Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Air Laut Surut Pasti Pertanda Tsunami? Ini Penjelasan BMKG

Baca di App
Lihat Foto
Instagram/worldfacts****
Fenomena air laut surut
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Sebuah video menampilkan air laut yang surut hingga mengering, viral di media sosial.

Video tersebut diunggah ulang oleh akun Instagram @world****, Kamis (24/10/2024). Dalam rekaman berdurasi 22 detik itu, tampak beberapa anak tengah berdiri di pinggir pantai yang mengering. 

"Kejadian langka, air laut surut sampai tidak ada air yang terlihat dari pinggir pantai," tulis keterangan dalam video.

Tidak sedikit warganet berpendapat, bahwa air laut surut merupakan pertanda akan datang tsunami, sehingga berbahaya berada di dekatnya.

Sementara, warganet lainnya menganggap fenomena tersebut hanyalah pasang surut biasa.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, apakah air laut surut selalu menjadi pertanda tsunami?

Baca juga: Kilas Balik 28 September, 6 Tahun Lalu Tsunami Meluluhlantakkan Palu dan Donggala


Air laut surut bisa jadi tanda tsunami

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono membenarkan, air laut surut bisa menjadi pertanda akan datang tsunami.

Hal ini terjadi ketika gempa kuat di laut memicu gerakan dalam arah vertikal, yakni naik atau turun.

Gerakan vertikal tersebut disebabkan oleh adanya deformasi batuan di dasar samudra, sehingga gelombang laut seakan tertarik mengisi blok yang turun.

Massa air laut lalu menjauhi daratan ke tengah laut, sebelum menerjang daratan.

Baca juga: Warganet Sebut Cuaca Panas Akhir-akhir Ini Dipicu Badai Matahari, Benarkah? Ini Penjelasan BMKG

"Gempa diawali air laut surut umumnya disebabkan oleh gempa bumi mekanisme patahan naik atau turun di dasar laut," ujar Daryono. kepada Kompas.com, Senin (28/10/2024).

Selain dari air yang surut, dia menambahkan, suara gemuruh dari laut juga bisa menjadi pertanda tsunami. 

Suara tersebut seperti deburan menggelegar yang terbentuk dari tumbukan tsunami dengan tebing dasar laut.

"Kemudian muncul pemandangan semacam dinding tembok putih yang bergerak cepat dari tengah laut menuju pantai," lanjut Daryono

Baca juga: Kisah Letusan Krakatau pada 1883 Picu Tsunami 40 Meter di Selat Sunda

Perbedaan air laut surut karena tsunami dan biasa

Namun, surutnya air laut tidak selalu berarti akan terjadi bencana tsunami.

Daryanto menerangkan, laut bisa mengalami pasang naik dan pasang surut akibat pengaruh benda langit.

Perbedaan antara air laut surut pertanda tsunami dengan pasang surut biasa terletak pada pemicunya.

Air laut surut biasa disebabkan oleh efek posisi Bulan terhadap Bumi dan sering terjadi secara periodik. 

Sementara, air laut surut pertanda tsunami diawali oleh gempa kuat yang berpusat di laut, dengan patahan dasar laut terjadi di dekat pantai.

Baca juga: Mega-tsunami Setinggi 200 Meter di Greenland Sebabkan Bumi Bergetar Selama 9 Hari

Sebelumnya, Kepala Pusat Meteorologi Marititim BMKG, Eko Prasetyo mengatakan, perbedaan lain dapat diukur dari kecepatan peristiwanya.

Air laut surut pertanda tsunami terjadi dalam waktu yang sangat cepat.

"Fasenya, waktu terjadinya, tiba-tiba surut, hilang. (Hanya dalam hitungan) detik, enggak berapa menit, tiba-tiba hilang, itu yang perlu dikhawatirkan," papar Eko, dikutip dari Kompas.com (13/7/2021).

Sementara, lama proses air laut surut karena fenomena pasang surut biasa, bisa mencapai 6-12 jam.

Ini bisa terjadi sekali atau dua kali dalam sehari, tergantung karakteristik pasang surut di setiap daerah.

Baca juga: Apa Itu Megathrust yang Bisa Picu Gempa dan Tsunami di Indonesia?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi