Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Bus Sekolah Terbakar di Thailand, Tragedi Paiton 2003 Kembali Ramai di Medsos

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi kecelakaan bus. Tragedi Paiton 2003.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Usai insiden bus sekolah terbakar di Thailand yang menewaskan 23 orang siswa dan guru pada Selasa (1/10/2024), Tragedi Paiton 2003 kembali ramai diperbincangkan.

Tragedi Paiton 2003 ramai dibicarakan di media sosial, salah satunya oleh akun X (sebelumnya Twitter) @martabakaismi*** pada Kamis (3/10/2024).

Bus yang membawa rombongan siswa dan guru SMK Yapemda 1 Sleman itu terlibat kecelakaan di dekat PLTU Paiton, Banyuglugur, Situbondo, Jawa Timur pada 8 Oktober 2003 malam hingga kemudian terbakar.

“Sebanyak 54 orang yang terdiri dari 51 siswa siswi SMK Yapemda, 2 guru dan satu pemandu wisata tewas karena tidak bisa menyelamatkan diri dari bus yang terbakar,” tulis pengunggah.

Hingga Jumat (4/10/2024), unggahan tersebut sudah dilihat lebih dari 2,5 juta kali dan disukai 22.000 kali.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, bagaimana kronologi Tragedi Paiton 2003?

Baca juga: Kronologi Kapolres Boyolali Kecelakaan di Tol Batang, Sopir dan Ajudan Meninggal di TKP

Kronologi Tragedi Paiton 2003

Tragedi diawali ketika rombongan SMK 1 Yapemda Sleman melakukan perjalanan pulang dari Bali usai study tour atau darmawisata menggunakan bus AO Transport.

Dikutip dari Kompas.com (2/7/2022), rombongan SMK 1 Yapemda Sleman tersebut menggunakan tiga bus AO Transport, salah satu bus yang terlibat kecelakaan adalah bus nomor 2.

Ironisnya, dua bus lainnya tak menyadari jika bus nomor 2 mengalami kecelakaan. Rombongan di dua bus tersebut baru tahu kabar kecelakaan itu terjadi ketika mereka sudah berada di Sleman, DI Yogyakarta.

Kala itu, bus nomor 2 dari rombongan itu melewati tanjakan dan tikungan Jalan Raya Surabaya-Banyuwangi, tepatnya dekat PLTU Paiton pada Rabu (8/10/2003) sekitar pukul 20.00 WIB.

Namun, tiba-tiba sebuah truk kontainer memotong jalur dan menabrak bagian depan bus. Kondisi diperparah ketika sebuah truk tronton menabrak bus pariwisata itu dari arah belakang.

Bus yang ditumpangi rombongan siswa dan guru SMK Yapemda itu pun terjepit dua truk hingga akhirnya terbakar.

Kebakaran dipicu dari kebocoran tangki bahan bakar truk kontainer yang mengenai sekering bus.

Percikan api kemudian muncul di bagian depan bus yang ditabrak. Hal tersebut membuat para penumpang panik dan berlarian ke bagian belakang bus.

Para penumpang berusaha menyelamatkan diri dengan mencoba keluar dari pintu belakang bus tersebut.

Namun, pintu belakang bus tak dapat dibuka karena tertabrak truk tronton. Para penumpang pun terjebak, ditambah dengan tidak adanya alat pemecah kaca.

Disebutkan bahwa kebakaran bus begitu cepat terjadi. Hal itu dikarenakan adanya barang-barang mudah terbakar, seperti tas dan karpet yang ditaruh di kursi bus.

Saat bus itu terbakar, warga di sekitar lokasi melihat adanya kobaran api dan letupan-letupan kecil.

Kemudian petugas pemadam kebakaran setempat segera datang ke lokasi untuk membantu memadamkan api.

Baca juga: Penjelasan KAI soal Kereta Api Fajar Utama Tabrak 4 Orang di Karawang

Jumlah korban tewas dalam Tragedi Paiton 2003

Setelah api padam, petugas menemukan banyaknya korban meninggal di bagian belakang bus, tepatnya di dekat pintu.

Dilansir dari Kompas.com (2/6/2023), korban meninggal dalam Tragedi Paiton 2003 itu tercatat sebanyak 57 orang, terdiri dari 54 siswa, dua guru, dan satu pemandu wisata.

Sementara itu sopir bus, Arwan, berhasil selamat setelah melompat dari bus. Kernet bus, Budi Santoso, juga selamat dengan memecah kaca pintu depan meski mengalami luka bakar.

Saat tragedi, bus dikemudikan oleh kernet yang juga bertugas sebagai sopir cadangan dalam perjalanan tersebut.

Sopir dan kernet sempat dikabarkan melarikan diri, tetapi hal itu kemudian dibantah oleh perusahaan otobus.

Perusahaan otobus menyebut, sopir dan kernet justru berusaha membantu mengeluarkan penumpang dari dalam bus.

Banyaknya jumlah korban yang meninggal memaksa pihak RSUD Situbondo untuk mengawetkan jenazah menggunakan balok es.

Saat itu, puluhan jenazah ditempatkan di lorong rumah sakit karena kapasitas kamar mayat tak mencukupi.

Iring-iringan 54 ambulans yang membawa jenazah korban dari Situbondo pulang kembali ke Sleman, menjadi potret yang tak pernah dilupakan masyarakat.

Baca juga: Ramai soal Mengekor di Belakang Bus Bikin Bensin Lebih Hemat, Benarkah?

(Sumber: Kompas.com/Tri Indriawati, Diva Lufiana Putri | Editor: Rizal Setyo Nugroho)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi