KOMPAS.com - Video yang menunjukkan penanganan terhadap seorang pria yang disebut mengalami serangan jantung saat olahraga, viral di X (Twitter) dan Instagram.
Dalam rekaman berdurasi 57 detik itu, tampak seorang pria terduduk lemas dan tidak bergerak, tengah ditepuk-tepuk lengannya oleh orang-orang di sekitarnya. Video itu diunggah di akun Instagram @bass*** pada Jumat (19/9/2024).
"Olga boleh tp ya tau kondisi jangan d paksa klo sdh gak kuat ya istirahat...bisa kena serangan jantung dadakan nih," tulis pengunggah.
Video tersebut juga telah diunggah ulang di akun X @bacottetan*** pada Jumat (25/9/2024), dan telah tayang 9 juta kali.
"Boleh info dong yang tau cara penanganan pertama jika terjadi begini," bunyi keterangan dalam unggahan.
Lantas, bagaimana penanganan serangan jantung mendadak? Benarkah menepuk lengan bisa membantu mengatasi serangan jantung?
Serangan jantung mendadak saat olahraga
Dokter umum dari Puskesmas Gedongan Mojokerto, Jawa Timur, Wahyu Tri Kusprasetyo mengatakan, menangani orang yang mengalami serangan jantung dadakan dengan cara menepuk-nepuk lengan adalah langkah yang salah.
"Menepuk-nepuk tidak membantu, bahkan bisa melewatkan golden period atau waktu emas penanganan jantung," ujar Wahyu kepada Kompas.com, Rabu (2/10/2024).
Dilansir dari Kementerian Kesehatan, waktu emas dalam melakukan penanganan serangan jantung sangat menentukan tingkat keberhasilan penanganan. Berikut waktu emas pemberian bantuan hidup dasar (BHD):
- Keterlambatan BHD selama satu menit, kemungkinan berhasil 98 dari 100
- Keterlambatan BHD selama empat menit, kemungkinan berhasil 50 dari 100
- Keterlambatan BHD selama sepuluh menit, kemungkinan berhasil satu dari 100.
Saat otak tidak mendapat oksigen selama enam hingga delapan menit, maka bisa menyebabkan kematian. Pasien disebut dengan mati klinis atau henti napas dan henti jantung.
Jika melebihi delapan sampai sepuluh menit, pasien akan mengalami kematian biologis.
Baca juga: Studi: Serangan Jantung Banyak Terjadi pada Hari Senin
Pertolongan pertama serangan jantung saat olahraga
Jika pasien tidak sadarkan diri, orang-orang di sekitar bisa meminta bantuan dengan menghubungi nomor darurat 119 dan menyebutkan nama, alamat, jenis kejadian, jumlah serta kondisi korban.
"Sambil menunggu bantuan datang pastikan saluran napas terbebas dengan baik, kalau tidak ditemukan denyut nadi segera beri pijat jantung yang baik dengan minimal interupsi," papar Wahyu.
Pijat jantung atau resusitasi jantung paru (RJP) dapat memberikan aliran darah dan suplai oksigen menuju otak serta otot jantung.
Dikutip dari Kementerian Kesehatan, berikut cara melakukan RJP yang baik dan efektif:
- Sebelum melakukan RJP, pasien harus diletakkan di tempat yang permukaannya rata.
- Penolong berlutut di samping dengan posisi satu tumit tangan berada di bagian bawah tulang dada pasien dan tumit tangan lainnya di atas tangan yang pertama.
- Penolong memberikan kompresi dada dengan kedalaman kurang lebih dua inci
- Penolong memberikan kompresi dada dengan frekuensi 100-120 kali per menit
- Berikan waktu bagi dada pasien untuk mengembang kembali agar aliran darah ke berbagai organ tidak berkurang
- Apabila penolong kelelahan dapat bergantian dengan penolong lainnya setiap dua menit sekali agar tidak mengganggu frekuensi saat melakukan RJP.
- Selama melakukan RJP, interupsi seperti memeriksa nadi pasien harus diminimalkan.
Baca juga: Pilihan Ikan untuk Menurunkan Kolesterol Tinggi, Bantu Cegah Serangan Jantung
Penyebab serangan jantung mendadak saat olahraga
Wahyu membenarkan bahwa serangan jantung dapat muncul secara mendadak saat olahraga.
Gejalanya antara lain muncul rasa tidak nyaman di dada, seperti dada terasa berat, nyeri, hingga sesak.
Serangan jantung mendadak ini sangat berisiko dan bisa menyerang orang yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung.
"Oleh karena itu perlu skrining kesehatan, karena seringnya muncul tanpa diawali gejala yang khas," kata Wahyu.
Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor. Dikutip dari Continental Hospital, berikut faktor penyebabnya:
1. Penyakit arteri koroner
Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah (arteri) yang mengalirkan darah ke otot jantung menyempit atau tersumbat akibat penumpukan plak (aterosklerosis).
Selama olahraga, jantung membutuhkan lebih banyak aliran darah dan oksigen. Arteri yang menyempit akan membentuk gumpalan darah yang menyebabkan serangan jantung.
2. Pecahnya plak
Terkadang penumpukan plak dalam arteri dapat pecah hingga menyebabkan terbentuknya gumpalan darah. Ketika gumpalan menyumbat arteri yang sedang mengalirkan darah ke jantung, maka dapat menyebabkan serangan jantung mendadak.
3. Stres pada jantung
Seseorang yang tidak terbiasa berolahraga lalu melakukan aktivitas fisik secara intens dapat memicu stress pada jantung. Stess akan meningkatkan kebutuhan oksigen dan aliran darah ke jantung. Jika suplai darah terganggu, hal ini dapat memicu serangan jantung.
4. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Hipertensi yang tidak terkontrol lambat laun dapat merusak arteri, sehingga lebih rentan terhadap penumpukan plak. Selama berolahraga, hipertensi ditambah kondisi arteri yang menyempit akan meningkatkan risiko serangan jantung.
5. Aritmia
Aktivitas fisik bisa membuat irama jantung menjadi tidak normal. Detak jantung yang tidak teratur ini akan mengganggu kerja jantung memompa darah, sehingga menyebabkan serangan jantung mendadak.
Baca juga: Belajar dari Faisal Basri, Berapa Lama Orang Bertahan dari Serangan Jantung?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.