Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral, Video Serangan Ulat Jati Menyerbu Gunungkidul, Apa Penyebabnya?

Baca di App
Lihat Foto
screenshoot
Tangkapan layar video viral serangan ulat jati di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, apa penyebabnya?
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Video yang memperlihatkan serbuan ulat jati di Gunungkidul, DI Yogyakarta, viral di media sosial.

Sejumlah warganet di media sosial TikTok dan Twitter atau X mengunggah sejumlah foto dan video yang menampilkan serbuan ulat bulu di Gunungkidul tersebut. 

Sejumlah warga bahkan harus menggunakan jas hujan atau mantel saat berkendara agar terhindar dari serangan ulat jati. 

Dalam video juga tampak puluhan ulat jati menempel pada kendaraan yang sedang terparkir. 

Sementara itu, salah satu pemotor bahkan menggunakan jas hujan agar ulat-ulat jati tersebut tidak menempel di badan dan pakaian mereka.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Konon, ulat jati ini munculnya setahun sekali di awal musim penghujan,” bunyi keterangan dalam unggahan, Minggu (17/11/2024).

Sementara warganet X lainnya, @jogjamfs memperlihatkan ulat jati yang menempel di kaki seorang warga.

Warganet itu mengimbau kepada masyarakat yang ingin berwisata ke pantai Gunungkidul, sebaiknya mengenakan pakaian hitam.

“Soalnya iler ulat jati tu kalau kena baju susah dibersihin,” tulisnya, Minggu (17/11/2024).

Baca juga: Ramai soal Ulat Bulu yang Disebut Sangat Beracun dan Mematikan, Ini Faktanya

Penjelasan ahli

Ahli entomologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Hari Purwanto mengatakan, saat ini memang sedang bermunculan ulat jati di Gunungkidul.

Seperti namanya, ulat-ulat ini hidup di daun-daun pohon jati sebagai sumber makanannya. Kondisi tersebut didukung pula dengan banyaknya pohon jati di Gunungkidul

“Iya. Begitu daun jati sudah rimbun, muncul ulat ini,” kata Hari kepada Kompas.com, Senin (18/11/2024).

Pohon jati diketahui mempunyai kemampuan meranggas atau menggugurkan daun-daunnya pada musim kemarau untuk mengurangi penguapan air.

Kemudian, dedaunan pohon jati akan bermunculan kembali ketika memasuki musim hujan seperti saat ini.

"Betul. Jadi tak hanya di Gunungkidul, daerah yang banyak pohon jatinya, akan mudah ditemukan ulat jati," ungkap Hari.

Baca juga: Viral, Video Anak SD Bawa Bekal Ulat Sagu, Ahli Gizi: Tinggi Protein

Sementara liur dari ulat jati ini dapat meninggalkan noda pada pakaian yang cukup sulit untuk dihilangkan.

Hari menerangkan, ulat ini nantinya akan berubah menjadi kupu-kupu berjenis Hyblaea puera yang mempunyai warna indah di sayapnya.

“Kalau di satu tempat makanannya habis, dia kemudian akan berpindah cari makan (ke tempat lain),” ucap dia.

Ketika saatnya memasuki fase pupa, ulat jati ini akan jatuh ke tanah dan untuk menjadi kepompong di sana.

Hari menjelaskan, ulat jati mempunyai siklus hidup yang berawal dari telur. Setelah itu, berubah menjadi ulat seperti yang terjadi saat ini.

“Kemudian pupa atau kepompong, lalu kupu-kupu,” ujar dia.

Baca juga: Viral, Video Ulat dengan Bentuk Kepala Aneh seperti Alien, Apa Itu?

Apakah berbahaya?

Lebih lanjut, Hari menyampaikan bahwa ulat jati yang sedang banyak di Gunungkidul itu tidak berbahaya bagi manusia.

“Ulat jati tidak berbahaya, tidak bikin gatal,” tuturnya.

Bahkan, menurutnya, banyak masyarakat Gunungkidul yang mencari kepompong atau pupa ulat jati untuk dijadikan olahan makanan.

Dikutip dari Kompas.com, Senin (18/11/2024), kepompong ulat jati ini disebut sebagai ungkrung oleh masyarakat Gunungkidul.

Ungkrung ulat jati umumnya berbentuk lonjong dengan warna beragam seperti merah atau oranye dan memiliki ukuran sekelingking bayi.

Cara pengolahan ungkrung ulat jati ini pun terbilang sederhana, yakni digoreng dengan ditambahkan bawang putih, garam, dan sedikit penyedap rasa.

Masyarakat setempat biasanya memulai pencarian ungkrung ulat jati yang kaya akan protein ini sejak pagi, terutama setelah subuh.

Baca juga: Ulat Hong Kong Jadi Menu Restoran Eropa, Ini Cerita di Baliknya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi