Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Mitos Seputar Penyebab Paru-paru Basah, Apa Saja?

Baca di App
Lihat Foto
Paru-paru basah adalah salah satu jenis penyakit paru-paru yang dikenal juga sebagai pneumonia. Berbagai mitos tentang paru-paru basah.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Mitos seputar kesehatan sering kali beredar luas di masyarakat, salah satunya seputar paru-paru basah.

Mitos seputar paru-paru basah ini sering kali dikaitkan dengan berbagai aktivitas sehari-hari. Padahal, tak ada bukti ilmiah kuat untuk mendukung klaim-klaim tersebut.

Dokter Spesialis Paru RSUD Dr Moewardi Surakarta, Jawa Tengah, Harsini mengatakan, mitos ini beredar dikarenakan ada hubungannya dengan paru-paru yang menjadi “basah”.

Ia menambahkan, paru-paru basah atau dikenal sebagai pneumonia adalah kondisi ketika terjadi peradangan pada organ tersebut.

“Terjadi penumpukan di bungkusnya (lapisan) paru, bungkusnya ada lapis. Antara lapisan bisa terisi cairan, sehingga orang awam sebutnya paru-paru basah,” kata Harsini kepada Kompas.com, Kamis (24/10/2024).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: 5 Makanan yang Perlu Dihindari Saat Sakit Tenggorokan, Apa Saja?

6 mitos soal paru-paru basah

Menurutnya, ada beberapa mitos yang beredar di masyarakat hingga saat ini seputra paru-paru basah:

1. Mandi malam jadi penyebab paru-paru basah

Mitos pertama adalah mandi malam dapat menyebabkan paru-paru basah. Padahal, peradangan pada paru-paru basah dikarenakan adanya infeksi virus, bakteri, parasit, dan jamur.

"Tidak benar, mandi malam tidak berpengaruh dengan adanya paru-paru basah. Mandi pada malam hari dapat menyebabkan paru-paru basah hanyalah mitos belaka," jelas dia.

2. Tidur di depan kipas angin sebabkan paru-paru basah

Tidur di depan kipas angin juga merupakan mitos lain penyebab paru-paru basah.

"Terkena kipas angin bukan termasuk penyebab penyakit paru-paru basah," ucap Harsini.

Ia menjelaskan, tidur di depan kipas angin dapat membahayakan apabila terdapat debu yang terbang masuk ke dalam saluran pernapasan.

Baca juga: Studi Ungkap Polusi Udara Bikin Otak Lemot, Kok Bisa?

3. Tidur di atas lantai sebabkan paru-paru basah

Mitor lain yang berkembang adalah tidur di atas lantai bisa menyebabkan paru-paru basah.

“Penyakit paru-paru basah juga terjadi bukan karena tidur di lantai,” ujarnya.

Menurutnya, di atas lantai dapat membahayakan paru-paru jika alas tidur penuh dengan debu, sehingga dapat menginfeksi saluran pernapasan.

4. Paru-paru basah hanya terjadi pada cuaca dingin

Paru-paru basah ini diketahui dapat terjadi setiap saat, tak hanya ketika cuaca dingin atau musim penghujan.

Pasalnya, bakteri, virus, atau mikroorganisme lainnya bisa hidup di berbagai cuaca. Karena itu, seseorang bisa menderita paru-paru basah bahkan saat cuaca panas.

Baca juga: Apakah Gangguan Asam Lambung Bisa Memicu Sesak Napas?

5. Paru-paru basah hanya diderita padausia tertentu

Terpisah, dokter spesialis paru Rumah Sakit PELNI, Erlang Samoedro membantah bahwa penyakit paru-paru basah hanya diderita pada orang usia tertentu.

“Paru-paru bisa diderita oleh semua dari berbagai usia, tidak hanya orang tua,” kata Erlang saat dihubungi terpiasah, Kamis.

Oleh karena itu, setiap orang perlu menjaga pola hidup agar tidak menderita paru-paru basah.

6. Paru-paru basah tidak menular

Lebih lanjut, Erlang mengungkapkan bahwa penyakit paru-paru basah dapat menular ke orang lain.

Hal tersebut dikarenakan paru-paru basah muncul akibat infeksi berbagai jenis mikroorganisme, salah satunya Mycobacterium tuberculosis.

“Kalau penyebabnya infeksi Mycobacterium tuberculosis yang biasa sebabkan tuberkulosis, pneumonia bisa menular ke orang lain melalui droplet dari bersin atau batuk,” jelasnya.

Baca juga: 7 Pertolongan Pertama untuk Meringankan Sesak Napas

Gejala paru-paru basah

Dikutip dari Verywell Health, berikut sejumlah gejala paru-paru basah:

  • Masalah pernapasan, berupa sesak napas yang parah, napas cepat dan dangkal, atau nyeri saat bernapas
  • Denyut jantung cepat, kesulitan bernapas dapat membuat jantung bekerja lebih keras
  • Batuk, berupa batuk kering, batuk berdahak, atau batuk yang menghasilkan dahak
  • Bunyi napas yang tidak normal, dapat didengar ketika paru-paru diperiksa dengan stetoskop
  • Kelelahan, kadar oksigen yang lebih rendah dalam darah dapat menyebabkan kelemahan otot dan kelelahan yang ekstrem
  • Sianosis, kondisi di mana bibir dan kuku menjadi kebiruan yang terjadi karena penurunan kadar oksigen dalam darah.

Baca juga: Dapat Ditularkan Melalui Gigitan Nyamuk, Apa Itu Virus Japanese Encephalitis?

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi