KOMPAS.com - Terusan Panama termasuk jalur transportasi laut paling ramai dan berpengaruh bagi perdagangan dunia.
Diberitakan Forbes, Senin (7/10/2024), sekitar 32 kapal melewati Terusan Panama setiap hari. Mereka harus membayar miliaran untuk melewati kanal yang menghubungkan Samudra Atlantik dan Samudra Pasifik ini.
Biaya perjalanan kapal melalui Terusan Panama bahkan menyumbang sekitar lima sampai sepuluh persen pendapatan produk domestik bruto di Panama.
Namun belakangan, Terusan Panama mengalami kekeringan yang membahayakan kelancaran perjalanan kapal yang berkontribusi terhadap lima persen perdagangan global.
Baca juga: Kapal Harus Mendaki Anak Tangga Khusus Saat Lewati Terusan Panama, Begini Cara Kerjanya
Penyebab Terusan Panama kekeringan
Terusan Panama beroperasi tergantung pada air tawar dari curah hujan dan hutan hujan sekitarnya yang menyimpan air dalam tanah.
Air itu dipakai untuk memenuhi pintu-pintu air yang digunakan menyeberangkan kapal. Untuk melakukannya, rata-rata diperlukan 40-60 juta galon air tawar.
Sayangnya, perubahan iklim mengancam pasokan air dan menyebabkan pola cuaca lebih ekstrem. Ini termasuk kekeringan berkepanjangan yang menyebabkan banyak air menguap.
Curah hujan yang lebih sedikit mengakibatkan pasokan air berkurang, sehingga membuat operator kanal membatasi jumlah kapal yang lewat atau jumlah kargo yang dapat dibawa dalam kapal.
"Frekuensi kekeringan meningkat di bagian dunia ini, yang menyebabkan ketidakpastian air dan kemungkinan berkurangnya transit," ujar ilmuwan Smithsonian Tropical Research Institute, Jeff Hall.
Laporan dari World Weather Attribution (1/5/2024) menunjukkan, curah hujan di Panama berkurang sejak 2023 akibat pengaruh fenomena El Nino Southern Oscillation (ENSO).
ENSO adalah fenomena alam yang terjadi berkala dan tidak teratur yang melibatkan interaksi antara lapisan permukaan laut dan atmosfer di Samudra Pasifik.
Fenomena itu menyebabkan ada suatu periode waktu saat Terusan Panama akan mengalami musim hujan terlambat dan curah hujan lebih kecil.
Di sisi lain, terusan itu tidak bisa memakai air asin yang berasal dari samudra di sekitarnya. Sebab, airnya juga dipakai untuk menyediakan minum bagi 55 persen penduduk Panama.
Baca juga: Kapal Harus Bayar Miliaran Rupiah Sekali Lewat, Apa Keistimewaan Terusan Panama?
Dampak Terusan Panama kekeringan
Jika biasanya ada 36-32 perjalanan kapal setiap hari, maka Otoritas Terusan Panama membatasinya menjadi hanya 24 kapal yang boleh lewat.
Diberitakan BBC (6/3/2024), sekitar 5 persen perdagangan maritim global dan 40 persen lalu lintas peti kemas melewati terusan itu. Pembatasan ini sudah pasti akan berdampak bagi perdagangan global.
Jika kekurangan air terus terjadi, Otoritas Terusan Panama juga harus membangun waduk atau pabrik desalinasi baru. Ini akan menyebabkan biaya tol lebih tinggi bagi perusahaan pelayaran.
Namun jika rute tersebut tidak ada, para perusahaan pelayaran terpaksa mencari jalur lain. Itu akan menambah waktu perjalanan dan meningkatkan biaya perjalanan mereka.
Di sisi lain, kekeringan juga memengaruhi hutan hujan yang menyediakan air bagi Terusan Panama. Pepohonan bisa perlahan kekurangan air dan mati.
Padahal, hutan telah membantu menjaga integritas daerah aliran sungai dengan mencegah bencana ekologi seperti banjir dan menyediakan air untuk kanal selama musim kemarau.
Jika pepohonan mati, musim kemarau juga jadi lebih panjang. Hutan hujan tropis menyerap lebih CO2 dari atmosfer. Tanpa pohon, CO2 kembali dilepaskan ke atmosfer. Akibatnya, Bumi akan dilanda panas ekstrem.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, Otoritas Terusan Panama berusaha membangun lebih banyak waduk, proyek desalinasi baru, atau pengalihan air dari sungai-sungai di dekatnya.
Mereka juga berusaha menghemat lebih banyak air dan meningkatkan pasokan di musim kemarau dengan membendung Sungai Indio dan menyalurkan air tawar ke Danau Gatún, waduk utama terusan.
Otoritas Terusan Panama juga mempertimbangkan menebarkan benih awan dengan harapan menimbulkan banyak hujan di wilayah tersebut.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.