Lagemaat menggunakan model komputer untuk menyelidiki geologi wilayah tersebut selama 160 juta tahun terakhir.
Baca juga: Berapa Banyak Lempeng Tektonik yang Ada di Bumi?
Hasilnya, batuan Kalimantan yang mereka teliti cocok dengan celah misterius lempeng yang hilang 20 tahun lalu.
Para peneliti menemukan bahwa tempat itu sebenarnya ditempati oleh lempeng yang belum pernah diketahui sebelumnya, yang oleh van de Lagemaat dan timnya dinamai lempeng Pontus.
Lempeng Pontus jadi "puzzle" Bumi yang hilang
Dalam studinya yang diterbitkan pada Februari 2024 dalam jurnal Godwana Research, van de Lagemaat menuliskan bahwa lempeng Pontus merupakan lempeng tektonik yang terbentuk sekitar 160 juta tahun yang lalu, pada periode ketika superkontinen Pangaea mulai pecah.
Lempeng ini diperkirakan memiliki luas sekitar seperempat dari Samudra Pasifik saat ini. Artinya, ukuran lempeng ini sangat besar, lebih dari jutaan kilometer persegi.
Lempeng ini berada di bawah samudra yang luas yang memisahkan Eurasia dan Australia ketika Pangaea mulai terpecah dan membentuk benua-benua yang kita kenal sekarang?.
Selama jutaan tahun, lempeng Pontus akhirnya tersubduksi atau terbenam ke bawah lempeng-lempeng lainnya yang membawa Kalimantan dan Filipina ke posisi mereka saat ini.
Proses subduksi ini sangat kompleks dan berlangsung selama puluhan hingga ratusan juta tahun, hingga akhirnya sebagian besar dari lempeng Pontus hilang ke dalam mantel bumi?.
Lempeng Pontus akhirnya sepenuhnya menghilang pada 20 juta tahun lalu.
Baca juga: Ilmuwan Ungkap Kemungkinan Venus Miliki Lempeng Tektonik Seperti Bumi
Prediksi sebelumnya
Penemuan ini semakin menegaskan prediksi yang telah dibuat oleh Douwe van Hinsbergen dan koleganya 11 tahun yang lalu, berdasarkan data tomografi seismik.
Data ini menunjukkan adanya fragmen dari lempeng kuno yang telah tenggelam ke dalam mantel bumi, yang mempengaruhi jalur gempa bumi yang melewati daerah tersebut?.
Data tersebut menunjukkan lempengan kerak besar yang asalnya tidak diketahui. Tetapi para ilmuwan pada saat itu tidak memiliki cara untuk menentukan dari mana asalnya.
Sekarang, jelas bahwa kerak ini adalah sisa-sisa dari lempeng Pontus.
Penemuan 'hantu' lempeng tektonik raksasa yang hilang di Pulau Kalimantan adalah pengingat bahwa Bumi adalah planet yang dinamis dan terus berubah.
Penemuan ini juga menunjukkan bahwa masih banyak misteri yang tersembunyi di bawah permukaan Bumi kita.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.