KOMPAS.com - Fenomena hujan es terjadi di sejumlah wilayah di Sidoarjo, Jawa Timur pada Senin (4/11/2024) siang.
Hujan es disertai dengan angin kencang itu mengakibatkan sejumlah pohon tumbang dan pemadaman listrik di beberapa wilayah karena tiang listrik roboh.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sidoarjo Mustain Baladan melaporkan, ada sekitar 10 titik lokasi yang terdampak pohon tumbang.
Selain itu, salah satu bangunan SDN Cangkringsari, Sukodono, Sidoarjo rusak karena gentengnya hancur akibat diterpa angin kencang dan hujan es.
"Alhamdulillah tidak ada korban, sebab saat kejadian, kondisi kelas sudah kosong, para siswa sudah pulang,” kata Mustain dikutip dari Kompas.id.
Hujan es adalah fenomena cuaca yang langka. Sebab biasanya hanya terjadi pada pergantian musim yang ditandai dengan jatuhnya butiran es serta hujan deras, kilat, dan angin kencang.
Lantas, apa penyebab hujan es di Sidoarjo Jawa Timur itu?
Baca juga: Wilayah di Jawa Barat yang Berpotensi Dilanda Hujan Es hingga 7 Agustus 2024
Penyebab terjadinya hujan es
Ketua Tim Kerja Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Ida Pramuwardani mengatakan, hujan es disebabkan karena kondisi atmosfer yang mendukung pembentukan awan Cumulonimbus.
Awan cumulonimbus adalah jenis awan cumulus yang membawa hujan deras, angin kencang, dan ada kalanya juga es.
Di dalam awan ini, uap air mengalami pendinginan ekstrem dengan suhu di bawah -60 derajat Celsius sehingga membentuk butiran es.
"Hujan es di Indonesia terjadi ketika udara lembap dan panas di permukaan naik dengan cepat membentuk awan Cumulonimbus yang tinggi. Di ketinggian, suhu sangat rendah sehingga uap air membeku menjadi butiran es," kata Ida, dihubungi Kompas.com, Selasa (5/11/2024).
Apabila arus udara naik (updraft) cukup kuat dan udara tidak mampu menahan berat butiran es, butiran es tersebut akan jatuh ke permukaan bumi sebagai hujan es.
Jika suhu permukaan Bumi cukup dingin, butiran es tersebut tidak mencair dan jatuh sebagai hujan es.
Fenomena ini paling sering terjadi selama pancaroba, yakni ketika ketidakstabilan atmosfer tinggi akibat perbedaan suhu yang signifikan antara permukaan dan lapisan atas atmosfer.
Baca juga: Masuk Pancaroba, BMKG Ungkap Indonesia Rawan Puting Beliung dan Hujan Es
Tanda-tanda hujan es
Pada umumnya, hujan es tidak serta merta terjadi. Dalam beberapa hari sebelumnya, terdapat tanda-tanda bahwa fenomena itu bakal terjadi.
Dikutip dari akun Instagram @infobmkg, Selasa (5/11/2024), berikut tanda-tanda hujan es bakal terjadi:
- Udara pada malam hingga pagi hari sebelumnya terasa panas dan gerah karena radiasi matahari yang cukup kuat
- Mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan cumulus
- Awan cumulus berubah warna menjadi abu-abu atau hitam yang dikenal dengan awan Cumulonimbus dengan cepat
- Udara di sekitar terasa dingin
- Dahan dan ranting pohon bergoyang dengan cepat
- Hujan deras terjadi dengan tiba-tiba yang disertai dengan angin kencang.
Saat fenomena hujan es terjadi, BMKG mengimbau kepada masyarakat agar segera berlindung di dalam bangunan yang kokoh.
Selain itu, hindari pula aktivitas di luar ruangan dan jauhkan kendaraan dari tempat terbuka. Jika sedang berkendara, segera menepi dan mencari tempat yang aman untuk berlindung.
BMKG juga melarang keras air hujan es untuk dikonsumsi.
Baca juga: BMKG Ungkap Penyebab Fenomena Hujan Es di Klaten
Sampai kapan fenomena hujan es terjadi?
Ida menyampaikan, fenomena hujan es sulit diprediksi secara spesifik waktu dan lokasi kejadiannya.
Hal ini karena skala hujan es sangat lokal dan biasanya terjadi di lokasi yang tidak luas dan durasi yang singkat.
Kendati demikian, umumnya, hujan es akan terjadi hingga peralihan musim selesai, yakni transisi dari musim kemarau ke musim hujan dan sebaliknya.
Selama masa peralihan musim ini, kondisi atmosfer cenderung tidak stabil sehingga meningkatkan potensi terjadinya hujan es.
"Potensi hujan es diperkirakan akan berkurang seiring berakhirnya masa pancaroba dan memasuki musim hujan, kata Ida.
Oleh karena itu, selama periode tersebut, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, termasuk hujan es.
Untuk memperoleh informasi terkini dan peringatan dini terkait cuaca ekstrem, Ida menyarankan untuk selalu memantau informasi dari BMKG melalui situs resmi atau aplikasi InfoBMKG.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.