KOMPAS.com - Relawan Wali Asuh Mangrove Kompas.com menanam 5.000 mangrove untuk mengurangi emisi karbon akibat aktivitas manusia.
Penanaman mangrove itu dilakukan di Pulau Burung, kawasan pesisir Desa Mayangan, Pamanukan, Kabupaten Subang, Jawa Barat pada Kamis (10/10/2024) mulai pukul 11.00 WIB.
Kompas.com mengidentifikasi bahwa perkembangan dan eksplorasi digitalnya tak hanya membawa dampak positif bagi peradaban, tapi juga risiko-risiko negatif bagi lingkungan, salah satunya emisi karbon.
Proses penanaman mangrove diharapkan dapat bisa melestarikan cagar blue carbon yang ada di kawasan pesisir Indonesia.
Lalu, apa itu blue carbon?
Baca juga: Kurangi Jejak Karbon, Kompas.com Tanam 5.000 Mangrove di Pulau Burung Subang
Apa itu blue carbon?
Menurut Didi Kaspi, Editor in Chief National Geographic Indonesia, blue carbon adalah karbon yang bisa diserap oleh ekosistem pesisir.
"Ekosistem blue carbon sendiri adalah mangrove, padang lamun, dan koral. Ekosistem ini punya kemampuan menyerap karbon dioksida atau CO2 dan menyimpannya di bawah air dan pasir," ujarnya kepada Kompas.com.
Dalam aktivitasnya sehari-hari, manusia mengeluarkan sampah berupa karbon dioksida. Emisi karbon ini akan mengubah iklim dunia dengan cara-cara yang negatif dan membahayakan Bumi.
Nah, sistem pesisir yang sehat akan menyerap karbon tersebut dan terus melakukannya selama jutaan tahun.
Lantas ke mana karbon yang diserap oleh ekosistem pesisir?
Dilansir dari laman National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), sebagian besar karbon yang diserap oleh ekosistem ini disimpan di bawah tanah di mana kita tidak dapat melihatnya, dan masih akan ada di sana hingga waktu yang lama, bahkan bisa mencapai ribuan tahun.
Saat cagar blue carbon rusak, maka sejumlah besar karbon akan dilepaskan kembali ke atmosfer, dan karbon tersebut dapat berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Baca juga: Mengulik Manfaat Mangrove: Menahan Abrasi, Serap Jejak Karbon, dan Melindungi Spesies Rentan
Kemampuan ekosistem pesisir dibanding hutan tropis
Hutan tropis juga bisa menyerap karbon. Namun sayang, kawasan hutan tropis sendiri sangat terbatas.
"Ditambah jumlah manusia yang semakin banyak, yang otomatis akan membuat kawasan hutan juga makin berkurang. Jadi offsetting karbon menggunakan hutan saja tidak akan cukup," ujarnya.
Karena hal inilah, pemberdayaan dan pemeliharaan kawasan pesisir harus terus ditingkatkan.
Selain itu, pelestarian ekosistem blue carbon juga penting dilakukan karena dibanding hutan tropis, kawasan pesisir justru memiliki kekuatan lebih besar dalam menyerap karbon.
Menurut Didi Kaspi, ekosistem pesisir memiliki kemampuan menyerap karbon tiga hingga lima kali lebih banyak daripada hutan tropis.
Kemampuan besar dalam menyerap karbon ini akan terbentuk saat mangrove sudah dewasa, memasuki usia 20 tahun.
Baca juga: Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove
Manfaat merawat kawasan blue carbon
Ekosistem mangrove sendiri adalah ekosistem yang lengkap. Ketika hutan mangrove tumbuh sehat, maka ekosistem di dalamnya seperti kepiting, ikan, dan burung-burung, juga akan tumbuh sehat.
"Dan semuanya itu memiliki fungsi sendiri-sendiri, dari menahan abrasi hingga menyimpan karbon. Jadi dunia yang kecil ini harus sehat dahulu. Kalau tidak sehat, maka kawasan itu tak bisa menyimpan karbon dan menahan abrasi," ujar Didi Kaspi.
Saat mangrove mati karena ulah manusia, maka koral juga bisa mati. Saat koral mati, maka ekosistem pantai lainnya seperti ikan juga akan berkurang.
Imbasnya, nelayan akan kesulitan dalam mencari ikan. Hal ini akan sangat memengaruhi perekonomian.
"Indonesia memiliki garis pantai sangat panjang. Jika kita punya keberpihakkan dan komitmen dalam merawat pesisir, kita bisa menjadi negara dengan kemampuan simpan CO2 terbesar di Bumi ini," ujarnya.
Mengingat pentingnya peran blue carbon, maka pelestarian kawasan pesisir harus terus digalakkan, salah satunya seperti yang dilakukan oleh Kompas.com ini, yaitu menggelar program Wali Asuh Mangrove di kawasan pesisir Subang.
"Istilahnya, kita membayar apa yang sudah kita lakukan. Mengurangi jejak karbon akibat aktivitas kita sehari-hari dengan melestarikan hutan mangrove," pungkas Didi Kaspi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.