KOMPAS.com - Ilmuwan Inggris akan menguji coba mesin artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang dirancang untuk mendeteksi potensi gangguan kesehatan fatal via hasil elektrokardiogram (EKG).
Diberitakan The Guardian, Rabu (23/10/2024), mesin AI pendeteksi penyakit ini dikenal sebagai AI-ECG Risk Estimation (AIRE).
AIRE dilatih untuk membaca hasil EKG yang merekam aktivitas listrik jantung dan memeriksa gangguan kesehatan pada manusia.
Mesin ini dipercaya dapat mendeteksi masalah pada struktur jantung yang tidak dapat dilihat dan dilewatkan oleh dokter, dan menandai pasien yang mungkin memerlukan pemantauan, tes, atau perawatan lebih lanjut.
Mesin AI tersebut akan diuji coba oleh Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) untuk memastikan keakuratannya dalam memprediksi risiko penyakit dan kematian dini.
Baca juga: AI Dipercaya Bisa Bantu Seismolog Temukan Gempa Bumi Dahsyat
Mesin AI pendeteksi risiko kematian
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Lancet Digital Health menemukan, AIRE bisa mengidentifikasi risiko kematian secara akurat terhadap orang yang pernah menjalani pemindaian jantung EKG selama sepuluh tahun terakhir.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Imperial College London melatih AIRE menggunakan kumpulan hasil tes EKG sebanyak 1,16 juta data dari 189.539 pasien.
EKG biasanya dilakukan kepada orang-orang untuk mendiagnosis serangan jantung dan kelainan lainnya. Uji medis ini merekam sinyal listrik di dalam dan di antara bilik jantung.
Sebagai mesin kecerdasan buatan, AIRE dilatih mengidentifikasi pola-pola khusus yang dapat menunjukkan seseorang berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan atau bahkan risiko kematian.
Dikutip dari Euronews, Kamis (24/10/2024), hasil pelatihan tersebut menyebut AIRE mampu memperkirakan kemungkinan kematian pada pasien yang menjalani EKG. Hasil deteksi dengan AIRE benar mencapai 78 persen.
Platform tersebut juga dapat memprediksi gagal jantung di masa mendatang pada 79 persen kasus, masalah irama jantung serius di masa mendatang pada 76 persen kasus, dan penyakit kardiovaskular aterosklerotik di masa mendatang (terjadi ketika arteri menyempit sehingga aliran darah menjadi sulit) pada 70 persen kasus.
"Kami yakin ini bisa memberikan manfaat besar bagi NHS, dan juga secara global," kata Dr. Fu Siong Ng, peneliti elektrofisiologi jantung di Imperial College London yang terlibat proyek itu.
Atas penemuan itu, NHS akan melakukan uji coba penggunaan mesin AI tersebut ke pasien sungguhan. Uji coba itu rencananya dilakukan di London pada pertengahan 2025.
NHS akan menerapkannya kepada ratusan pasien dari Imperial College Healthcare NHS Trust dan Chelsea and Westminster Hospital NHS Foundation Trust.
Baca juga: Dapatkan Kecerdasan Buatan Mengalahkan Manusia?
Beri alarm kematian dini
Meski begitu, Kepala Bidang Ilmiah dan Medis di British Heart Foundation, Bryan Williams menyebut keberadaan AIRE bermanfaat sebagai pendeteksi dini risiko kematian.
"Hal ini dapat membawa penggunaan EKG melampaui apa yang sebelumnya memungkinkan, dengan membantu menilai risiko masalah jantung dan kesehatan di masa mendatang, serta risiko kematian," kata pria yang mendanai penelitian tersebut.
Para peneliti tak memungkiri prediksi AI bisa salah akibat ada faktor lain. Misalnya, apakah pasien mendapat perawatan tambahan atau meninggal secara tiba-tiba.
Namun, peneliti meyakini keberadaan mesin AI itu tetap dapat menangkap perubahan struktur jantung. Ini mampu menjadi tanda peringatan penyakit atau kematian yang mungkin dilewatkan dokter.
Dokter Imperial College London Arunashis Sau yang memimpin penelitian AIRE menyebut, para dokter terbiasa menggunakan pengalaman dan memanfaatkan EKG untuk mendiagnosis penyakit pasien.
“Namun, model AI mendeteksi detail yang jauh lebih halus, sehingga dapat 'menemukan' masalah pada EKG yang tampak normal bagi kita dan berpotensi terjadi jauh sebelum penyakit berkembang sepenuhnya,” tutur Sau.
“Jika, misalnya, dikatakan Anda berisiko tinggi mengalami masalah irama jantung tertentu, Anda dapat lebih agresif dalam pengobatan pencegahan untuk mencegahnya terjadi. Ada beberapa yang terkait dengan berat badan, jadi Anda dapat memasukkannya ke dalam program penurunan berat badan. Anda bahkan dapat mempertimbangkan perawatan medis lebih awal untuk mencegah hal-hal memburuk,” tambah Dr. Fu Siong Ng.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.