KOMPAS.com - Di dalam satu keluarga inti, umumnya akan ada ayah, ibu, dan beberapa anak-anaknya.
Anak pertama disebut anak sulung, anak kedua disebut anak tengah, dan anak terakhir disebut anak bungsu.
Di masyarakat, anak tengah biasanya mendapatkan stigma negatif, yaitu sering bermasalah dengan orang lain.
Bahkan, anak tengah yang bermasalah disebut mengalami sindrom anak tengah atau middle child syndrome.
Lantas, apa itu middle child syndrome?
Baca juga: 11 Fakta Anak Tengah Menurut Sains, Jarang Selingkuh tapi Berpotensi Punah
Penjelasan psikolog
Psikolog klinis di Personal Growth, Stefany Velentia mengatakan, middle child syndrome merupakan fenomena anak tengah yang merujuk pada kepribadian tertentu.
Meskipun memiliki nama “syndrome,” namun middle child syndrome tidak merujuk pada masalah kesehatan mental yang terjadi pada anak.
Stefany mengungkapkan, istilah middle child syndrome berkaitan dengan teori urutan kelahiran yang digagas oleh Alfred Adler.
“Dalam teori tersebut bilang kalau setiap anak itu punya karakteristik berdasarkan urutan lahir. Nah kalau anak tengah identik dengan stereotip sebagai anak yang terlupakan atau tidak dianggap,” jelas Stefany kepada Kompas.com, Rabu (16/10/2024).
Hal tersebut terjadi karena orangtua umumnya cenderung memberikan perhatian kepada anak pertama. Lalu anak tengah baru mendapatkannya sebentar, dan harus diberikan ke anak bungsu.
Dalam artian lain, middle child syndrome dianggap sebagai gambaran bahwa ada kemungkinan beberapa anak tengah merasakan kurang kasih sayang dari orangtuanya.
Meskipun demikian, tidak semua anak tengah mengalami middle child syndrome karena setiap anak mempunyai pengalaman yang berbeda-beda.
Baca juga: Bebingah Sang Tansahayu, Nama dari Jawa Kuno untuk Anak Pertama Kaesang Pangarep
Karakteristik anak tengah
Umumnya, anak kedua mempunyai sifat berbeda, baik dari kakaknya (anak sulung) maupun adiknya (anak bungsu).
Anak tengah cenderung lebih mandiri karena terbiasa memecahkan masalah (solving the problem) sendiri.
Selain itu, mereka yang menjadi anak tengah punya ambisi atau memiliki keinginan untuk menyaingi kakaknya.
“Karena posisi tengah itu kan posisi kedua ya, jadi bukan yang pertama dapat perhatian dan tidak yang terakhir juga. Jadi tetap ada sifat kompetitifnya seperti anak pertama,” ungkapnya.
Anak tengah juga punya kecenderungan untuk dekat dengan orangtuanya karena sebelumnya merasa kurang diperhatikan oleh orangtua.
Meskipun demikian, anak tengah yang mengalami middle child syndrome bisa merasa “kurang” karena tidak superior seperti kakaknya, pun tidak mendapatkan perhatian yang cukup seperti adiknya.
Apabila hal ini terjadi maka akan berpengaruh pada kepercayaan diri yang kurang baik dan merasa minder atau pun iri.
“Tapi anak tengah ada sisi positifnya, seperti jadi lebih mandiri, lebih banyak bereksplorasi, dan lebih fleksibel,” jelas Stefany.
Baca juga: Profil Veronica Tan, Calon Menteri yang Diminta Prabowo Bantu Kesejahteraan Ibu dan Anak
Perlukah ke psikolog?
Apabila middle child syndrome menjadikan anak lebih nakal atau bandel, maka orangtuanya perlu melakukan refleksi.
Orangtua juga harus melakukan beberapa perubahan, seperti lebih memperhatikan anak tengah, menghabiskan waktu dengan anak, melibatkan mereka, dan membagi waktu semerata mungkin antara satu dengan lainnya.
Namun apabila orangtua merasa kurang paham dan ingin berkonsultasi, Stefany menyarankan untuk melakukan diskusi dengan psikolog klinis.
“Nantinya psikolog dapat mencari tahu akar permasalahannya di mana. Begitu juga dengan yang sudah remaja maupun dewasa,” katanya.
Tidak hanya mencari permasalahannya, psikolog juga akan membantu untuk cara mengatasinya, baik yang dilakukan oleh orangtua maupun anak.
Stefany mengingatkan, opsi ke psikolog merupakan pilihan dan tidak wajib karena middle child syndrome bukanlah masalah atau penyakit mental.
Baca juga: Bayi 19 Bulan di Malaysia Kena Kanker Ovarium, Seberapa Umum Penyakit Ini pada Anak?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.