Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Universe 25, Eksperimen Menciptakan "Surga" yang Berujung "Neraka"

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia Commons/Yoichi R Okamoto
John Calhoun di kandang tikus eksperimen Universe 25 pada 1970
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Pernahkah membayangkan apa yang akan terjadi bila kebutuhan dalam hidup selalu terpenuhi?

Sebagian orang mungkin berendapat, hidup akan sejahtera dan lebih mudah dijalani.

Namun, seorang peneliti perilaku hewan asal Amerika Serikat, John B Calhoun memberikan kenyataan yang berbeda lewat eksperimennya bernama Universe 25.

Calhoun menciptakan surga bagi para tikus dengan memberikan mereka kebutuhan dasar, seperti makanan, tempat tinggal, dan pasangan yang tidak terbatas.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akan tetapi, Universe 25 yang awalnya merupakan sebuah dunia sempurna, berubah secara dramatis dalam beberapa waktu.

Baca juga: Antechinus, Tikus Marsupial Australia yang Terobsesi Seks Sampai Mati


Eksperimen Universe 25

Dikutip dari IFL Science (18/10/2023), Calhoun melakukan eksperimen tersebut sekitar tahun 1970-an di Laboratorium Psikologi Institut Kesehatan Mental Nasional.

Berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan pada Proceedings of the Royal Society of Medicine, kehidupan Universe 25 dimulai dari empat pasang tikus yang berkembang biak.

Tikus pejantan dan betina ini diambil dari Institut Kesehatan Nasional dan merupakan tikus yang paling sehat di antara tikus lainnya.

Mereka ditempatkan dalam sebuah kandang yang menyediakan makanan dan minuman tanpa batas. Makanan itu hanya bisa diakses melalui terowongan.

Suhu di dalam kandang juga selalu dijaga agar tetap 20 derajat Celsius, sehingga dapat memberikan kenyamanan pada tikus. Calhoun juga tidak menaruh predator atau hal apa pun yang mengancam atau mempersulit kehidupan tikus.

Pada awal percobaan, tikus-tikus tersebut menghabiskan waktunya dengan mencari makanan dan melakukan hubungan seksual.

Baca juga: Eksperimen Tidak Makan Selama 3 Hari, Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh

Populasi makin padat

Setiap 55 hari, populasi tikus bertambah dua kali. Akibatnya, ruang yang paling strategis dan dekat dengan akses terowongan makanan di dalam kandang mulai padat.

Ketika populasi mencapai 620 ekor, angka pertumbuhan melambat dua kali lipat setiap 145 hari. Ini karena kepadatan populasi tikus mulai menimbulkan masalah.

Pada hari ke-560, poulasi akhirnya mencapai puncaknya, dengan kondisi kandang semakin tidak kondusif. Lebih dari 2.200 ekor tikus berlarian ke sana kemari, mengantre makanan dan terkadang berkelahi.

Tikus betina yang menghasilkan keturunan menjadi stres dan memilih mengabaikan hingga membunuh sebagian anaknya.

Baca juga: Tikus Got Disebut Akan Berwarna Biru Saat Terkena Sinar UV, Benarkah?

Di tengah kekacauan ini, secara perlahan akhirnya muncul kekuatan otoritas. Mereka yang memiliki otoritas merupakan kelompok yang disebut Calhoun sebagai "tikus-tikus cantik".

Para tikus ini mengasingkan diri di tempat yang terlindungi, tidak mencari pasangan atau berkelahi dengan tikus lain.

Perilaku kelompok otoritas ini akhirnya menyebabkan angka kelahiran semakin menurun dan membuat populasi tikus jatuh ke jurang demografi.

Di sisi lain kandang, sebagian tikus juga membentuk kelompok yang saling menyerang. Dunia yang semula sempurna berakhir menjadi kiamat bagi para tikus.

Baca juga: Kisah Penerjunan Kucing dengan Parasut, Berjasa Basmi Tikus di Kalimantan

Universe 25 bisa terjadi pada manusia

Berdasarkan eksperimen Universe 25, Calhoun menyimpulkan, kepunahan tikus disebabkan oleh penyimpangan perilaku akibat kepadatan populasi atau "Behavioral Sink".

Menurutnya, tikus adalah hewan yang sederhana tetapi memiliki perilaku yang kompleks. Perilaku ini meliputi menjalin hubungan, merawat anak, mempertahankan teritorial, dan berinteraksi dengan sesama atau antar kelompok.

"Ketika perilaku yang terkait dengan fungsi ini gagal mencapai dewasa, tidak ada perkembangan sosial dan tidak ada reproduksi. Seperti dalam kasus penelitian saya, semua anggota populasi akan menua dan akhirnya mati. Spesies akan punah," tulis Calhoun.

Dia percaya, percobaan pada tikus ini berlaku juga pada manusia ketika semua kebutuhan di dunia sudah terpenuhi.

Namun, seorang sejarawan medis Edmund Ramsden meragukan pernyataan tersebut.

"Akhir utopia tikus bisa saja muncul bukan karena kepadatan, tapi karena interaksi sosial yang berlebihan. Tidak semua hewan uji tikus juga mengacau. Mereka yang berhasil mengendalikan lingkungannya menjalani kehidupan relatif normal," ujarnya, diikutip dari Smithsonian Magazine (26/2/2015).

Baca juga: Tak Seperti Biasanya, Seekor Tikus di Walis Rapikan Barang-barang Gudang Setiap Malam

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi