KOMPAS.com - Raja dan Ratu Spanyol dilempari lumpur, telur, dan benda-benda lainnya oleh warga pada Minggu (3/11/2024).
Insiden itu terjadi ketika Raja Felipe VI dan Ratu Letizia berkunjung di kota Paiporta, Valencia, Spanyol, salah satu lokasi paling parah terkena banjir di negara tersebut.
Saat mereka menyusuri jalan dengan berjalan kaki, gelombang pengunjuk rasa melempari keduanya dengan berbagai macam benda. Raja Felipe VI dan Ratu Letizia juga dicemooh dan dicaci maki oleh warga yang marah.
Dikutip dari BBC, Senin (4/11/2024). para warga meneriaki keduanya sebagai "pembunuh" dan "malu".
Akibat insiden tersebut pengawal dan polisi yang berada di lokasi kewalahan menghadapi massa.
Mereka sekuat tenaga mempertahankan lingkaran perlindungan di sekeliling raja dan satu, sementara beberapa pengunjuk rasa terus melemparkan lumpur dan benda-benda lainnya.
Hal serupa juga terjadi pada Perdana Menteri Sanchez dan Kepala Pemerintahan daerah Valencia, Carlos Mazon yang turut serta dalam kunjungan itu bersama dengan Raja dan Ratu.
Rekaman yang diverifikasi BBC menunjukkan, mobil yang membawa Sanchez dilempari batu-batu olah massa saat membawa pergi dirinya ke tempat aman.
Lantas, mengapa Raja dan Ratu Spanyol dilempari lumpur, telur, dan benda-benda lainnya?
Baca juga: Spanyol Dilanda Banjir Terbesar dalam Lima Dekade, 95 Warga Tewas
Bentuk kemarahan warga akibat banjir di Spanyol
Dikutip dari CNN, aksi massa melempari Raja Felipe VI dan Ratu Letizia serta Perdana Menteri Sanchez dan kepala pemerintahan daerah Valencia, Carlos Mazon didorong oleh rasa kesal akibat banyaknya korban tewas akibat banjir dahsyat yang menerjang negara itu.
Sebagian besar kemarahan tersebut tampaknya ditujukan kepada Mazon dan Sanchez lantaran tidak sigap berkoordinasi untuk mengatasi bencana tersebut. Peringatan hanya datang melalui teks beberapa jam setelah peringatan banjir dari badan cuaca.
"Kami membantu, tetapi para pemimpin tidak berbuat apa-apa. Orang-orang masih sekarat. Saya tidak tahan lagi dengan semua ini," kata Pau, salah seorang warga.
Sementara itu, wanita lainnya mengatakan bahwa para pemimpin negara itu membiarkan rakyatnya mati.
"Kami kehilangan segalanya: bisnis kami, rumah kami, impian kami," kata dia.
Sementara perempuan lainnya mengeluhkan bahwa mereka tidak memiliki air bersih untuk minum dan kebutuhan sehari-hari.
Dikutip dari AP News, banyak warga yang tidak memiliki air minum selama lima hari setelah banjir melanda. Jaringan internet dan telepon seluler juga masih belum merata.
Sebagian besar orang baru mendapatkan listrik kembali pada Sabtu (2/11/2024). Sementara, toko-toko dan supermarket hancur.
Beberapa blok kota juga sepenuhnya tersumbat oleh tumpukan sampah yang hanyut terbawa banjir. Banyak mobil yang hancur total dan lapisan lumpur di mana-mana.
Banjir bandang di Spanyol dilaporkan telah menewaskan 214 orang. Jumlah tersebut diperkirakan masih akan bertambah.
Bencana itu menjadi banjir terburuk di Spanyol selama beberapa dekade terakhir.
Baca juga: Hampir 100 Orang Jadi Korban, Ini Penyebab Banjir di Spanyol
Respons Raja dan Ratu Spanyol
Pada saat insiden terjadi, Raja Felipe VI bersikap tenang dan menurunkan payung yang dibawanya. Ia bahkan tetap berupaya untuk berbicara dengan penduduk setempat saat bercak-bercak lumpur mulai mendarat di bajunya.
Sementara Ratu Letizia mencoba berbicara dengan warga yang marah dan tampak sangat terguncang.
Gelombang massa akhirnya berhasil diurai oleh pasukan sipil dan perwira berkuda.
Rombongan kerajaan akhirnya dievakuasi untuk melanjutkan perjalanan ke kota lain di Valencia yang juga terdampak banjir. Namun, kunjungan yang rencananya dilakukan ke Chiva itu terpaksa ditunda.
Raja Felipe VI mengaku memahami kemarahan dan perasaan frustrasi para warga. Hal itu disampaikannya melalui sebuah video yang diunggah di akun Instagram keluarga kerajaan.
Dalam video tersebut, Raja dan Ratu tampak berpelukan dengan warga yang putus asa. Seorang pria menangis tersedu-sedu di pelukan Raja dan dalam rekaman lain, Raja terlihat memeluk dua wanita yang menangis.
Raja juga memberikan harapan kepada warga terdampak banjir dengan menyampaikan kepada otoritas regional di pos komando agar segera melaksanakan upaya tanggap darurat.
Dia menginstruksikan bahwa negara akan memenuhi kebutuhan korban terdampak banjir dan menjamin negara akan hadir untuk mereka.
Konfrontasi seperti ini tidak biasa terjadi bagi seorang Raja dan Ratu di Spanyol. Apalagi Raja Felipe VI adalah tokoh yang relatif populer yang berhasil naik takhta setelah ayahnya turun takhta.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.