Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Antre Labubu dan Tiket Konser Ludes di Tengah Lesunya Ekonomi, Benarkah "Lipstick Effect"?

Baca di App
Lihat Foto
X/kegblgnunfa****
Pertanyaan warganet soal fenomena tingginya daya beli kebutuhan tersier di tengah ekonomi yang lesu
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Media sosial diramaikan dengan fenomena tingginya daya beli kebutuhan tersier masyarakat di tengah ekonomi negara yang lesu.

Pertanyaan ini diutarakan lewat akun X (Twitter) @kegblgnunfa****, Jumat (25/10/2024).

Dikatakan, saat ini Indonesia tengah dilanda badai PHK dan sejumlah harga barang naik, tetapi tiket konser musik selalu ludes terjual dan antrean pembelian boneka labubu yang tak bisa dibilang murah mengular.

"Fenomena apa ini, jualan susah, harga barang pada naik, PHK di mana-mana. Tapi tiket konser habis, boneka labubu antri, Iphone 16 open PO," tulis pengunggah.

Hingga Sabtu (26/10/2024), unggahan tersebut telah dilihat 2,8 juta kali, disukai oleh 52.000 pengguna, dan menuai lebih dari 700 komentar.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjawab pertanyaan itu, ada salah satu komentar warganet yang menyebut fenomena tersebut sebagai lipstick effect atau efek lipstik.

Lantas, apa itu lipstick effect?

Baca juga: Gelombang PHK Massal, Sinyal Lampu Kuning Manufaktur Indonesia


Fenomena lipstick effect

Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin membenarkan bahwa fenomena ini disebut lipstick effect.

Lipstick effect terjadi ketika ekonomi sulit dan keuangan terbatas, tetapi masyarakat cenderung membeli barang mewah yang murah, bukan barang mewah yang mahal.

"Misalnya, tidak mampu membeli mobil mewah, mereka membeli handphone terbaik atau sepatu mahal. Mungkin mengonsumsi barang mewah membuat masyarakat merasa bahagia," ujar Wijayanto, kepada Kompas.com, Sabtu.

Dalam konteks konser musik, menurutnya ada peran dari media sosial yang ikut memengaruhi. Media sosial menjadi jembatan yang membuat penggemar merasa dekat dengan idolanya.

Hal itu berpotensi melahirkan penggemar yang fanatik yang selalu mengikuti kemana pun sang artis tampil.

Senada dengan Wiyajanto, Directur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan, lipstick effect adalah fenomena naiknya permintaan barang non kebutuhan pokok di saat menjelang resesi ekonomi.

Istilah ini mulai muncul ketika resesi ekonomi pada 2008 hingga 2020, di mana dunia dilanda pandemi Covid-19.

Pada saat itu, lonjakan produk kecantikan dan perawatan tubuh atau skincare mengalami anomali.

Lapangan kerja makin sulit, harga barang naik dan pajak makin tinggi memicu masyarakat menghibur diri dengan membeli barang dan jasa tersier secara eksesif.

"Jadi kalau ada konser sampai ramai bahkan rela keluar negeri saat indikator ekonomi memburuk, itu tanda sebentar lagi akan ada krisis ekonomi," papar Bhima, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu.

Baca juga: Ironi Streisand Effect, Saat Ingin Menutupi Sesuatu Malah Jadi Viral

Penyebab psikologis lipstick effect

Peneliti perilaku konsumen dari New York Institute of Technology, Colleen Krik mengungkapkan faktor terjadinya lipstick effect dari kacamata psikologi.

Dia menjelaskan, ketika sumber daya terbatas, konsumen akan melakukan dua cara untuk mengatasinya secara psikologis.

Pertama, mengurangi kelangkaan dengan mendapatkan lebih banyak uang. Cara kedua, adalah dengan berupaya mendapatkan kendali, sebab sejatinya manusia memiliki keinginan untuk mengendalikan hidup.

"Ketika kendali kita diambil dari satu domain, kita mencoba mengalihkannya ke domain lain. Salah satu caranya adalah dengan mengendalikan barang yang kita beli," ujar Krik, dikutip dari Verywell Mind (4/9/2024).

Misalnya, pada saat pandemi di Amerika Serikat ada tren membeli sandal jepit bergambar ikan.

Dengan memiliki sandal jepit ikan, membuat orang memperoleh kendali dalam hidup mereka ketika di sisi lain ada bagian dari kendali yang diambil karena faktor eksternal.

Baca juga: Mengenal Mandela Effect, Kepercayaan terhadap Sesuatu yang Tidak Pernah Terjadi

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi